Thursday, October 1, 2009

Pulau Kalimantan Secara Umum

Dalam bahasa setempat, Kalimantan berarti pulau yang memiliki sungai-sungai besar (kali ‘sungai’; mantan ‘besar’). Pulau Kalimantan dikenal juga dengan nama Brunai, Borneo, Tanjung Negara (pada masa Hindu), dan dengan nama setempat Pulau Bagawan Bawi Lewu Telo. Pulau ini merupakan pulau terbesar yang dimiliki Indonesia, luasnya mencapai lima kali luas Pulau Jawa. Kalimantan dikelilingi laut, di sebelah barat ada Selat Karimata, sebelah timur Selat Makasar dan Laut Sulawesi, sebelah utara Laut Cina Selatan dan Sulu, dan sebelah selatan Laut Jawa.
Tanah Kalimantan termasuk formasi tertier yang amat tebal, yang mulai terbentuk di bawah permukaan laut pada zaman purbakala. Formasi ini menyebabkan tanah Kalimantan banyak mengandung batubara dan batu karang di kaki gunung bekas pesisir. Pada waktu ketinggian permukaan air laut berkurang, formasi tertier ter-erosi hingga terpotong-potong dan bergelombang menjadikannya daratan yang terputus-putus dengan bukit-bukit dan sungai-sungai kecil. Pada umumnya tanah seperti ini kurang subur dan sukar diairi untuk dijadikan sawah dan hanya berair pada waktu hujan. Karenanya daerah ini hanya cocok untuk tumbuhan yang hidup di tanah kering.
Pada tahap selanjutnya formasi tertier di pesisir dan teluk-teluk lambat laun tertutup dengan formasi kwartier, yaitu formasi yang lebih muda yang terbentuk dari tanah liat yang sebagian besar tertutup gambut dari daun-daun yang berguguran. Tanah inilah yang disukai petani untuk dijadikan sawah bayar atau sawah pasang surut.

Pulau Kalimantan memiliki pulau-pulau kecil, gunung-gunung, sungai-sungai dan lain-lain. Beberapa pulau yang tercatat: Pulau Labuhan, Maya, Bunyu, Tarakan, Karimata, Laut, Sebuku, Natuna, Subi, Serasan, Teberian, Panebangan, Damar, Karayaan, Keramayan, Nunukan, Sebatik, Bangkudulis, Baru, Tibi, Derawan, Panjang dan Kakaban.
Pegunungan yang ada di Kalimantan: Pegunungan Kapuas, Schwaner, Muller, Meratus, dan Madi. Gunung yang tertinggi di Pulau ini terletak di Kalimantan Utara yaitu Gunung Kinabalu yang tingginya 4.175 m dan Bukit Raya 2.218 m.
Bukit Raya yang berada di wilayah Indonesia memiliki tiga puncak, dengan puncak tertinggi yang berada di tengah-tengah, menurut peta topografi adalah 2.278 m. Orang Eropa pertama yang mendaki Bukit Raya adalah G.A.F. Molengraaf, yang mencapai puncaknya pada tanggal 7 Oktober 1894, walau bukan puncak yang tertinggi.
Baru 30 tahun kemudian, pada tanggal 22-24 Desember 1924 puncak tertinggi Bukit Raya didaki oleh ekspedisi Botanika Jerman-Belanda dibawah pimpinan Prof. Dr. Hans Winklen. Turut serta dalam ekspedisi itu antara lain P. Dakkus, seorang Belanda dan dua orang Indonesia, Rachmat, ahli dari Kebun Raya Bogor dan Entja, seorang pekerja pada Herbarium di Bogor.
Beberapa tanjung yang tercatat di Pulau Kalimantan: Tanjung Sampan Mangio, Datuk, Baram, Usang, Sambar, Silat (Selatan), Puting, Layar, Mangkalihat, dan Malatayur.
Teluk yang ada: Teluk Berunai, Balikpapan, Adang, Paitan, Marudu, St. Lucia, Datuk, Darvel, Kumai, Sekatok, Sampit, Serban, dan Sebangau.
Sementara sungai-sungai yang tersebar di Kalimantan terdapat di seluruh bagian Pulau. Di Kalimantan Utara: Sungai Batang Lupar, Trusan, Krian, Padas, Batang Rayang, Kinabatangan, Kemenah, Kagibangan, Baram, Segama, Sugut, Kalumpang, Radas, dan Kalapang.
Di Kalimantan Timur: Sungai Sebuku, Kayan, Sembakung Berau, Sesayap Karangan, dan Sekatuk Mahakam. Kalimantan Tengah: Sungai Barito atau Murung dengan anak-anak Sungai Tewe, Murung, Lahei, Kumai, Arut/Lamandau, Jelai, Kapuas, Kahayan dengan anak-anak sungai, Sebangau, Katingan atau Mendawai, Mentaya atau Sampit, dan Pembuang atau Seruyan.
Di Kalimantan Selatan: Sungai Martapura, Aluh-aluh Besar, Batu Laki, Hantu, Durian, Barito (hanya sampai Kabupaten Barito Kuala), Kupang, Batu Licin, dan Bahan. Kalimantan Barat: Sungai Kapuas (Kapuas Bohang), Paloh, Sambas, Sebangkau, Ambawang, Sebakuan, Melinsan, Mempawah, Landak, Kapuas Kecil, Kawalan, Kayung, Sengkulu, Simpang, Pawan, Air Hitam Besar, dan Kendawangan.

