Sunday, October 3, 2010

Ciri-ciri jamur beracun

ciri-ciri jamur beracun dan cara menghindari nya yaitu sebagai berikut:

* Jamur beracun memiliki cawan atau cincin pada pangkal batangnya.
* Jika jamur mengeluarkan bau seperti telur busuk atau bau amoniak ini biasanya jamur beracun.
* Seperti katak panah beracun yang memiliki warna cerah, jamur beracun juga banyak yang memiliki warna mencolok seperti merah darah, oranye, atau kuning terang. Namun, harus hati-hati juga karena jamur beracun juga ada yang warnanya putih.
* Akan meninggalkan noda atau warna hitam atau biru ketika dipotong oleh pisau stainless steel.
* Kalau dimasak, warna jamur beracun akan berubah menjadi kehitam-hitaman atau lebih gelap.

Untuk menghindari keracunan yang disebabkan oleh jamur ada baiknya mengikuti tips berikut:

* Jamur yang tumbuh pada kotoran hewan sebaiknya tidak dimakan karena dapat menimbulkan efek tertawa kepada yang mengkonsumsinya. Bila dikonsumsi berlebihan jamur dari kotoran hewan, biasanya sapi, ini akan menimbulkan halusinasi berlebihan dan akan membuat pengkonsumsinya kelihatan gila.
* Jangan memakan jamur yang busuk, tidak hanya jamur makanan busuk juga sebaiknya tidak dikonsumsi.
* Disarankan agar memasak jamur terlebih dahulu sebelum memakannya.
* Jangan memakan jamur yang bergetah karena itu mungkin tanda sudah busuk atau beracun.

Friday, October 1, 2010

Menari di Air Manna Menembus Jeram Perawan Lahat

Mirip - Bisa disimpulkan, karakteristik jeram Air Manna hampir mirip Sungai Asahan di Sumatera Utara. Arusnya cenderung agresif dan liar. Di musim hujan, bentukan sungainya bisa mencipta rangkaian standing waves panjang dan saling terhubung (atas).

Kembali ke alam, apa pun bentuknya, selalu menjadi momen paling menyenangkan. Alasan itu juga yang memacu saya untuk melawat ke Desa Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat - Sumatera Selatan ini. Selama dua hari, saya dan beberapa rafters (pengarung jeram) coba menjajal ketangguhan jeram-jeram Sungai Air Manna yang bercokol di kelebatan rimba. Seperti wilayah pinggiran Sumatera lainnya, empat jam perjalanan Lahat - Tanjung Sakti itu penuh kelokan tajam. Sesekali, terlihat jurang menganga. Tapi di lain waktu, tampak kuning padi meliuk-liuk di antara nuansa hijau belantara raya dan hamparan perkebunan kopi yang lama-kelamaan semakin mendominasi pemandangan.
 
Setibanya di Tanjung Sakti, kami langsung bersua dengan Erwin Gumay, penggiat alam bebas dari Lahat. Kedatangan kami juga disambut senyum ramah penduduk setempat yang menyongsong di muka dusun. Bahkan, Drs. Lukman Panggarbesi, camat desa itu berada di antara mereka. Uniknya, ia sendiri pun rela bergabung dan siap memandu kami melakukan survei jeram siang hari itu juga. Sebagai aktivitas pra-pengarungan, kegiatan pertama itu hanya berkutat pada penelusuran data-data sungai. Mulai dari pencarian entry point, menandai bentukan dan tingkat kesulitan jeramnya, hingga ke soal penentuan jalur bagi tim darat yang akan mengiringi selama pengarungan.

Tentu, bukan perkara enteng melakukan hal itu. Memburu entry point yang mudah kami jangkau dari tepi jalan setapak penduduk, misalnya. Terpaksa golok dan parang dikeluarkan demi menerabas kepungan hutan perawan nan lebat ini.Herannya, sepanjang menyi-sir lembah penuh onak duri, tak tampak satu pun bekas tebangan liar. Yang pasti, sejauh pengamatan mata dan atas informasi penduduk setempat yang saya peroleh, hutan yang mengepung sungai ini masih sangat alami dan terjaga keasliannya. Dan tampaknya, baik penebang maupun para cukong kayu dari kota-kota besar masih "silap mata" dengan kelestarian itu.

Terbukti, selama puluhan tahun, hujan lebat tak pernah menjadikan penduduk wilayah ini kerepotan dengan musibah banjir dan longsor. Bagi peminat arung jeram, tentu saja menguntungkan, sebab debit air sungai yang berhulu di Gunung Dempo (3.159 mdpl) ini tak pernah surut, kendati di musim kemarau seperti sekarang.
 
