Thursday, April 30, 2009

Teknik Peta Kompas

Teknik Peta Kompas
1. Orientasi peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bikit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta, untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajar dengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta :
a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok; b) Letakkan peta pada bidang datar; c) Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi. d) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan. e) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.
2. Azimuth dan Back Azimuth
Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth yaitu : a) Azimuth Sebenarnya,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran; b) Azimuth Magnetis,yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran; c) Azimuth Peta,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.
back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat atau 360 derajat.
3. Resection
Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik. Langkah-langkah resection :
a) Lakukan orientasi peta; b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah; c) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu; d)Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth; e) pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya; f) perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta
4. Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di pet dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta. Langkah-langkah melakukan intersection : a) lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita; b)bidik obyek yang kita amati; c) pindahkan sudut yang kita dapat dipeta; d) bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c; e) perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
5. Koreksi sudut
Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada beberapa tempat, selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut yang didapat dari kompas(azimuth)yaitu :
A. Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM)
B. Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM)
Keterangan:
Tanda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis)
= dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke timur tanda (-), DM ke barat tanda (+)
Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)
=tanda (+) untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun.
Contoh Perhitungan:
Diketahui sudut kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat 30 menit ketimur, VM 2 menit increase, lalu berapa sudut yang akan kita pindahkan ke peta?
P= K=+/- (DM +/- VM) ingat! kompas ke peta, DM ke timur VM increase
besar VM sekarang (2002)= (2002-1942)x 2 menit
= 120 menit= 2 derajat (1 derajat=60 menit)
sudut P= 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat)
= 123 derajat 30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 1/2 derajat.
6. Analisa Perjalanan
Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.
a. Jarak
Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkannya dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.
b. Waktu
Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.
c. Medan Tidak Sesuai Peta
Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.
Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.

