Ekologi dan penyebaran
Ular cecak sering dijumpai memasuki rumah, dapur atau bangunan lainnya, tidak jarang pula didapati di lingkungan perkotaan. Ular yang aktif di malam hari (nokturnal) ini lebih banyak menjalar di atas tanah (terestrial), meski pandai pula memanjat pepohonan (arboreal), tebing dan dinding berbatu, hingga ke atap rumah. Pada siang hari, ular cecak lebih memilih tidur bergelung di tempat persembunyiannya di bawah tumpukan kayu, batu, rekahan tebing, atau di sudut-sudut rumah yang kelindungan.
Seperti dicerminkan oleh namanya, mangsa kesukaannya adalah aneka jenis cecak; akan tetapi ia pun tidak menolak mangsa berupa kadal atau tikus kecil. Ular cecak menjadi dewasa ketika berumur sekitar dua tahun. Betinanya bertelur hingga sekitar 11 butir.
Ular cecak menyebar luas mulai dari Burma di barat, Cina tenggara, hingga Hong Kong di sebelah timurnya. Ke selatan: Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Semenanjung Malaya hingga Singapura. Juga Kepulauan Andaman, Maladewa, Indonesia, Filipina, hingga ke Kepulauan Cook di Samudera Pasifik (Australia).
Di Indonesia ular ini tercatat dijumpai di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, Sumbawa, Sumba, Komodo, Flores, Lomblen, Alor, Sawu, Roti, Timor, Wetar, Babar, Kalao, Selayar, Buton, dan Sulawesi
Ular cecak agresif dan lekas menggigit apabila terganggu atau baru ditangkap. Gigitannya lumayan menyakitkan, terutama karena adanya ‘taring’ di rahang atas maupun bawah. Walaupun demikian ular ini tidak berbisa, sehingga luka gigitannya hanya mengakibatkan rasa pedih dan sedikit berdarah. Setelah dipelihara beberapa lama dan dibiasakan, ular cecak umumnya lekas menjadi jinak dan tidak mau menggigit. Ular ini cukup rakus, dan mampu menghabiskan 2–3 ekor cecak dalam sehari.
Ingat: Jangan bunuh ular! Mereka juga diciptakan Allah. Mereka hanyalah makhluk tak berdaya.
Sumber:
SIOUX, Lembaga Studi Ular Indonesia
Ular Indonesia