Friday, April 13, 2012

10 Danau Gunung Berapi Paling Indah di Dunia


Danau kawah gunung berapi dapat terbentuk dalam beberapa cara. Yang pertama kawah terbentuk begitu saja dan kemudian terisi dengan air. Cara lainnya yaitu danau ini terbentuk setelah letusan gunung berapi. Sejumlah besar magma yang dimuntahkan akan mengosongkan ruang magma di bawahnya, yang kemudian akan runtuh karena gravitasi bumi, selanjutnya akan membentuk lekukan besar yang disebut kaldera, yang akhirnya terisi dengan air. Berikut 10 Danau Gunung Berapi Paling Indah di Dunia.

1. Danau Nyos

Danau Nyos adalah danau kawah gunung berapi dengan panjang 2 km, terletak di bagian Utara Barat Kamerun. Danau ini memiliki dapur magma di bawahnya, yang terus-menerus merembeskan sejumlah karbon dioksida ke dalam danau, mengubah air menjadi asam karbonat. Selama ribuan tahun karbon dioksida merembes ke dalam danau, menjadikan air danau tinggi dengan kadar karbon dioksida, yang menyebabkan beberapa efek yang menghancurkan. Pada 2 Agustus 1986, sebuah longsoran tanah menyebabkan danau melepaskan 1,6 juta ton karbon dioksida, yang naik dengan kecepatan sekitar 100 km per jam menuju ke bibir danau. Awan karbon dioksida ini membuat lebih dari 1.700 orang dan 3.500 ternak yang berada di radius 25 km dari danau menjadi susah bernapas. Ini adalah peristiwa sesak napas secara massal pertama yang disebabkan karena peristiwa alam. Setelah kejadian ini, danau ini kemudian dinobatkan sebagai danau paling berbahaya oleh Guinness World of Records.

2. Danau Heaven

Danau ini terletak di perbatasan antara China dan Korea Utara. Danau yang terletak di dalam kawah gunung berapi dan mencakup sekitar 9,82 km² ini adalah danau cantik yang biasanya tertutup es dari bulan Oktober hingga Juni. Danau ini juga disebut sebagai rumah seorang rakasa legendaris yang disebut Tianchi. Penampakan pertama datang pada tahun 1903, dan dikatakan bahwa ada makhluk seperti kerbau yang menyerang 3 orang dan kemudian masuk kembali ke dalam air setelah ditembakkan dengan senjata sebanyak enam kali. Pada tahun 1962, seorang pria melihat melalui teleskop melaporkan bahwa ia melihat dua makhluk yang saling mengejar di dalam air, dan ratusan orang mengkonfirmasi penampakan tersebut pada hari yang sama. Gambaran makhluk rakasa ini berubah selama bertahun-tahun, kadang juga berupa manusia seperti kepala dan leher sepanjang 1,5 meter, dengan sebuah cincin putih di sekitar pangkal leher dan kulit berwarna abu-abu. Pada tahun 2007, seorang reporter bernama Zhuo Yongsheng disebut merekam video berdurasi 20 menit yang menampilkan enam makhluk tak dikenal berenang di danau. Ia merilis frame film tersebut dimana enam makhluk asing sedang berenang dan berinteraksi satu sama lain. Dia mengatakan bahwa mereka berenang sekitar selama hampir 1½ jam sebelum kembali ke bawah air.

3. Danau Crater

Danau Ini memiliki warna biru yang menakjubkan dan kejernihan air yang mempesona. Danau hampir tidak memiliki tanda-tanda dari polusi. Danau itu terbentuk sekitar 7.700 tahun yang lalu ketika Gunung Mazama meletus. Hal ini diyakini bahwa suku asli Amerika Klamath melihat Gunung Mazama jatuh dan membentuk sebuah danau kawah gunung berapi. Legenda dan kisah-kisah setempat menceritakan pertempuran besar antara dewa langit, Skell dan Llao, dewa dunia bawah yang mengakibatkan gunung hancur selama pertempuran tersebut.

4. Danau Toba

Danau Toba adalah danau kawah gunung berapi besar yang ditemukan di Pulau Sumatera. Dengan panjang 100 km dan lebar 30 km, danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia, dan danau gunung terbesar di dunia. Danau ini tercipta kurang lebih 70.000 tahun yang lalu ketika gunung berapi meletus dengan kekuatan yang sangat dahsyat. Letusan ini diyakini memiliki pembacaan skala VEI 8, dan menyebabkan musim dingin global, dimana sebagian besar manusia yang hidup pada waktu itu meninggal. Hal ini menciptakan hambatan populasi di Timur Tengah, Afrika dan di India, yang telah mempengaruhi keragaman genetik dari setiap orang di bumi ini.