NAVIGASI SUNGAI

NAVIGASI SUNGAI
1. Pendahuluan
Dalam perjalanan menyusuri sungai, baik berjalan kaki atau dengan perahu, kita dituntut untuk menguasai navigasi sungai seperti halnya navigasi darat dalam perjalanan gunung hutan. Secara praktis ilmu navigasi sungai telah lama dikenal oleh orang dayak di pedalaman kalimantan. Sebab sungai merupakan satu-satunya sarana angkutan bagi mereka. Dan dalam penentuan kedudukannya di sungai, mereka menggunakan tanda-tanda alam yang berupa riam, belokan sungai, penyempitan/pelebaran sungai, muara dan lainnya.
2. Pengertian Navigasi Sungai
Navigasi sungai adalah teknik untuk menentukan kedudukan secara tepat dalam perjalanan penyusuran sungai. Perbedaan yang mendasar antara navigasi sungai dan navigasi darat terletak pada acuan dasar untuk menentukan kedudukan. Pada navigasi darat, yang diambil sebagai acuan dasar adalah bentuk permukaan fisik bumi yang digambarkan oleh garis kontur, sedang pada navigasi sungai acuan dasarnya adalah bentuk dari tepi kiri dan kanan sungai, yaitu belokan-belokan sungai yang tergambar di peta.
3. Perlengkapan Navigasi sungai
a. Peta
Ada dua macam peta yang digunakan yaitu:
1. Peta situasi sungai, peta ini tidak mempunyai garis kontur, yang tergambar adalah sungai dan desa yang ada di sepanjang daerah aliran sungai. Skala peta yang dipakai sebaiknya 1:50.000 atau 1:25.000, yang cukup jelas menggambarkan kondisi fisik sungai. Peta ini umumnya dibuat oleh perorangan yang pernah tinggal atau melakukan survey dan pemetaan disepanjang sungai tersebut.
2. Peta topografi, mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan peta situasi karena dapat membantu membaca kondisi alam di sekitar sungai seperti berupa rawa, tebing, bukit maupun pegunungan.
b. Kompas
Digunakan untuk menentukan sudut belokan-belokan sungai, kompas bidik dan kompas orienteering dengan keakuratan yang baik dapat digunakan untuk keperluan ini.
c. Alat Tulis
Berupa kertas tulis, busur derajat, penggaris dan alat tulis. Dipakai untuk menentukan posisi, setelah terlebih dahulu membidik sudut kompas dari sungai dan melakukan penaksiran jarak.
d. Altimeter
Altimeter bukan merupakan peralatan yang paling utama untuk menentukan posisi, tetapi lebih tepat untuk mengetahui gradien sungai, yaitu beda tinggi antara dua titik di sungai dalam jarak 1 km (contoh gradien sungai 9 m/km, yaitu beda tinggi 9 m antara dua titik yang berjarak 1 km). Karena perbedaan tinggi pada penurunan sungai relatif kecil untuk tiap km panjang sungai, maka sebaiknya digunakan altimeter yang cukup teliti, misalnya dengan kemampuan membaca perbedaan tinggi sampai 10 meter (sebagai gambaran, untuk sungai yang berarus deras dan banyak air terjunnya, perbedaan sungai rata-rata untuk tiap kilometer hanya sekitar 40 meter).
4. Menentukan Kedudukan Pada Peta
Dilakukan dengan cara bergerak menyusuri sungai sambil memperhatikan perubahan arah belokan sungai, dibantu dengan tanda-tanda alam tertentu yang terdapat disepanjang sungai. Ada dua cara yang dapat dipakai untuk menentukan kedudukan:
a. Dengan Bantuan Tanda-Tanda alam
Misalnya kita sedang melakukan penyusuran sungai dari titik A ke titik B, kemudian pada suatu tempat dijumpai sebuah muara anak sungai di sebelah kiri, untuk menentukan kedudukan pada saat ini adalah: Lakukan orientasi peta, kemudian amati sekitar medan dengan teliti, ukur sudut kompas (azimuth) dari lintasan sungai pada belokan di depan dan di belakang dengan menggunakan kompas, ingat tanda alam sebelumnya yang terdapat di belakang ( misalnya di belakang kita terdapat sebuah delta) dan lihat juga tanda alam di depan (misalnya belokan sungai ke arah kiri), kemudian gambar situasi sungai yang telah di dapat, kemudian cari padanannya pada peta (perlu diketahui bahwa delta yang terdapat pada sungai adalah delta yang cukup besar, tidak tertutup pada saat banjir, dan di tumbuhi pepohonan, jika tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak akan digambarkan pada peta.) apabila masih kurang jelas, maka perlu dilakukan penyusuran sampai pada tanda alam berikutnya yang dapat lebih memperjelas kedudukan kita.
b. Membuat Peta Sendiri
Teknik pelaksanaannya yaitu dengan penaksiran jarak dan pengukuran sudut kompas (azimuth). Sebelum melakukan cara ini, sebaiknya mata kita di latih dahulu untuk menaksir jarak, misalnya untuk jarak 50 meter atau 100 meter. Cara termudah adalah dengan berlatih di jalan raya dengan bantuan sepeda motor atau mobil yang penunjuk jaraknya masih berlaku dengan baik, dapat juga dengan bantuan tiang listrik (setiap 50 meter), patok kecil di sepanjang jalan raya (100 meter). Jika mata sudah terlatih, dapat dipraktekkan pada jalan dalam kota yang banyak belokannya. Untuk sungai di daerah hulu yang sempit dan banyak tikungannya, maka di pakai patokan jarak setiap 50 meter dengan sisa ukuran terkecil adalah 10 meter. Sedangkan untuk sungai di daerah tengah dan hilir yang relatifr lebih lebar dan lurus (kecuali pada daerah meander), atau jari-jari belokan besar (sudut belokannya relatif kecil untuk jarak 100 meter), maka dipakai patokan jarak setiap kelipatan 100 meter dengan sisa ukuran terkecil 25 meter.
Jadi kita membuat sungai menjadi sebuah batang yang terdiri dari banyak ruas panjang dan pendek, yang berbelok-belok sesuai dengan sudutnya. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan sungai adalah : sediakan peralatan yang diperlukan, buat tabel pada kertas yang terdiri dari dua kolom, kolom pertama untuk derajat (azimuth)dan kolom kedua untuk jarak (meter). Jika ingin lebih teliti dapat ditambahkan dua kolom lagi, yaitu untuk lebar sungai dan keterangan yang diperlukan (misalnya jika ada penyempitan, batu besar di tengah sungai, tebing terjal di kiri dan kanan sungai dan lainnya), bidik kompas pada awal pergerakan, dan taksir jaraknya dengan mata yang sudah terlatih, isikan hasil bidikan pada kolom 1 dan 2, jika menggunakan perahu sebaiknya dilakukan dari tengah sungai, hitung jaraknya sambil bergerak maju setiap 50 dan 100 meter. Setelah sampai pada batas yang telah ditentukan dari ruas sungai, lakukan pembidikan dan taksirkan jaraknya kembali, ulangi sampai melampaui 3 belokan sungai, kemudian buat gambar sungai tersebut berdasarkan hasil catatan yang ada pada tabel, skala dapat di misalkan 1 cm untuk 100 meter atau lebih kecil lagi, kemudian cari padanan atau bentuk yang mirip dari gambar sungai yang kita buat dengan peta sungai yang kita bawa, dengan demikian kedudukan kita di peta dapat ditentukan yaitu pada titik terakhir yang kita buat, jika belum di dapat juga ulangi sampai beberapa belokan lagi.

