Thursday, November 19, 2009

ular yang dapat berubah warna

Berita ditemukannya jenis ular yang dapat berubah warna beberapa
waktu lalu di Kalimantan menarik perhatian media. Ular itu ditemukan di
sungai Kapuas tidak jauh dari Betung Kerihun, Kalimantan. Nama ular
dalam bahasa Latin adalah Enhydris Gyii. Gyi adalah pakar ular asal
Birma yang menyilidiki klasifikasi jenis-jenis ular. Berikut rangkuman
wawancara dengan Dr. Mark Auliya yang menemukan ular 'bunglon' ini.

Berubah Warna Kalau Diam
Dr. Mark Auliya,
seorang biolog Jerman, ketika bertugas di Kalimantan, menemukan ular
yang bisa berubah warna. Ular yang ditemukannya itu dimasukkan ke dalam sebuah ember tertutup. Kurang lebih satu jam kemudian ia melihat ular itu berubah warna. Warna asli ular tersebut adalah coklat
kehitam-hitaman, tapi ia berubah menjadi putih setelah berdiam di ember
itu. Ternyata ular ini menjadi putih bila dia tidak aktif. Mangsa jenis
ular ini adalah ikan dan katak.

Penting untuk Ekosistem
Penemuan jenis ular ini penting, jelas Dr. Mark Auliya, karena semua
satwa punya fungsi dalam ekosistem kita. Berkat keseimbangan alam kita
bisa hidup dengan nyaman. Bila keseimbangan alam terganggu maka kita
akan merasakan dampak negatifnya. Hal itu bisa kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari. Bila ular sawah habis, maka tikus akan
merajalela dan menghabiskan padi.

Enhydris Gyii
Ular yang bisa berubah warna ini diberi nama Enhydris Gyii dan
ditemukan di Putusibau, tidak jauh dari Betung Kerihun, Kalimantan.
Panjangnya sekitar 70 cm. Ular ini berbisa, tapi tidak berbahaya bagi
manusia. Bisanya itu berfungsi untuk mencerna mangsa yang dimakannya.
Jadi seperti enzym pada manusia. Diperkirakan ada 10 jenis ular di
dunia yang bisa berganti warna, namun apa fungsi ular-ular tersebut
belum diketahui.

160 Jenis Ular
Dr. Mark Auliya menemukan jenis ular ini ketika bekerja selama satu tahun di Kalimantan untuk World Wildlife Fund, Dana Perlindungan Satwa Liar
Dunia, cabang Jerman. Menurutnya ada sekitar 160 jenis ular di
Kalimantan, Sarawak, Brunei dan Sabah. Jumlah ini amat banyak bila
dibandingkan dengan jumlah jenis ular di Eropa. Di Inggris hanya ada 3
jenis ular dan di Jerman 5 sampai 6 jenis ular.

Pelestarian Habitat
Pada umumnya ular adalah binatang yang ditakuti dan tidak disukai oleh
manusia. Menurut dr. Mark Auliya, orang tidak suka atau ingin membunuh
ular karena tidak mengetahui fungsinya. Ini adalah masalah pendidikan
dan penyuluhan baik di sekolah maupun untuk orang-orang dewasa. Mereka harus diberi pemahaman bahwa hutan adalah tempat tinggal ular dan reptil lainnya. Habitat itu harus dijaga kelestariannya. Sebuah habitat
yang utuh menyimpan berbagai macam binatang, termasuk ular. Keberadaan berbagai satwa dan tumbuhan diperlukan.

Perdagangan Ilegal
Salah satu yang mengancam kelestarian alam adalah perdagangan satwa
langka secara ilegal, termasuk ular. Kulit ular misalnya diminati
sebagai bahan baku untuk membuat tas dan sepatu. Menurut dr. Mark
Auliya, perdagangan ular tidak perlu dilarang sepenuhnya, namun harus
diperhatikan apakah jenis dan populasi satwa itu tidak terancam. Ini
adalah sebuah perjanjian internasional yang mengikat.

1 comment:

213 said...

Di daerah kami juga ada,,,ketika saya berjalan saya melihat ada buntut di semak laku di melakukan berubah warna coklat jadi warna coklat kebiruan,lalu saya lihat trus tenyata ular bukan bunglon,ular itu sangat lincah