Saturday, June 19, 2010

G.Semeru

Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di pulau Jawa dengan ketinggian ± 3.676 meter diatas permukaan laut dan salah satu gunung api yang paling aktif, dalam kurun waktu ± 20 menit sekali mengeluarkan abu vulkanik.
 
Letaknya berada diantara wilayah Administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang dengan posisi geografis antara 8º06’ LS dan 120º55’ BT. Secara umum keadaan iklim diwilayah gunung Semeru dan sekitarnya termasuk type iklim B (Schmidt & Ferguson) dengan curah hujan antara 927 mm – 5.498 mm pertahun dan hari hujan 136 hari/tahun. Suhu udara di Puncak Mahameru pada bulan-bulan November s/d April berkisar antara 2ºC – 4ºC.

Akses Menuju Gn. Semeru

Untuk menuju titik start pendakian terdapat dua jalur, yaitu dari Senduro (Lumajang) dan dari Tumpang (Malang).
Jalur Tumpang Malang
Pendakian dari arah Tumpang (Malang) merupakan jalur favorit karena ketersediaan akses transportasi dan akomodasi yang mudah.
Transportasi
• Jakarta – Malang
(Data PJKA : update terakhir 3 Februari 2009)
KERETA----------------BERANGKAT---------------DATANG--------------TARIF
Matarmaja (KA 142) 14.12 (Jatinegara) 07.41 (Malang) Ekonomi - Rp. 51.000
Gajayana (KA 32) 17.39 (Jatinegara) 08.44 (Malang) Bisnis – Rp. 300.000
Matarmaja (KA 141) 15.00 (Malang) 08.49 (Jatinegara) Ekonomi - Rp. 51.000
Gajayana (KA 31) 16.25 (Malang) 07.06 (Jatinegara) Bisnis – Rp. 300.000

• Malang – Tumpang (30 menit s/d 1 jam)
Bisa langsung carter angkot ke Tumpang Rp. 100.000 s/d Rp. 150.000 (per mobil) atau bisa juga ke terminal Arjosari dulu baru naik kendaraan umum menuju Tumpang.

• Tumpang – Ranu Pane
Naik Jeep tarif berkisar Rp. 25.000 s/d Rp. 35.000 (per orang)

• Perijinan
- Tiket masuk Rp. 8.000 s/d Rp. 10.000 (per orang)
- Foto Copy KTP (1 lembar)
- Surat Ijin Jalan Kepolisian / Organisasi P. A (lebih baik ada)
Dari Tumpang perjalanan dilanjutkan ke Ranu Pane (naik Jeep) melewati desa Gubuklakah lalu desa Ngadas (Suku Tengger) kemudian desa Jemplang (Bantengan) waktu tempuh dari Tumpang ke Ranu Pane sekitar 4 s/d 5 jam.
  

• Ranu Pane (2.200 mdpl) – Ranu Kumbolo (2.390 mdpl)
Bagi pendaki yang baru pertama kali mungkin akan bingung menemukan jalur pendakian, dan hanya berputar-putar di Ranu Pane, untuk itu setelah sampai di gapura selamat datang, perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki melewati Watu Rejeng, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam dengan melintasi Gunung Ayek-ayek.
Jalur awal yang kita lalui landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m, kita ikuti saja tanda ini. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala, sehingga kita harus sering merundukkan.
Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, kita akan sampai di Watu Rejeng. Kita akan melihat batu terjal yang sangat indah.
Kita saksikan pemandangan yang sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala kita dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Untuk menuju Ranu Kumbolo kita masih harus menempuh jarak sekitar 4,5 Km.
Sebaiknya beristirahat dan mendirikan tenda apabila tiba di Ranu Kumbolo.
Terdapat danau dengan air yang bersih dan memiliki pemandangan yang sangat indah terutama di pagi hari kita saksikan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.390 mdpl dengan luas ± 14 Ha. Total waktu tempuh dari Ranu Pane – Ranu Kumbolo sekitar 3 – 4 jam, dengan jarak tempuh sekitar 10 km.
 

• Ranu Kumbolo (2.390 mdpl) – Pos Kalimati (2.700 mdpl)
Dari Ranu Kumbolo perjalanan diteruskan ke Kalimati. Melewati Tanjakan Cinta, yang merupakan tanjakan yang lumayan memeras tenaga dan diteruskan melewati Savana Oro-Oro Ombo, daerah ini merupakan padang rumput yang luasnya ± 100 Ha berada pada sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit gundul.
 
Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan wedus gembel. Selanjutnya kita memasuki hutan Cemara dimana kadang-kadang kita jumpai burung dan kijang. Banyak terdapat pohon tumbang sehingga kita harus melangkahi atau menaikinya. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang.
Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 mdpl, disini kita dapat mendirikan tenda untuk beristirahat dan mempersiapkan fisik. Kemudian meneruskan pendakian pada pagi-pagi sekali pukul 01.00 dini hari. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun.
Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak ± 1 jam pulang pergi. Di Kalimati banyak terdapat tikus gunung bila kita mendirikan tenda dan ingin tidur sebaiknya menyimpan makanan dalam satu tempat yang aman. Waktu tempuh dari Ranu Kumbolo – Kalimati sekitar 4 – 5 jam.
 

• Pos Kalimati (2.700 mdpl) – Arcopodo (2.900 mdpl)
Untuk menuju Arcopodo kita berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati, melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor.
Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya kita akan melewati bukit pasir. Waktu tempuh dari Pos Kalimati – Arcopodo sekitar 2 – 3 jam.
 

• Arcopodo – Puncak Mahameru (3.676 mdpl)
Dari Arcopodo menuju Puncak Semeru / Puncak Mahameru / Puncak Jonggring Saloko diperlukan waktu 3 - 4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Semua barang bawaan sebaiknya kita tinggal di Arcopodo atau di Kalimati.
Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 01.00 pagi, karena efektif dalam hal menggunakan air, perjalanan pada siang hari medan yang dilalui terasa makin berat selain terasa panas juga pasir akan gembur bila terkena panas. Selain itu untuk menghindari gas beracun yang keluar dari Kawah Jonggring Saloko. Diatas jam 8 pagi angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloko.
Di puncak Mahameru, pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10ºC. Pada puncak musim kemarau minus 0ºC, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering terjadi badai.
Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, dan September.


• Ranu Kumbolo Via Jalur Ayek-Ayek
Dari desa Ranu Pane perjalanan dimulai dengan melintasi kebun sayuran penduduk yang berupa tanaman bawang dan kol (kubis). Melintasi kawasan kebun sayuran di siang hari terasa panas dan berdebu sehingga akan lebih baik jika pendaki mengenakan kacamata dan masker penutup hidung. Ranu Pane adalah salah satu desa yang dihuni oleh masyarakat suku Tengger, selain desa Ngadas, Cemoro Lawang, Ngadisari, dll. Masyarakat Tengger hidup dengan menanam sayur-sayuran. Di desa Ranu Pane ini air bersih diperoleh dari kran-kran yang di salurkan ke rumah penduduk di siang hari dengan volume air yang sangat kecil. Sehingga di pos pendakian Ranu Pane kadangkala tidak terdapat air bersih di siang hari, namun di malam hari air bersih di pos pendakian berlimpah karena aliran ke rumah penduduk di hentikan di malam hari.
Selanjutnya akan dijumpai sebuah pondok yang dipakai untuk keperluan penghijauan gunung Semeru. Jalur agak landai dan sedikit berdebu melintasi kawasan hutan yang didominasi oleh tanaman penghijauan berupa akasi dan cemara gunung. Jalur selanjutnya mulai menanjak curam menyusuri salah satu punggungan gunung Ayek-ayek. Di sepanjang jalur ini kadangkala dapat ditemukan jejak-jejak kaki dan kotoran binatang. Burung dan aneka satwa seringkali terlihat berada disekitar jalur ini.
Mendekati puncak gunung Ayek-Ayek pohon cemara tumbuh agak berjauhan sehingga pendaki dapat melihat ke bawah ke arah desa ranu pane. Desa Ngadas juga nampak sangat jelas. Pendaki dapat beristirahat di celah gunung untuk berlindung dari hembusan angin. Di tempat ini pendaki juga bisa melihat dinding gunung tengger yang mengelilingi gunung Bromo, kadang kala terlihat kepulan asap yang berasal dari gunung Bromo.
Setelah melintasi celah gunung yang agak licin dan berbatu pendaki harus menyusuri sisi gunung Ayek-ayek agak melingkar ke arah kanan. Di samping kiri adalah jurang terbuka yang menghadap ke bukit-bukit yang ditumbuhi rumput, bila pendakian dilakukan di siang akan terasa sangat panas. Di kejauhan kita dapat menyaksikan puncak mahameru yang bersembunyi di balik gunung Kepolo, sekali-kali nampak gunung Semeru menyemburkan asap wedus gembel.
Jalur mulai menurun tetapi perlu tetap waspada karena rawan longsor. Tumbuhan yang ada berupa rumput dan cemara yag diselingin Edelweis.
Masih dalam posisi menyusuri tebing terjal sekitar 30 menit kita akan tiba di tempat yang agak datar, celah yang cukup luas pertemuan dua gunung. Di sini pendaki dapat beristirahat sejenak melepaskan lelah. Beberapa tanaman Edelweis tumbuh cukup tinggi sehingga dapat digunakan untuk berteduh dari sengatan matahari.
Setelah puas beristirahat perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri tebing terjal yang agak melingkar ke arah kiri. Tumbuhan yang ada berupa rumput yang agak rapat dan tebal, beberapa pohon cemara tumbuh agak berjauhan di sepanjang jalur. Di sepanjang jalur ini pendaki tidak bisa saling mendahului sehingga harus berjalan satu persatu. Sekitar 30 menit menyusuri tepian tebing terjal akan tampak di depan kita bukit dan padang rumput yang sangat luas. Sampailah kita di padang rumput yang sangat luas yang disebut Pangonan Cilik. Pemandangan di pagi hari dan sore hari di tempat ini sangat indah luar biasa, kita tidak akan bosan memandangi bukit-bukit yang ditumbuhi rumput. Padang rumput ini dikelilingin tebing-tebing yang ditumbuhi pohon cemara dan edelweis. Sekitar 45 menit melintasi padang rumput selanjutnya berbelok ke arah kiri maka sampailah kita di sebuah danau yang sangat luas yang disebut Ranu Kumbolo.