Keadaan Tanah dan Tumbuh-tumbuhan

Di daerah-daerah pesisir, dimana sungai bermuara lebarnya 1 sampai 2 km, terdapat rawa-rawa yang pada waktu air pasang tergenang air dan ditimbuni endapan yang terbawa oleh sungai-sungai. Jika endapan mencapai tebal 1 meter dan tercampur dengan gambut, tanah itu ditanami dengan tanaman-tanaman yang berakar, yang suka zat asam yaitu famili nyrtaceae seperti jenis galam, palmae, rumbia, kemudian keladi air, jenis pisang, kancur-kancur, kesisap sayur, semangka, ubi jalar dan labu (waluh). Kemudian juga famili compositae, jenis langsat, petah kemudi, galah motawauk, famili papiliomacena, jenis sup-supan, kangkung, genjer, bingkai dan balaran dali, dan famili nyphacacene.

Di pantai dimana tidak ada sungai-sungai bermuara, selain berbatu karang terdapat tanah kering dan bentuknya bergelombang. Tumbuh-tumbuhan di tanah kering pesisir ini: famili graminae, jenis alang-alang, gelagah, telor belalang, telor jarum, paku payung, kangkung, hutan krokot, wedasan, karmalaha, masisin, keramunting, sukma, hutan, tambaran-tambaran.

Sementara tanah daratan di belakang pantai dan bergelombang termasuk bukit yang tingginya sampai 120 m, dimana terdapat kebun buah-buahan, tegalan dan sawah musim hujan (sawah tadahan). Di daerah ini terdapat (dapat tumbuh) pohon-pohon nangka, durian, rambutan, duku/langsat, kasturi, keminting, pisang, pepaya, dan terutama karet.

Di tanah-tanah yang kurang subur karena erosi hanya dapat tumbuh tanaman jika zat lemas dan fosfor cukup seperti jenis: buntut tikus, tusuk konde, bayam duri, kerokot hijau, dan kerokot merah, jukut, maman hutan.

Danau-danau di Kalimantan dipergunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan-ikan, bebek (itik) dan kerbau. Tumbuhan bydeilla-yerticellata dan diatome sangat subur dan menjadi sumber makanan ikan. Danau-danau yang terkenal: Danau Meninjau, Jempang, Melintang, Bulan, Semanjang, Sembuluh, Hampangen, Kamipang, Madara, Sentarum, dan Luard.

Di tanah datar dan pegunungan dapat diusahakan padi. Jenis-jenis padi yang digunakan termasuk jenis padi gunung yaitu: Rantaumudik, Badagai, Lurus Raden, Manjan Delima, Gadis, Umbang. Beberapa jenis didatangkan dari Bogor.