Hari Pertama
Sehari usai pendataan, ihwal kehebatan Air Manna total terbukti. Di hari pertama, kami membagi dua etape pengarungan. Etape pertama bermula dari dusun Sindang Panjang (desa Tanjung Sakti) hingga dusun Gunung Kerto. Etape selanjutnya berlangsung di antara jeram-jeram dusun Gunung Kerto dan berakhir di dusun Simpur. Total 19 kilometer yang akan ditempuh hari ini.

Bara semangat kepalang berkobar di dada, pantang untuk mundur. Apalagi, saya, Dompi, Jack, Erwin Gumay dan rekannya, Andi, sudah bersiap dalam posisi mendayung. Maka, selepas doa bersama, dayung pun dikayuh. "Majuu...!" aba-aba Jack. Belum jauh jarak perahu dari tepi sungai. Mendadak, kesialan menimpa. Saat perahu melabrak jeram pertama, benda karet itu berguncang hebat. Sialnya, pijakan kaki saya kurang mantap, alhasil, tubuh saya limbung seketika dan terlempar dari perahu.

Untunglah, di antara derasnya gelombang standing waves (jeram berbentuk ombak berdiri) tersebut, Andi masih bisa meraih tangan saya. Sigap. Tapi selanjutnya, malah gantian dia yang bernasib serupa. Kendati selamat, pemuda kelahiran Lahat ini sempat dua kali timbul tenggelam dipermainkan buih-buih jeram. Sampai menjelang akhir etape satu, kami belum merasakan rintangan yang berarti. Kecuali satu buah jeram besar berbentuk penurunan (drop) setinggi satu meter. Sesuai aba-aba Jack, perahu masuk perlahan ke mulut jeram itu. Tepat, begitu mulut jeramnya habis, kayuhan semakin diperkuat untuk menghindari hisapan arusnya ke tebing. Perahu lolos.

Pengarungan terasa makin seru, saat memasuki dusun Gunung Kerto. Aliran Air Manna menyatu dengan Air Suka Merindu. Akibatnya debit air menjadi lebih tinggi. Ini terbukti dengan standing wave yang dari jauh terlihat biasa saja, ternyata malah sebaliknya. Besar dan menyeramkan, membuat bentuk perahu seolah mengecil.

Selepas jeram itu, perahu menepi untuk rihat. Puas menjerang rihat, pengarungan kembali berlanjut. "Siapkan konsentrasi penuh, kita tak tahu ada apa di depan," komando Jack, seraya mulai mendayung. Betul saja. Satu lidah riam menyambut, berbuih dan sangat menantang. Terbentuk dari dua buah jeram hydraulic (terbentuk karena aliran vertikal). Demi memperoleh siasat untuk melaluinya dengan gemilang, kami melakukan scouting (pengintaian jeram) di tepi sungai berbatu. "Kita ambil jalur kanan. Usahakan jangan sampai ada yang jatuh," tukas skipper (juru kemudi) kami itu, lantang.

Kiranya, inilah saat paling tepat membentrokkan nyali dan rasa takut yang porsinya sudah tak jauh berbeda. Maka, perlahan dayung dikayuh, seiring aba-aba Jack mengarahkan perahu masuk ke dalam amukan jeram itu. Dalam hitungan detik, saya sulit mengingat apa-apa lagi. Yang ada, hanya berkonsentrasi penuh mendengar arahan skipper, sambil mendayung cepat laksana kemasukan setan.

Mendebarkan, memang. Apalagi, saat saya mengetahui, perahu kami gagal menghindari jalur kanan yang pertama. Karena perahu miring 45 derajat, Dompi dan Andi terlempar ke luar. Nyaris, Jack pun ikut terlempar dan dilalap air. Tapi dengan kesigapan tinggi ia bisa menghindarinya. Di tengah situasi kacau balau, Erwin yang duduk di sebelah saya terjerembab ke bagian dalam perahu. Tak ayal, posisi perahu menjadi kurang seimbang, bisa terbalik. Terpaksa, agar itu tidak terjadi, saya mengimbangi berat perahu dengan berpindah posisi ke bagian kanan.
 
Hari Kedua
Memasuki hari kedua, tingkat kesulitan sedikit berkurang. Kendati begitu, pengarungan di sepanjang rute Dusun Simpur hingga desa Pulau Timun itu tetap berjalan seru dan menegangkan.
Kebanyakan jeram di 10 kilometer rute tersebut hanya berkisar pada standing waves. Kami pun banyak berjumpa patahan sungai yang tingginya bisa melebihi satu setengah meter atau lebih. Hanya Jeram Lubuk Sibayang, sebuah jeram yang sempat membuat otak kami lama berputar untuk menentukan jadi atau tidaknya diarungi.