5. Danau Taupo

Danau Taupo terletak di pulau utara di Selandia Baru, dan merupakan danau terbesar di Selandia Baru. Memiliki luas permukaan sekitar 616 km persegi dan diyakini telah terbentuk sekitar 26.500 tahun yang lalu. Letusan terbesar yang diketahui diperkirakan terjadi pada 69.000 tahun lalu dan diukur pada 8 skala VEI, yang menyebabkan gunung berapi runtuh dan menciptakan danau. Gunung ini diyakini telah meletus sekitar 27 kali sejak itu, dan letusan besar terakhir didapat pada tahun 180 Masehi.
Spoiler for Danau Taupo: 

6. Danau Laach

Danau laach adalah sebuah danau kawah gunung berapi dengan diameter sekitar 9 km dan dapat ditemukan di Rhineland-Palatinate, Jerman, dekat kota Koblenz (24 km), Bonn (37 km), Andernach (8 km), dan Mayen (11 km), dan hanya 8 km jauhnya dari sungai Rhine. Kawah terbentuk setelah letusan besar, yang terjadi sekitar 12.900 tahun yang lalu. Letusan menyebabkan pendinginan global, dan tephra dari letusan dapat ditemukan di seluruh Eropa, dengan mineral yang unik banyak ditemukan di daerah tersebut.

7. Danau Katmai

Gunung Katmai ditemukan di semenanjung Alaska. Danau ini meemiliki diameter sekitar 4 km. Kawah terbentuk pada letusan Novarupta pada tahun 1912, dan lebar kawah maksimal sekarang mencapai 6.716 meter. Sedikit yang diketahui tentang letusan gunung berapi sebelum tahun 1912, karena daerah ini tanpa penghuni, tetapi merekam beberapa jejak yang ditinggalkan oleh desa-desa terdekat, dari tahun 1800, disebutkan bahwa ada sebuah gunung berapi di daerah tersebut yang meletus. Letusan pada tahun 1912, adalah salah satu dari dua letusan terbesar pada abad ke-20 (yang lainnya adalah Gunung Pinatubo pada tahun 1991). Letusan berlangsung selama 60 jam dan terjadi sekitar 6 mil jauhnya dari gunung, dalam sebuah ventilasi aktif. Letusan tersebut menyebabkan kaldera jatuh persis di kawah gunung, menciptakan sebuah danau kawah gunung berapi.

8. Danau Towada

Danau Towada adalah danau kawah gunung berapi terbesar di Jepang, dan salah satu dari 12 danau terbesar di Jepang. Danau ini terletak di sebuah kaldera gunung berapi aktif, terbentuk akibat letusan besar sekitar 13.000 tahun yang lalu. Danau ini sebenarnya terletak di sebuah kaldera ganda, yang terbentuk sebagai akibat letusan kecil di bawah danau kaldera sekitar 5.400 tahun yang lalu. Letusan terakhir yang diketahui adalah sekitar 1000 tahun yang lalu, menyebabkan abu dan menghancurkan dan aliran piroklastik, menghambat pertumbuhan tanaman, dan menurunkan suhu jauh di bawah suhu saat musim dingin.

9. Danau Coatepeque

Danau Coatepeque dibentuk setelah serangkaian letusan besar yang terjadi pada 54.000 dan 72.000 tahun yang lalu. Sejak dua letusan besar tersebut, kubah vulkanik telah terbentuk. Danau ini memiliki luas sekitar 26 km persegi, menjadikannya salah satu danau terbesar di El Salvador. Danau ini memiliki sumber air panas di sepanjang tepiannya. Di danau ini juga terdapat sebuah Pulau yang disebut Teopan, yang merupakan situs suci Suku Maya yang penting.

10. Danau Ijen

Danau Ijen adalah sebuah danau kawah gunung berapi yang ditemukan di Jawa Timur, di Indonesia. Danau ini termasuk dalam kelompok stratovolcanoes. Danau ini memiliki luas sekitar 1 km dan memiliki warna yang indah. Danau ini juga merupakan tempat untuk pertambangan belerang, karena ada sebuah ventilasi aktif pada satu sisi danau, yang terus-menerus membawa belerang ke permukaan, dari tempat itu belerang akan dipecah berkeping-keping dan dibawa keluar dari kawah dalam keranjang. Cairan belerang panas yang berwarna merah akan dialirkan keluar dari lubang melalui pipa keramik dan dikumpulkan di lantai, di mana ia akan mendingin dengan sendirinya dan berubah warna menjadi kuning terang



Menangani Hidup di Tempat Gempa dan Rawan Tsunami


Mata masyarakat Indonesia dan dunia tertuju pada Bumi Serambi Mekah, Aceh dan sekitarnya.  Gempa berkekuatan 8.9 SR kembali mengguncang Aceh  sekitar pukul 15.38 WIB.