Hutan

Selain terkenal dengan sungai-sungainya yang lebar (ada yang 200-1500 m) dan dalam serta panjang (300-500 km), Kalimantan juga terkenal dengan hutannya yang lebat dan sebagian besar belum pernah diinjak oleh telapak kaki manusia.
Bila naik pesawat terbang di atas Kalimantan, akan nampak hutan rimba belantara yang luas dan tentunya banyak binatang-binatang buas sebagai penghuninya seperti macan dahan (hangkuliah bahasa Dayak), orang hutan (kahiu alas), beruang, landak, ular sawah, dan buaya.
Sampai sekarang sebagian besar Kalimantan masih terdiri dari hutan rimba raya dengan kayu-kayunya yang besar-besar, mencapai lebih dari satu meter garis tengahnya. Hutan ini merupakan salah satu sumber atau gudang penghasilan dan kemakmuran rakyat dan negaranya. Hal ini telah diperhatikan dunia luar semenjak jaman penjajahan Belanda hingga penjajahan Jepang.
Pembukaan Kalimantan sebagai rencana raksasa dimulai dari Bapak Gubernur Kalimantan Dr. Murdjani. Hal ini merupakan satu ide yang besar sekali karena hasil hutan Kalimantan bukan hanya memberikan kemakmuran dan kebahagiaan untuk beratus-ratus ribu manusia dalam satu atau dua abad saja, tetapi akan memberikan kemakmuran bagi beribu-ribu juta manusia sampai beratus-ratus abad.
Hutan Kalimantan yang begitu luas, memiliki hasil alam yang beragam. Di antaranya: kayu ulin (tabalien, bulin, onglin, eusideroglon, zwageri) yang terkenal dengan nama kayu besi, kayu damar, kayu lanan, kayu garunggang, kayu tampurau, kayu rangas, kayu meranti, kayu bangkirai, kayu rasak, kayu palepek, kayu meran bungkan. Kemudian ada kayu bangalan (agathis) atau pilau yang dapat dijadikan tripleks, kertas, korek api.
Sementara rotan (uei bahasa Dayak, pekat bahasa Banjar) banyak dikirim ke luar Kalimantan seperti ke Jawa bahkan ke luar negeri. Beberapa jenis di antaranya: rotan taman, rotan sigi, irit, achas, semambu, tantuwu, lilin, belatung, bajungan dan lain-lain. Beberapa lilin, madu, kulit kayu, bermacam-macam damar dan getah (karet) melengkapi kekayaan hasil hutan Kalimantan.
Dalam pembagian vegetasi menurut Dr. Schimper, hutan di Kalimantan masuk ke dalam golongan hutan hujan tropis, yang dibagi-bagi lagi dalam beberapa formasi: hutan payau, hutan nipah, hutan rawa, hutan bukit-bukit/belukar/primer, dan hutan gunung.

Iklim

Menurut Dr. A.H. Schmit dan Ir. J.H.A. Ferfuson dalam verhandelingen no. 42 dari Jawatan Meteorologi dan Geofisika, iklim di Kalimantan masuk dalam tipe A dan sebagian tipe B.
Tipe A adalah iklim yang mempunyai 12 bulan penghujan dalam setahun, yaitu bulan yang hujannya lebih dari 100 mm. Sementara tipe B adalah iklim yang memiliki 10-11 bulan penghujan dalam setahun dengan 1-2 bulan kemarau.
Sementara menurut Dr. Mohr, iklim di Kalimantan termasuk tipe I dan IA. Tipe I tidak mempunyai bulan kemarau sementara tipe IA mempunyai 1-2 bulan kemarau.
Menurut alamnya, iklim dari tipe-tipe di atas ditumbuhi hutan hujan tropis.

daftar peralatan Alpine Trekking

Alpine Trekking

The trick dengan semua kegiatan pegunungan adalah untuk menjaga rangsel mungkin sebagai cahaya, yang ringan Anda kantung semakin Anda akan menikmati wisata holiday.This Daftar ini tidak berarti lengkap, kami semua ada sedikit hal yang kami ingin melakukan perjalanan tetapi don 't menambah banyak anda perlu melakukan itu.

Mari kita mulai dengan kaki dan bekerja ke atas.

Kaki

* Gunung boots - ini harus cukup kaku untuk memungkinkan lampiran dari crampon ini B2 pada skala kekakuan yang digunakan oleh sebagian besar toko-toko. Jika Anda tidak yakin dapatkan di sentuh dan kita harus dapat membantu.
* Gaiters - Short gaiters adalah semua yang diperlukan pada musim panas
* Socks wol dr biri-biri wol walaupun mahal tampaknya menjadi yang terbaik kami akan menyarankan untuk 3 pasang dalam satu perjalanan.

