Sunday, June 20, 2010

Mengganti Latar Belakang Google

Ternyata selain mengganti logonya pada piala dunia fifa 2010 ini, ada juga fitur baru di google. Fitur barunya adalah user bisa  mengganti background google.com yang biasanya putih polos menjadi gambar lainnya. Tapi ada syaratnya, user harus login terlebih dahulu di Google Accounts(misalnya gmail, blogger). Caranya klik tulisan Ganti Gambar Latar yang ada di kiri bawah halaman google
klik ganti gambar latar
klik ganti gambar latar
selanjutnya ditampilkan halaman untuk memilih latar belakang yang baru. Ada beberapa pilihan yaitu, gambar dari komputerfoto di web picasagaleri publik dan pilihan editor.  Jika anda pilih gambar dari komputer, anda harus upload dulu gambar yang anda inginkan. Pada pilihan lainnya anda cukup memilih gambar yang sudah ada dan klik tombol pilih di bagian bawah
pilih latar belakang gambar
pilih latar belakang gambar
tunggu beberapa detik sampai kembali lagi ke halaman depan google. ini contoh tampilan google di komputer saya. lebih manis kan? silakan dicoba
tampilan google yang sudah diubah
tampilan google yang sudah diubah

Tiga cara meningkatkan VO2 max

Ada tiga cara untuk meningkatkan volume maksimal oksigen atau VO2 max pada setiap atlet dari cabang olahraga manapun. Tentu, semakin tinggi VO2 max, atlet yang bersangkutan juga akan memiliki daya tahan dan stamina yang istimewa.

Ada langkah awal yang harus menjadi pegangan para pelatih sebelum melaksanakan tiga cara peningkatan VO2 max, yakni pelatih harus mengetahui berapa jarak dan waktu yang dibutuhkan sang atlet untuk mendapat VO2 max sebelum memulai pelaksanaan pemusatan latihan, tutur Paulus Pasurney dari Bidang Litbang KONI Pusat, Rabu (23/8).

Setelah menjalani tes Balke, umpamanya, sang atlet hanya mampu menyelesaikan lari sejauh 3.600 meter untuk waktu 15 menit, itu berarti kecepatan per detik hanya 4 meter.

Guna meningkatkan daya tahannya, harus diberikan latihan aerobik dengan intensitas 85 persen sebagai tahap pertama dalam meningkatkan VO2 max-nya. Artinya, sang atlet harus terus didadar agar mampu melakukan lari dengan kecepatan 85/100 x 4 meter per detik atau 3,6 meter per detik, selama satu jam.

Metode kedua untuk lebih meningkatkan VO2 max itu adalah memberikan latihan kepada atlet dengan intensitas mencapai 95 persen. Ini artinya sang atlet diharuskan mampu berlari dengan kecepatan 3,8 meter per detik selama setengah jam.

Adapun metode terakhir adalah memberikan latihan secara ekstrem kepada atlet dengan intensitas antara 105 persen-125 persen. Tentu ketiga latihan ini harus diberikan secara bertahap sehingga atletnya dapat mengikuti dengan mudah.

Memang, setelah mendapat latihan terakhir ini, atlet akan memiliki stamina yang andal. Dengan begitu, sang atlet akan cepat mengalami pemulihan dari kelelahan yang dialaminya. Tentu, dengan stamina yang istimewa, sang atlet juga akan memiliki daya tahan yang istimewa pula, tutur pelatih senior itu.

Sekalipun memiliki stamina yang istimewa, atlet tetap harus memiliki penguasaan teknik cabangnya dengan baik. Sebab, dengan teknik yang baik, sang atlet akan efisien dalam bertarung. Artinya, sekalipun lawannya memiliki stamina yang istimewa, tetapi teknik pas-pasan, atlet kita yang bakal menang.

Menurut Paulus Pasurney, latihan untuk meningkatkan VO2 max ini harus dilakukan pada seluruh cabang olahraga. Karena semakin cepat tingkat pemulihan diri atlet dari kelelahan yang dialami, berarti atlet kita tetap tampil prima hingga selesai



Sumber : http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0608/24/or/2901548.htm

Baik manakah antara jalan cepat dengan lari

Selama ini olahraga jalan atau lari menjadi sangat populer karena dianggap sebagai olahraga yang paling murah dan tidak memerlukan peralatan khusus. Tapi kemudian olahraga tersebut berkembang menjadi jalan cepat dan lari. Mana yang lebih efektif?

Beberapa penelitian modern telah mengkategorikan berjalan sebagai olahraga yang cocok dilakukan untuk semua kelompok usia, yang tidak memerlukan peralatan dan persyaratan khusus untuk melakukannya.

Namun, sekarang olahraga jalan cepat pun menjadi populer di berbagai negara termasuk Indonesia. Tapi meskipun olahraga jalan cepat hampir menyerupai lari atau lebih dikenal dengan istilah 
jogging, keduanya tetaplah berbeda.
Mana yang lebih baik?

Dilansir dari 
Buzzle, Sabtu (19/6/2010), jalan cepat bekerja lebih baik untuk orang dengan kelebihan berat badan (gemuk atau overweight). Hal ini karena olahraga jalan cepat dapat membantu mengurangi lemak otot di area dekat sendi. Di sisi lain, jogging atau berlari menerapkan banyak tekanan pada lutut, dan untuk jangka panjang tindakan ini sangat tidak efektif untuk orang gemuk.

Selain itu, intensitas jalan cepat yang lebih rendah dari 
lari, menjadikan jalan cepat sebagai olahraga yang lebih cocok untuk segala usia, terutama orang usia lanjut. Intensitas lari  yang lebih cepat juga masih tidak menjadi pilihan bagi orang gemuk dan memiliki kondisi medis seperti sakit punggung ataupenyakit lainnya.
Pembakaran kalori

Menurut ahli kebugaran, jalan cepat sedikit berbeda dari berjalan, karena jalan cepat digunakan untuk mengembangkan kecepatan atlet. Meskipun tidak perlu berlari, orang harus memastikan kecepatan tertentu yang merupakan faktor yang sangat penting pada olahraga jalan cepat. Kecepatan sekitar 4,5 km/jam dapat cukup membantu untuk membakar kalori.

Jumlah kalori yang terbakar pada saat
 lari hampir sama dengan jalan cepat. Meskipun jalan cepat menggunakan lebih sedikit usaha atau daya tubuh ketimbang lari, tapi jumlah kalori yang dibakar tetap sama. Jadi pada dasarnya, jalan cepat lebih efektif ketimbang lari.

Tapi faktanya, orang memang lebih memilih olahraga yang membuatnya nyaman, entah jalan cepat,
 lari, atau olahraga lainnya. Dan pada intinya, olahraga baik untuk menjaga kesehatan tubuh.
Sumber: detikHealth.com