• Jalur Senduro (Lumajang)
Jalur ini relative sepi bagi pendakian, karena belum begitu terkenal dikalangan pendaki. Akses transportasi juga masih agak susah dijumpai untuk menuju ke Ranu Pane. Bila kita melawati jalur sini kita bisa menikmati hutan-hutan yang relative masih alami dan tempat persembahyangan agama Hindu yang merupakan pura terbesar di Jawa. Dari Senduro ke Ranu Pane membutuhkan waktu sekitar 2 – 3 jam perjalanan bermotor. Setelah tiba di Ranu Pane perjalanan menuju Puncak Mahameru sama dengan jalur Tumpang (Malang).
Catatan : Sebelum melakukan pendakian ke Gn. Semeru usahakan terlebih dahulu mencari informasi ke Kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jl. Raden Intan No. 6 Malang 65100 Telp. 0341 – 491828 karena pendakian ke Gn. Semeru tidak terus menerus dibuka disebabkan aktivitas kawah yang terus bergejolak atau ada kejadian alam disekitar jalur pendakian.

Macam/Jenis Hutan Di Indonesia Dan Fungsi Hutan Untuk Kehidupan Di Muka Bumi

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di dunia. Luas hutan tersebut dulu mencapai 113 juta hektar dan terus berkurang drastis akibat kebodohan oknum pemerintah dan penjahat yang selalu haus uang dengan membabat dan menggunduli hutan demi mendapat keuntungan yang besar tanpa melihat dampak bagi lingkungan global.
Brikut di bawah ini adalah pembagian macam-macam / jenis-jenis hutan yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia disertai arti definisi dan pengertian :
1. Hutan Bakau
Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai berlumpur. Contoh : pantai timur kalimantan, pantai selatan cilacap, dll.
2. Hutan Sabana
Hutan sabana adalah hutan padang rumput yang luas dengan jumlah pohon yang sangat sedikit dengan curah hujan yang rendah. Contoh : Nusa tenggara.
3. Hutan Rawa
Hutan rawa adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan tumbuhan nipah tumbuh di hutan rawa. Contoh : Papua selatan, Kalimantan, dsb.
4. Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis adalah hutan lebat / hutan rimba belantara yang tumbuh di sekitar garis khatulistiwa / ukuator yang memiliki curah turun hujan yang sangat tinggi. Hutan jenis yang satu ini memiliki tingkat kelembapan yang tinggi, bertanah subur, humus tinggi dan basah serta sulit untuk dimasuki oleh manusia. Hutan ini sangat disukai pembalak hutan liar dan juga pembalak legal jahat yang senang merusak hutan dan merugikan negara trilyunan rupiah. Contoh : hutan kalimantan, hutan sumatera, dsb.
5. Hutan Musim
Hutan musim adalah hutan dengan curah hujan tinggi namun punya periode musim kemarau yang panjang yang menggugurkan daun di kala kemarau menyelimuti hutan.
Di samping itu hutan terbagi / dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu :
1. Hutan Wisata
Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan untuk melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan / binatang langka agar tidak musnah / punah di masa depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu dialih fungsi sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi orang dan tempat penelitian.
2. Hutan Cadangan
Hutan cadangan merupakan hutan yang dijadikan sebagai lahan pertanian dan pemukiman penduduk. Di pulau jawa terdapat sekitar 20 juta hektar hutan cadangan.
3. Hutan Lindung
Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga ketaraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai penanggulang pencematan udara seperti C02 (karbon dioksida) dan C0 (karbon monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai.
4. Hutan Produksi / Hutan Industri
Hutan produksi yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah hutan yang alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia harus menebang pohon denga sistem tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar yang masih kecil tidak ikut rusak.