Kaki

* Trekking schoeller jenis celana kain yang besar karena angin yang terus keluar.
* Waterproof celana - Something dibuat dari Paclite akan cukup tebal dan Anda tetap rangsel cahaya.
* Underwear - jumlah pasangan Anda tetapi descretion don't go nuts.
* Shorts - A nice cahaya yang besar pada pasangan non hari dingin sekali

Badan

* Thermal lapisan dasar tops kami akan menyarankan satu lengan panjang satu lengan pendek dan bersih untuk memakai di pondok di malam hari
* Soft shell jaket atau merampas
* Extra lapisan - kapas atau sintetis yang serupa atas bawah seperti Haglofs hambatan sangat ideal.
* Waterproof jaket - Gore Tex atau setara

Kepala

* Sunhat
* Warm topi
* Mata - kacamata hitam dengan perlindungan samping
* Earplugs (terutama jika Anda bukan satu keruh!)

Tangan

* Thin sarung tangan
* Warm lebih tahan air dan sarung tangan atau sarung tinju

Lainnya Essentials

* Daypack 40 litresif Anda tidak dapat memperoleh semuanya dalam satu kemasan 30 liter itu tidak boleh datang
* Kepala obor yang baru cahaya LED yang besar yang diletakkan di baterai segar di awal perjalanan dan mereka dalam seminggu terakhir.
* Dasar Pertolongan Pertama Kit - Blister dan kepala tablet dan obat-obatan pribadi, panduan ini tidak akan menyertakan item tetapi akan membawa bantuan pertama grup kit untuk menangani kecelakaan.
* Perlindungan matahari (termasuk Min Factor 30 total blok untuk bibir, hidung dan sebagainya)
* Air botol 1 Liter menit tidak ada sistem hydration karena membekukan atau bocor. Banyak orang membawa hingga 2 liter, namun tidak ada lagi
* Lembar kantong tidur - The huts pasokan selimut atau duvets tetapi meminta Anda untuk menggunakan lembaran kantong tidur untuk alasan hygene
* Dasar mandi - kebanyakan huts hanya ada sedikit air dingin jika anda akan berada di hotel di lembah hotel akan menyediakan handuk
* Kamera, film, baterai
* J kertas kembali sangat baik untuk membaca di huts tetapi bukan perang dan damai.
* Uang lucjes untuk makanan ringan, bir dan anggur (tersedia di huts)

o Crampons 10 atau 12 titik dengan Anti-balling
o Ice memecat sekitar 60cm adalah panjang
o gunung baju zirah
o Karabiners (2 x screwgate)
o Sling (1 meter)
o Prussik loops x 2 (5 meter dari 6mm kabelnya membuat 2)