Tuesday, March 18, 2008

kopasus

Kilasan Sejarah Kopassus dibentuk oleh Kolonel E Kawilarang yang waktu
menjabat Sebagai Panglima TT III / Tentara Teritorium siliwangi. Ia
memanggil seorang bekas tentara KNIL yang memilih menjadi WNI, ketika
terjadi perang DI/TII,namanya Mayor Ijon Jambi (orang Belanda, Nama
aslinya RB Visser).

Kopassus diresmikan oleh AH Nasution pada waktu itu dan hanya 6 bulan
berada dibawah TT III Siliwangi sebelum akhirnya dimabil alih oleh AD.
Baretnyapun berwarna merah, karena memang mengambil alih konsep
pasukan Belanda "roode baret". Mengenai warna baret ini perlu kita
ketahui bersama bahwa seluruh pasukan khusus di dunia menggunakan
warna hijau, sedangkan pasukan "airborne/ lintas udara" nya berwarna
merah. Tapi di Indonesia terbalik, justru pasukan
khususnya yang menggunakan baret warna merah.

Struktur Organisasi saat ini Kopassus terdiri atas 5 Grup (istilah
grup hanya dipakai oleh Special Forces dibeberapa negara didunia,
sedangkan tentara pada umumnya menggunakan istilah Batalyon,
Detasemen, Brigade dan Divisi). Setiap Grup dipimpin oleh seorang
Pamen berpangkat Kolonel. Dari prajurit sampai dengan Kolonel adalah
tentara yang profesional dan terlatih terus, baik secara fisik maupun
mental. Jadi jangan dibayangkan bahwa semakin tinggi
pangkat atau tua usia seorang prajurit Kopassus itu akan jadi lamban
seperti tentara pada umumnya. Sangat sulit menemukan anggota ABRI yang
pensiun di Kopassus, karena begitu fisiknya tidak memadai, Ia akan
langsung mutasi ke Satuan lainnya.

Grup ini baru dimekarkan oleh Letjen Prabowo beberapa bulan lalu,
sehubungan dengan AGHT (Ancaman, Gangguan, Hamabatan dan Tantangan)
yang ada di depan kita di masa mendatang. Diperkirakan tidak akan ada
perang dalam skala besar tapi justru skala kecil intensitas tinggi
(terorisme, penculikan dll). Sebagai mana
layaknya Pasukan Khusus didunia, maka Kopassus dibentuk untuk
menghadapi perang dalam skala kecil tapi berintensitas tinggi, seperti
terorisme.

Grup 3 berlokasi di Batujajar, Jabar (dekat Cimahi) dan merupakan
Pusdikpasus (pusat Pendidikan Kopassus). Tempat latihannya berada
disekitar Bandung sampai dengan Cilacap. Group 1 - 3 bekualifikasi
PARA KOMANDO (semua anggotanya harus Mengikuti latihan terjun payung
dasar/tempur )

Grup 4 disebut Sandhy Yudha dan berlokasi di Cijantung Jakarta,
merupakan orang pilihan dari 3 grup pertama yang dilatih kembali
menjadi berkualifikasi Intelejen Tempur, dengan tugas menghancurkan
lawan digaris belakang pertahanan lawan (penyusupan).