Taman Nasional menurut Ditjen PHKA

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam.

Kriteria Penetapan Kawasan Taman Nasional (TN) adalah sebagai berikut :
Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan
proses ekologis secara alami;
* Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan
maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami;
* Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
* Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai
pariwisata alam;
* Merupakan kawasan yang dapat dibagi kedalam Zona Inti, Zona Pemanfaatan,
Zona Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi
kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung
upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan
sebagai zona tersendiri.

Manfaat taman nasional
Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat antara lain :
Ekonomi Dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai ekonomis,
sebagai contoh potensi terumbu karang merupakan sumber yang memiliki
produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan
pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa negara.
* Ekologi
* Dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik di daratan
maupun perairan.
* Estetika
* Memiliki keindahan sebagai obyek wisata alam yang dikembangkan sebagai
usaha pariwisata alam / bahari.
* Pendidikan dan Penelitian
* Merupakan obyek dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan
penelitian.
* Jaminan Masa Depan
* Keanekaragaman sumber daya alam kawasan konservasi baik di darat maupun di
perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan secara batasan bagi kehidupan yang
lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang.

Kawasan taman nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu
kawasan taman nasionali kelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun
berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.

Rencana pengelolaan taman nasional sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan,
dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan
pemanfaatan kawasan.

Pengelolaan Taman nasional didasarkan atas sistem zonasi, yang dapat dibagi atas
:
* Zona inti
* Zona pemanfaatan
* Zona rimba; dan atau yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan
pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Kriteria zona inti, yaitu :
* mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
* mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya
* mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan
atau tidak atau belum diganggu manusia
* mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan
yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami
* mempunyai ciri khas potensinya dan dapat merupakan contoh yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi
* mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang
langka atau yang keberadaannya terancam punah.

Kriteria zona pemanfaatan, yaitu :
* mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau berupa formasi
ekosistem tertentu serta formasi geologinya yang indah dan unik
* mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya
tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam
* kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata
alam.

Kriteria zona rimba, yaitu :
* kawasan yang ditetapkan mampu mendukung upaya perkembangan dari jenis
satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi
* memiliki keanekaragaman jenis yang mampu menyangga pelestarian zona inti
dan zona pemanfaatan
* merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu.

Upaya pengawetan kawasan taman nasional dilaksanakan sesuai dengan sistem zonasi
pengelolaannya:

Upaya pengawetan pada zona inti dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :
* perlindungan dan pengamanan
* inventarisasi potensi kawasan
* penelitian dan pengembangan dalam menunjang pengelolaan.

Upaya pengawetan pada zona pemanfaatan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :
* perlindungan dan pengamanan
* inventarisasi potensi kawasan
* penelitian dan pengembangan dalam menunjang pariwisata alam

Upaya pengawetan pada zona rimba dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :
* perlindungan dan pengamanan
* inventarisasi potensi kawasan
* penelitian dan pengembangan dalam menunjang pengelolaan
* pembinaan habitat dan populasi satwa.

Pembinaan habitat dan populasi satwa, meliputi kegiatan :
* pembinaan padang rumput
* pembuatan fasilitas air minum dan atau tempat berkubang dan mandi satwa
* penanaman dan pemeliharaan pohon-pohon pelindung dan pohon-pohon sumber
makanan satwa
* penjarangan populasi satwa
* penambahan tumbuhan atau satwa asli, atau
* pemberantasan jenis tumbuhan dan satwa pengganggu.

Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan taman
nasional adalah :
* merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem
* merusak keindahan dan gejala alam
* mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan
* melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan
atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang.

Sesuatu kegiatan yang dapat dianggap sebagai tindakan permulaan melakukan
kegiatan yang berakibat terhadap perubahan fungsi kawasan adalah :
* memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas kawasan
* membawa alat yang lazim digunakan untuk mengambil, menangkap, berburu,
menebang, merusak, memusnahkan dan mengangkut sumberdaya alam ke dan dari dalam
kawasan.

Taman nasional dapat dimanfaatkan sesuai dengan sistem zonasinya :

Pemanfaatan Zona inti :
* penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan
* ilmu pengetahuan
* pendidikan
* kegiatan penunjang budidaya

Pemanfaatan zona pemanfaatan :
* pariwisata alam dan rekreasi
* penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan
* pendidikan dan atau
* kegiatan penunjang budidaya

Pemanfaatan zona rimba :
* penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan
* ilmu pengetahuan
* pendidikan
* kegiatan penunjang budidaya
* wisata alam terbatas.

Source : http://www.ditjenphka.go.id/