Menurut pihak BMKG, gempa tersebut berpotensi tsunami. Gempa bumi ini berada pada 434 Km barat daya Meulaboh dengan kedalaman 10 Km. Secara geografis lokasinya berada pada 2.31 LU  dan 92.67 BT.

Saat kejadian, masyarakat kembali panik, takut kejadian serupa terulang seperti pada tahun 2004 segera berhamburan keluar rumah.  Kebanyakan mereka menuju tempat yang lebih tinggi. Sebagian lagi lari menuju masjid.

Berbagai  kejadian gempa bumi dan tsunami yang pernah melanda Indonesia, memberikan kita pelajaran, akan pentingnya mengenal secara dini dua fenomena alam tersebut.


Apalagi kita tinggal di pertemuan 3 lempeng ( lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik) yang sangat rentan digoyang gempa. Untuk itu sangat penting bagi kita yang tinggal dimanapun di Indonesia ini, baik yang di Sabang sampai Merauke harus mengetahui apa yang harus dilakukan jika menghadapi gempa dan tsunami.

Berikut tips sederhana yang dianjurkan banyak ahli penanganan bencana yang bisa dilakukan oleh kelompok masyarakat dan individu dalam menghadapi gempa dan tsunami.

Langkah yang harus dilakukan Kelompok Sadar Bencana ini antara lain :
Petakan daerah rawan genangan tertinggi tsunami, jalur evakuasi, dan tempat penampungan sementara yang cukup aman.
Berkoordinasi dengan Badan Meterologi dan Geofisika (BMG), kepolisian, pemerintah daerah, dan rumah sakit. Jika data dari BMG mengenai peringatan dini bencana tak bisa diharapkan kecepatannya, komunitas ini harus menghimpun gejala-gejala alam yang tidak biasa terjadi.
Melakukan pertemuan rutin untuk menambah pengetahuan mengenai gempa dan tsunami. Jika perlu, mendatangkan ahli.
Melakukan latihan secara reguler, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.
Buat deadline waktu respon evakuasi untuk diterapkan saat latihan agar dalam bencana sesungguhnya telah terbiasa merespon secara cepat.
Buat kode tertentu yang dikenali masyarakat sekitar untuk menandakan evakuasi. Semisal di Pulau Simeuleu yang paling dekat dengan episentrum gempa Aceh, memiliki istilah Semong yang diteriakkan berulang kali untuk menunjukkan adanya tsunami. Dengan kode ini, otomatis harus dilakukan evakuasi secepatnya ke tempat yang lebih tinggi.Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat anggota komunitas tinggal.
Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat anggota komunitas tinggal.
Sedangkan langkah yang harus dilakukan tiap individu adalah :
Siapkan satu tas darurat yang sudah diisi keperluan-keperluan mengungsi untuk 3 hari. Di dalamnya termasuk, pakaian, makanan, surat-surat berharga, dan minuman secukupnya. Jangan membawa tas terlalu berat karena akan mengurangi kelincahan mobilitas.
Selalu merespon tiap latihan dengan serius sama seperti saat terjadinya bencana.
Selalu peka dengan fenomena alam yang tidak biasa.
Untuk membaca tanda-tanda alam sebelum terjadinya tsunami, Amien Widodo memberikan sejumlah petunjuk berdasarkan pengalaman tsunami-tsunami sebelumnya.
Terdengar suara gemuruh yang terjadi akibat pergeseran lapisan tanah. Suara ini bisa didengar dalam radius ratusan kilometer seperti yang terjadi saat gempa dan tsunami di Pangandaran lalu.
Jika pusat gempa berada di bawah permukaan laut dikedalaman dangkal dan kekuatan lebih dari 6 skala richter, perlu diwaspadai adanya tsunami.
Jangka waktu sapuan gelombang tsunami di pesisir bisa dihitung berdasarkan jarak episentrumnya dengan pesisir.
Garis pantai dengan cepat surut karena gaya yang ditimbulkan pergeseran lapisan tanah. Surutnya garis pantai ini bisa jadi cukup jauh.
Karena surutnya garis pantai, tercium bau-bau yang khas seperti bau amis dan kadang bau belerang.
Untuk wilayah yang memiliki jaringan pipa bawah tanah, terjadi kerusakan jaringan-jaringan pipa akibat gerakan permukaan tanah.
Dalam sejumlah kasus, perilaku binatang juga bisa dijadikan peringatan dini terjadinya tsunami. Sesaat sebelum tsunami di Aceh, ribuan burung panik dan menjauhi pantai, sedangkan gajah-gajah di Thailand gelisah dan juga menjauhi pantai. 