mencegah kecelakaan di gunung

Di Indonesia pun begitu. Hampir semua kelompok pencinta alam mengawali kegiatannya dengan mendaki gunung. Alasannya tiada lain, karena kegiatan alam bebas ini paling gampang dilakukan. Bandingkan dengan arung jeram, panjat tebing, atau penelusuran goa, misalnya. Selain medannya yang lebih sulit ditemui, juga tiga kegiatan tersebut memerlukan latihan dasar dan kekuatan fisik lebih.
Sudah begitu, mendaki gunung juga relatif murah dilakukan. Ongkosnya tak mahal. Bahkan, kalau kita sempat jalan ke Cipanas, masih ada saja pendaki yang bermodal jempol tangan untuk transport, alias menghentikan truk di pinggir jalan untuk ditebengi.
Peralatannya pun tak sebanyak kegiatan outdoor activity lainnya. Cukup tas ransel, tenda, jaket, dan sepatu. Semuanya tak sulit dicari. Pendeknya, kita tinggal lenggang kangkung kalau mau mendaki gunung. Makanya, tak heran jumlah wisatawan yang mendaki gunung makin banyak saja.
Gunung Gede (2958 mdpl) dan Pangrango (3019 mdpl) saban akhir minggu padat pendaki. Begitu pula gunung lainnya di Pulau Jawa. Bahkan pada setiap 17 Agustus, ratusan bahkan ribuan pendaki menggelar upacara Hari Proklamasi di puncak gunung. Rute pendakian seperti jalur lalu lintas saja.
“Rem pakem”
Dari catatan peristiwa kelabu ini, membuktikan bahwa umumnya disebabkan oleh faktor manusia. “Yang utama karena kesalahan diri sendiri,” tegas Antonius.
“Banyak anak sekolah yang menyepelekan kondisi alam di gunung. Mereka berangkat tanpa tujuan jelas, membawa peralatan seadanya, dan persiapan minim,” tambah Perdana.
Kata Antonius, ada julukan yang kerap disandangkan ke pendaki yang asal-asalan. “Namanya Rem Pakem alias Remaja Pencinta Kemping,” lanjutnya. Maksudnya adalah pendaki yang datang dan sekadar menikmati pemandangan. “Mereka kurang paham, kalau di balik itu (pendakian) ada bahayanya,” sambungnya.
Bahaya yang kerap datang persis seperti yang dialami Mad Rizal tadi. Tak bisa dipungkiri, gunung-gunung di Pulau Jawa kebanyakan masih menyimpan belerang aktif. Belerang yang tersimpan di kawah ini menghasilkan gas yang bisa mengganggu pernapasan.
“Orang kadang nggak tahu. Begitu sampai puncak, merasa capek, terus tidur-tiduran. Dia nggak tau kalau di situ dekat sumber belerang,” jelas Antonius. Pada saat itulah orang lantas menghirup gas tanpa sadar. Tiba-tiba kepala terasa pening dan mual hebat.
Padahal, sebetulnya kita bisa lebih waspada. “Kalau nggak ada makhluk hidup di sekitarnya, berarti ada kemungkinan di situ ada gas beracun atau belerang,” tandas Perdana.
Memang, pada rute-rute pendakian gunung di Pulau Jawa, jarang sekali ditemui binatang buas atau kondisi alam yang benar-benar berat. “Sepengetahuan gue, kondisi gunung-gunung di Jawa itu relatif aman,” terang Perdana yang sudah 12 tahun tergabung di pencinta alam.
Karena aman-aman saja, tak heran kalau kemudian banyak pendaki kurang awas. Di sisi lain, faktor alam seringkali justru menjadi halangan. Sikap tak hati-hati inilah yang membuat pendaki justru “dipermainkan” oleh alam itu sendiri. Seperti cuaca yang kerap susah ditebak. Cuaca yang semula bersahabat, tiba-tiba berubah menjadi musuh. “Cuaca yang buruk seperti hujan deras, angin kencang, dan kabut bisa saja terjadi,” kata Perdana.
Sudah banyak terjadi hal begini. Perubahan cuaca di gunung umumnya diiringi dengan perubahan suhu udara yang drastis dan sangat dingin. Seorang pendaki serampangan sangat mudah terserang hipotermia atau menurunnya suhu tubuh akibat dinginnya udara luar. Pada kondisi seperti ini, pendaki akan menggigil.
“Pada kondisi parah akan terjadi frostbite, yaitu bekunya darah pada bagian tubuh tertentu,” jelas Perdana. Jika tak segera diambil tindakan penyembuhan, hal yang paling fatal adalah mengamputasi bagian tubuh yang terkena frostbite.
Salah jalur
Penguasaan medan perjalanan yang minim juga salah satu faktor yang bikin celaka pendaki. Kecelakaan di Gunung Salak salah satunya juga akibat si korban tersesat. “Mereka keluar jalur. Karena mendapat tantangan, perasaan petualangannya menjadi gede.”
Para pendaki biasanya tersesat justru pada saat turun gunung. “Ini terjadi karena kewaspadaan makin menurun akibat kondisi fisik yang menurun,”. Sudah begitu, ada pula yang mau buru-buru sampai bawah. Bukannya sampai titik awal pendakian, pendaki malah mengalami disorientasi jalur lalu mereka tersesat.
Dari sejumlah kasus di atas, makin jelaslah bahwa umumnya kecelakaan di gunung bukan lantaran faktor alam. Tapi lebih karena perilaku manusia itu sendiri. Bisa oleh sebab kurang persiapan matang. “Bisa juga karena takabur.
Jadi, walau sepertinya tak sulit, mendaki gunung tetap perlu persiapan yang matang. Toh, alam bukan untuk ditaklukkan, tapi untuk diajak bersahat dan dikenali dengan baik kelakuannya.