Mereka adalah tentara profesional yang dalam pergerakannya dalam
bentuk Unit (istilah dalam Special Forces, dalam tentara biasa disebut
Regu, Peleton atau Kompi) berjumlah sekitar 5 orang. Dalam masa damai
seperti saat ini, mereka mendapat tugas Intelejen Teritorial, misalnya
mengetahui karakteristik demografi suatu daerah, pendukung dana yang
bisa dimanfaatkan, tokoh-tokoh masyarakat, preman-preman dll.

(Sebagai informasi saja, bahwa sejak bulan Juni 1997, Kopassus
mengirimkan team kecilnya keseluruh kota-kota besar di Indonesia
dengan tugas RAHASIA, karena ABRI yang lainpun tidak mengetahui dengan
pasti apa tugas mereka. Di beberapa lokasi / Kodam, tentara lokalnya
bahkan tersinggung karena seolah-olah dianggap tidak mampu me manage
daerahnya. Mereka ditarik kembali ke Jakarta pada bulan Januari 1998).

Kehebatan lain Grup ini adalah pola perilaku dan penampilannya yang
sama sekali tidak mirip tentara . Misalnya cara bicara tidak
patah-patah, rambut panjang, tidak pernah menghormat atasan atau yang
pangkatnya lebih tinggi bila bertemu di luar Ksatrian mereka. Jadi
sangat jauh dengan gaya Serse Polisi atau Intel Kodim dll. yang
kadangkala justru menunjukkan kalau dirinya Intel. Mereka tidak
ngantor setiap hari dan sangat jarang pakai seragam, hanya pada saat
tertentu saja mereka kembali ke kantor (misalnya 2 minggu sekali untuk
laporan atau mendapat tugas baru). Jadi pada prinsipnya
mereka sangat aktif berkecimpung dalam kehidupan masyarakat biasa
misalnya di RT/RW, Perkumpulan Terjun Payung, Jeep Club dll. (terutama
bagi mereka yang tidak tinggal di Ksatrian). Group ini
sangat profesional dalam penyamarannya dan juga sudah mendapatkan pendidikan
Perang Kota dari Green Beret US Army. Di Timor Timur, Aceh dan Irian
(3 hot spot di Indonesia yang sering digunakan sebagai ajang latihan
juga) mereka menyusup sampai ke kampung -kampung dan membentuk basis
perlawanan terhadap GPK dari masyarakat lokal sendiri. Oleh karenanya
kemampuan menggalang massa nya sangat terlatih.

Grup 5 (atau yang dikenal sebagai Detasemen 81, karena keberhasilannya
dalam peristiwa pembajakan pesawat di Don Muang, Muangthai tahun 1981)
adalah orang pilihan dari Group 4 dan merupakan yang terbaik yang
dimiliki Kopassus. Mereka memiliki Ksatrian tersendiri di Cijantung
dan terisolir. Klasifikasinya adalah ANTI TERORIS dan akan selalu
mengikuti perjalanan kenegaraan Presiden. Pengetahuan orang bahkan
ABRI sendiri tentang Grup ini
sangat minim, karena mereka sangat terisolir dan rahasia. Sebuah
sumber mengatakan bahwa mereka mengikuti pola GSG 9 Jerman (Pasukan
elite polisi Jerman, yang berhasil dalam pembebasan sandera di
Kedutaan besar Jerman di Iran). Mengingat Prabowo adalah satu-satunya
Perwira Indonesia yang pernah lulus dalam pendidikan anti teroris di
GSG 9.

Namun demikian saat ini mereka sudah mulai mencampurkan pola
latihannya sehubungan dengan banyaknya perwira yang dilatih oleh Green
Berets US Army (misalnya Mayjen Syafrie Syamsudin). Peralatan yang
mereka miliki sangat canggih dan tidak ada bedanya dengan satuan elite
tentara lainnya di dunia.