Bentuk Lubuk Sibayang berupa patahan setinggi 1,5 meter. Tepat di depannya, sebuah batu besar sudah siap menghadang laju perahu. Jika stag di situ, risikonya bisa terbalik, Maka, bersiaplah diempas rangkaian standing waves yang jaraknya pun tak berjauhan dengan patahan tersebut. Nasib baik, lagi-lagi, masih berpihak pada tim perahu. Perlahan dan penuh kewaspadaan mereka menyongsong lidah jeramnya. Dan, begitu melewati patahan itu, mereka lantas mendayung kuat, sehingga benda karet itu tak sampai tertahan di batu.

Menjelang petang, tim tiba perahu di lokasi finish dusun Pulau Timun. Saya, Armen, dan Ican yang menjadi tim darat, tercengang menyaksikan kerumunan penduduk. Tampaknya, mereka tak sabar lagi ingin menyaksikan "pemandangan" tak lazim di dusun mereka yang terpencil itu.
Malamnya, dalam suasana keluarga desa nan damai di pelukan rimba belantara, kami menghabiskan waktu. Bercengkerama ihwal ketegangan-ketegangan yang kami alami selama dua hari ini. (m. latief)




Copyright © Sinar Harapan 2003

Berarung Jeram (yang aman dan nyaman)

Kegiatan arung jeram atau rafting merupakan kegiatan polular yang disenangi tua dan muda, lelaki dan perempuan. Berbasah ria dan menikmati tantangan diayun arus air kuat, diombang ambing jeram dan meliuk-liuk diantara bebatuan merupakan sensasi yang mendebarkan. Menyaksikan pemandangan menakjubkan di sepanjang badan sungai. Sungguh sebuah pengalaman yang mengagumkan dan tidak bakal terlupakan.

Dibalik keindahan dan serunya berarung jeram, bahaya setiap saat mengancam para pengarung jeram bila tidak hati-hati. Walaupun kegiatan arung jeram di lakukan di sungai dengan tingkat kesulitan yang tidak terlalu tinggi dan bisa dilalui wisatawan, namun jeram tetap berbahaya bagi wisatwan bila kita terjebak di dalamnya.

Hati-hati dan selalu mengutamakan keselamatan adalah kunci aman lancar dan menyenangkannya berarungjeram. Pertama kali yang harus kita perhatikan kalau ingin berarung jeram adalah pilihlah operator arung jeram ternama, punya pengalaman dan mengutamakan keselamatan ketimbang harga yang bersaing.

Musim hujan adalah waktu terbaik untuk melakukan petualangan wisata ini. Karena disaat musim hujan debit air sungai tinggi sehingga aliran air cukup kencang dan jeram-jeram besar, sungguh sebuah tantangan yang menarik. Walaupun debit air sungai tinggi, operator berpengalaman tetap memperhatikan keamanan dan terus memantau tingginya permukaan air sungai. Bila arus sungai semakin besar dan kuat, biasanya operator akan membatalkan pengarungan saat itu juga.

Pakailah kaos yang nyaman di tubuh, kalau takut hitam atau lengan terbakar panas matahari, kenakan kaos lengan panjang. Agar kaki leluasa bergerak, kenakan celana pendek (celana pendek lapangan). Jangan pakai celana panjang karena berat dan kaki tidak leluasa bergerak di perahu. Celana panjang juga menyulitkan kita berenang. Jangan gunakan celana pendek dari bahan kain atau katun tanpa ikatan atau ikat pinggang. Karena dalam keadan basah akan berat dan mudah melorot (ini sudah bahasa Indonesia yah)

Pakai topi dan kacamata gelap bila tidak tahan dengan silau sinar matahari. Kemudian yang wajib dikenakan pengarung jeram adalah helm yang pas dikepala, tidak kekecilan (akan menimbulkan rasa sakit) atau terlalu besar, longgar (sehingga mudah bergerak dan bisa menutup mata). Pastikan memilih helm yang baik, tidak pecah atau retak dan masih ada tali pengikat ke dagu. Kalau tidak ada talinya, helm akan mudah lepas dan hilang. 

Helm digunakan di arung jeram untuk melindungi kepala dari benturan batu bila kita tercebur ke sungai. Helm juga berguna untuk melindungi kepala dari benturan dayung dari tamu yang pecicilan di perahu. Jangan lupa gunakan sun block atau tabir surya yang waterproof untuk melindungi kulit wajah dan lengan dari sengatan matahari. 