Monday, January 23, 2012

Perjalanan kami di Bawakaraeng


Gunung Bawakaraeng adalah gunung yang terletak di kampung Lembanna. Masuk dalam kawasan wisata puncak Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dapat ditempuh sekira tiga jam perjalanan dari Makassar dengan berkendaraan darat ke arah selatan.

Bawakaraeng, secara bahasa, berarti mulut tuhan. Diambil dari bahasa Makassar: bawa artinya mulut; karaeng artinya tuhan. Siapa yang memberikan nama dan apa latar belakangnya, Saya tidak mendapatkan data tentang itu. Yang jelas, gunung Bawakaraeng bukanlah mulut tuhan dalam arti yang sebenarnya.

Pos 3 bawakaraeng


Pemandangan Pos 5 yang sering terjadi badai



Pemandangan dari Pos 7, puncak bukit I Bawakaraeng
Bawakaraeng terdiri dari bukit-bukit yang berjejer megah. Bukit tertinggi memiliki tinggi sekira 2.700 meter di atas permukaan laut. Untuk mendakinya sampai ke puncak, kita harus menyusuri dua bukit dan 10 pos jalur pendakian. Pepohonan lebat beragam jenis, kabut tipis, sungai kecil, dan pelbagai keindahan alam lainnya akan menghiasi setiap jalur pendakian dari pos ke pos hingga ke puncak.
Pemandangan dari pos 10, puncak tertinggi Bawakaraeng


Trianggulasi (tanda ketinggian) di puncak Bawakaraeng
Mereka yang Mati
Pada 1980-an, seorang pendaki wanita bernama Noni bunuh diri di pos 3 Bawakaraeng. Dia menggantung dirinya di sebuah pohon. Dugaan penyebabnya karena patah hati.
Pohon itu masih berdiri hingga kini. Bentuknya anker, seanker kejadian di baliknya. Batangnya besar bercabang, daunnya habis tak tersisa. Bagi yang sudah mendaki Bawakaraeng, pasti kenal betul dengan pohon itu karena pohon itulah yang menjadi penanda pos 3.
Karena alasan mistis, para pendaki enggan mengabadikan pohon itu dalam bentuk foto maupun video. Bahkan mereka juga enggan singgah di pohon itu. Beberapa kesaksian menjelaskan bahwa kejadian aneh terjadi waktu mereka singgah di pohon itu: tiba-tiba hujan, angin kencang, dan lainnya, entahlah! tapi saya sempet mengabadikan lokasi pos 3

Beberapa pendaki juga mati di Bawakaraeng. Badai, suhu dingin, kelaparan, adalah sebagian dari penyebabnya. Pusara yang terpasang menjadi penanda sejarah mereka. Paling terakhir, matinya dua mahasiswa Geologi Universitas hasanuddin, Awy dan Iccank, di Pos 5 karena badai.

Pos 8 bawakaraeng



Longsor yang Menimbun
Pada 2004 silam, longsor terjadi di salah satu bukit Bawakaraeng. Bukit itu terlihat jika kita berjalan menurun dari pos 7 menuju pos 8, seperti gunungan ice cream yang sudah digigit. Akibat longsor, pos 8 lama yang berbentuk padang luas dengan ilalangnya harus berganti dengan pos 8 baru yang gersang, dekat telaga Bidadari yang kering kerontang, hanya menyisakan air yang cokelat dan kotor.
Longsor itu juga menimbun kampung-kampung kecil di lereng Bawakaraeng, tanpa sisa. Lumpur bawahannya malah sempat membuat khawatir sebagian orang karena dianggap tekanannya akan merobohkan bendungan bili-bili, tapi syukurlah, hal tersebut tidak menjadi kenyataan.


Ritual Di Bawakaraeng
Setiap hari raya Idul Adha, banyak warga dari berbagai daerah menuju ke puncak Bawakaraeng untuk melakukan salat Idul Adha dan ritual. Mereka datang sehari sebelum hari raya dan bermalam di puncak dengan bekal dan pakaian seadanya.
Esok subuh, mereka pun memulai salat Idul Adha dan ritual. Mereka memberikan sesajian-sesajian untuk mencari berkah dan keselamatan: gula merah untuk mencari manisnya dunia, kelapa untuk mencari nikmatnya dunia, lilin untuk mencari terangnya dunia, dan sebagainya.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa warga ke puncak Bawakaraeng untuk melaksanakan ibadah haji, tapi pendapat tersebut dibantah oleh Tata Rasyid, penjaga dan penolong Bawakaraeng. Tata Rasyid menegaskan, “Yang benar itu warga naik ke puncak untuk lebaran haji, bukan naik haji. Naik haji itu di Mekkah.”