LATIHAN

Jadi pendidikan awal seorang Kopassus adalah mengambil kualifikasi
KOMANDO yang harus dijalani sekitar 6 bulan. Materi latihan meliputi
Perang Hutan, Buru Senyap, Survival (dilakukan di daerah Situ Lembang
dilanjutkan dengan long march ke Cilacap untuk latihan rawa laut,
survival laut, pendaratan pantai dll.

Selain itu juga mereka harus mengambil pendidikan PARA DASAR Tempur
dengan materi yang meliputi terjun malam, terjun tempur bersenjata dan
diterjunkan di Hutan (membawa senjata, ransel, payung utama dan payung
cadangan).

Dalam semua latihannya mereka akan menggunakan peluru tajam, oleh
karenanya tidaklah heran bila hampir dalam setiap latihan selalu ada
siswa yang meninggal dunia karena berbagai sebab (kelelahan,
kecelakaan dll).

Standard yang dipakai di Kopassus sangat amat ketat, bagi yang
fisiknya kurang mampu atau mentalnya lemah, jangan harap bisa bertahan
didalam latihan ini, atau di Satuan ini. Kesalahan sekecil apapun
tidak akan ditolerir, karena memang tugas mereka sangat berbahaya.
Setiap anggota Kopassus harus memiliki keahlian khusus seperti menjadi
penerjun payung handal (Combat Free Fall), penyelam, penembak mahir
(sniper), Daki Serbu, Komputer/perang elektrokika, perang psikologi,
menguasai sedikitnya 2 bahasa
daerah bagi para tamtama dan bintara dan bahasa asing untuk para perwiranya.

Mereka diseleksi secara ketat, baik oleh Team Kes AD (Kesehatan),
PSIAD (Dinas Psikologi AD) dan Team Jas AD (Jasmani/Kesemaptaan).
Proses seleksi ini pada dasarnya berjalan terus menerus sampai dengan
selesainya latihan, seorang Pasis (Perwira Siswa) yang melakukan
kesalahan pada hari terakhir latihan, akan langsung dipecat, artinya
tidak ada kompromi. Oleh karenanyalah, LOYALITAS terhadap perintah
atasan sangat penting dalam organisasi ini.

PERLENGKAPAN

Kopassus merupakan tentara pilihan dan mereka tidak mentolerir
kesalahan dalam operasi sekecil apapun (Safety First), oleh karenanya
perlengkapan yang mereka pakai sangat jauh berbeda dengan tentara
lainnya. Perlengakapan mereka sangat canggih dan modern, misalnya saja
untuk membaca peta, sudah tidak menggunakan lagi Kompas Prisma, tapi
GPS (Global Positioning System) yang langsung berhubungan dengan
Satelit; dengan hanya menekan satu tombol
saja, mereka akan mengetahui dengan tepat posisinya , jarak yang akan
ditempuh bila akan menuju ke koordinat tertentu.

Grup antiterornya menggunakan senapan H&K MP5 , yang merupakan standar
pasukan khusus terbaik di dunia seperti Green Berets, Delta Force,
Navy Seal, GSG 9 Jerman, SAS dll. Pistol yang dipakai Beretta 9 mm
(.45), selain itu juga berbagai macam kaliber lainnya seperti kaliber
.22 (pistol kecil). Apabila peralatan yang mereka pakai sudah saatnya
diganti (menurut manual) maka akan segera diganti. Hal ini sangat jauh
berbeda dengan tentara lainnya yang cenderung konvensional dan
melakukan tambal sulam terhadap peralatannya.

Mereka punya peralatan terjun payung tercanggih untuk melakukan HALO
(High Altitude Low Opening) dan HAHO (High Altitude High Opening) yang
memakai masker oksigen dll. Penerjunan ini dilakukan setinggi mungkin,
sekitar 10.000 feet dan kemudian dia akan melayang dan membuka
payungnya serendah mungkin guna menghindari radar lawan (agar tetap
tampak seperti burung yang
melayang diudara di radar lawan).

Peralatan pendaratan pantai (memiliki LCR/Landing Craft Rubber/Perahu
karet dengan mesin yang hampir tanpa bunyi, yang digunakan untuk
operasi penyusupan dimalam hari), menyelam (dilatih seperti UDT,
Underwater Demolition Team US Navy,), team Daki Serbu ( yang baru saja
menaklukkan Himalaya dan dikenal di luar sebagai PPGAD/Persatuan
Pendaki Gunung TNI AD).