Pilih pelampung yang disediakan operator rafting yang pas di badan, pelampung yang kekecilan akan membuat sesak badan dan sulit bernafas, sedangkan kalau kebesaran tidak akan maksimal membuat tubuh terapung dengan benar. Malah pelampung akan mudah terlepas dari tubuh. 

Pilih pelampung yang masih baik, semua tali lengkap dan tidak ada bagian yang sobek. Pelampung berguna agar kita tetap terapung bila tercebur ke sungai dan mempertahankan badan tetap diatas permukaan air.

Alas kaki sebaiknya mengenakan sepatu khusus untuk di air atau paling tidak sandal gunung, sepatu kets atau sepatu olah raga lainnya tidak dianjurkan dikenakan. Karena selain berat juga licin di permukaan perahu karet.

Sebelum pengarungan sungai pastikan segala barang dan perhiasan berharga dilepas kemudian disimpan di mobil atau titip ke operator, seperti dompet, kacamata baca, kalung, anting dan gelang karena bisa saja jatuh dan hilang. Jam tangan yang tidak waterproof sebaiknya tidak dikenakan. Periksa kantong celana untuk memastikan tidak ada barang yang bakal rusak kena air seperti uang, kartu atm, id card, hp dan sebagainya.

Tidak dianjurkan membawa camera foto atau video selama pengarungan, karena resiko rusak terkena air sangat besar. Biasanya operator rafting membuat dokumentasi pengarungan, menempatkan photographer di beberapa lokasi yang bagus untuk mengambil gambar seru aktifitas berarung jeram. Hasil jepretan ini kemudian di cetak dan dijual kepada para tamu di lokasi finish. 

Bila ingin sekali mendokumentasikan pengarungan, maka sampaikan rencana ini ke operator. Biasanya photographer atau cameramen akan ditempatkan tersendiri, tidak digabung dengan tamu lain, di perahu yang terdiri dari guide atau pengarung jeram berpengalaman. Ini dimaksudkan agar lebih aman dan perahu mudah dikendalikan sehingga dapat mengambil gambar dengan baik.

Siapkan drybag untuk menyimpan camera. Keluarkan camera dan bidik momen bagus sepanjang pengarungan, bila kondisi memungkinkan, jeram tidak terlalu besar dan dirasakan aman. Kalau perahu akan memasuki jeram besar, dan biasanya akan diberitahukan skipper, maka segera masukan dalam drybag. Jangan ambil resiko, tetap mengambil gambar dalam situasi seperti ini. Sayangi nyawa dan barang anda.

Sebelum pengarungan biasanya operator akan memperagakan beberapa langkah atau cara aman bila tercebur di sungai. Kalau kita tercebur di sungai usahakan posisi menghadap kedepan dengan kaki dalam posisi siap menjejak. Posisi ini dimaksudkan agar kita bisa melihat sekeliling, menghidari batu atau jeram yang kuat. Kaki kita gunakan untuk menahan badan agar tidak membentur bebatuan besar. 

Skiper atau nahkoda di perahu karet yang duduk paling belakang adalah bos di perahu. Ikutin segala perintahnya kalau ingin perahu ingin tetap terapung lengkap dengan penumpangnya. Kalau dia bilang maju, maka semua penumpang perahu wajib mendayung maju, kalau bilang mundur maka semua medayung mundur. Kalau di bilang stop, tidak boleh ada satupun yang boleh mendayung. 

Walaupun kita tamu dan membayar mahal untuk wisata petualangan ini, namun kita harus berbesar hati mau di perintah oleh skipper. Kalau tidak semua akan menanggung resikonya tercebur ke sungai atau lebih parah lagi perahu terbalik.

Biasanya pendayung sebelah kanan paling depan menjadi patokan gerakan mendayung, agar kompak dan seragam. Mendayung maju semua mendayung maju, mundur semua mundur tidak ada yang berbenturan.

Sekali lagi, sungai berjeram biasanya terletak di hulu sungai. Jadi jangan berfikir ada buaya di hulu sungai. Buaya banyak di muara sungai. Binatang yang bisa kita saksikan disepanjang sungai biasanya biawak, ular, kupu-kupu, burung, serangga dan binatang lainnya…..dan semuanya aman. Sama sekali tidak membahayakan pengarungjeram. Jadi apalagi yang diragukan ayo berarung jeram dan rasakan sensasinya.

Sumber: Dody Djohanjaya (ex JP)