Kehebatan Kopassus adalah mereka tidak segan-segan untuk meminta
bantuan pihak lain yang dianggap ekspert dibidangnya seperti PADI
untuk menyelam, AVES untuk terjun payung, Wanadri untuk naik gunung
dll. yang dalam perjalanannya kemudian akan mereka modifikasi sendiri
untuk keperluan tempur dan malahan menjadi lebih hebat.

Sebagai sebuah Satuan mereka memiliki Dinas Hub (Perhubungan) sendiri
yang sangat canggih dan memiliki sistem perhubungan portable yang
mandiri dan Satelite Mobile Phonet, Kes (Kesehatan) sendiri, Pal
(Peralatan) sendiri dengan persenjataan yang canggih, Bek (Perbekalan)
sendiri, Ang (Angkutan) sendiri, dengan mobil-mobil Hummer, mobil
dipantai dll.

Bahkan mereka merencanakan untuk membeli helikopter sendiri dari Rusia
(namun gagal karena Krismon). Jadi pada prinsipnya mereka sangat
mandiri, termasuk memiliki sejumlah panser.

Kesimpulan & Keunggulan

1. 1 orang Kopassus dapat disetarakan dengan minimal 3 orang tentara
biasa, karena ybs dilatih dengan berbagai ketrampilan (komunikasi
radio, menembak, P3K dll). Di tentara biasa hal ini tidak dijumpai;
2. Kedisiplinan dan loyalitas yang tinggi terhadap tugas;
3. Biaya pelatihan bagi seorang Kopasssus sangatlah mahal;
4. Peralatan yang canggih dan tepat guna;
5. Secara umum kesejahteraan anggota Kopassus lebih baik dibandingkan
tentara pada umumnya, terutama ketika dibawah Prabowo, karena ia
sangat memperhatikan hal ini. (misalnya bila ada lelangan mobil di
Bimantara dll., maka mobil bekas tersebut akan segera di beli oleh
Kopassus untuk dijual murah kepada anggotanya /perwira);
6. Sangat jarang bagi mereka tinggal dirumah, selalu latihan dan operasi;
7. Mereka adalah tentara profesional yang tidak pernah ragu untuk
mengambil keputusan dalam membela negaranya dari bahaya
8. Sangat amat jarang ditemukan anggota Kopassus yang bekerja menjadi
SATPAM di industri-industri, sebagaimana sering ditemui terjadi pada
tentara lainnya. Karena relatif taraf ekonomi mereka lebih terjamin
sehubungan dengan adanya YAYASAN KOBAME (Korps Baret Merah)
9. Cara-cara mereka beroperasi sangat profesional (dalam pengertian
tentara misalnya tehnik membunuh, kontra intelejen, agitasi,
propaganda, perang psikologi, penggalangan massa, menguasai berbagai
macam type senjata).

Saya tidak mengartikannya dalam konteks HAM dan hukum positif.

Info Tambahan:

Sebenarnya Indonesia juga mempunyai pasukan khusus lainnya milik TNI
AL, namanya DEN JAKA yang bermarkas di Jakarta dan dipimpin oleh
seorang mayor (dikenal dekat dengan Prabowo). Pasukan ini memiliki
kemampuan UDT (Underwater Demolition Team) dan dilatih secara intensif
oleh US Navy Seal. Mereka aktif terlibat dalam menangkal masuknya
kapal Louisiana Expresso beberapa tahun yang lalu di perairan Timtim.
Detasemen ini juga mengadopsi SBS , team pendarat pantai yang handal
dari US Navy dan AL Inggris. Mereka biasa melakukan penerjunan malam
hari di rig-rig minyak lepas pantai, dengan menggunakan skenario
terorisme. Jadi sabotase dibawah laut , penghancuran dan penyerangan
dari laut merupakan keunggulan satuan ini. Perlu diketahui bahwa
selain tingkat fisik dan mental yang kuat, intelegensi para perwiranya
juga sangat dominan.