Thursday, March 4, 2010

Membaca Tanda-tanda Alam Agar Selamat

Bencana memang datang tak diundang. Meski teknologi sudah bisa memprediksi beberapa bencana tapi tetap tidak ada salahnya membaca tanda-tanda alam agar selamat dan sehat.

Tanda-tanda alam yang bisa dipelajari itu seperti membaca gerakan angin yang tidak biasa, tekanan udara atau cuaca yang ekstrim. Selain membaca tanda alam, yang juga bisa diwaspadai adalah perilaku hewan yang berubah. 

Angin kencang meski sudah bisa diprediksi lewat teknologi, manusia tetap bisa membacanya dengan melihat alam sekitar. Bencana angin kencang berupa topan atau badai harus diwaspadai karena memberikan efek yang banyak termasuk transportasi darat, laut dan udara.

Seperti dilansir dari IDEF Foundation, tanda-tanda terjadinya angin kencang atau badai adalah penurunan suhu dan tekanan udara yang drastis secara tiba-tiba. Terlihat gumpalan awan gelap, besar dan tinggi. Petir dan guruh terlihat dari jauh. Terdengar suara gemuruh, guntur dari kejauhan.

Angin kencang, awan gelap dan hujan juga bisa menjadi tanda peringatan akan datangnya badai petir. Ketika badai petir datang tempat paling aman berlindung dalam dalam bangunan.

Memprediksi banjir juga seharusnya mudah dilakukan jika volume hujan yang terus menerus sudah mulai diwaspadai oleh penduduk yang tinggal dekat aliran sungai. Atau kondisi jalanan yang minim saluran air juga bisa menimbulkan banjir. 

Yang sulit jika banjir datang tiba-tiba seperti air bah di daerah aliran sungai. Tapi itu pun alam sebenarnya sudah memberikan tanda-tanda dengan perilaku hewan.

Selama berabad-abad hewan dapat memprediksi bencana alam, jauh sebelum manusia dapat memprediksinya. Hewan seolah-olah memiliki indera keenam untuk dapat mengetahui akan adanya badai, gempa bumi dan tsunami.

Para ilmuwan berteori bahwa hewan mampu menangkap getaran-getaran atau perubahan tekanan udara di sekitar mereka yang tidak dapat dilakukan manusia.

"Saya tidak berpikir bahwa ini adalah indera keenam, setidaknya tidak ada yang dapat kita ukur pada saat ini," kata Diana Reiss, Ph.D., direktur penelitian mamalia laut di Wildlife Conservation Society, berbasis di Bronx Zoo di New York City, seperti dilansir Foxnews, Kamis (4/3/2010).

Menurut Reiss hewan memiliki sensor yang sangat halus. Pada beberapa spesies, ada yang memiliki kemampuan sensor diluar kemampuan manusia.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah mencoba menentukan kemampuan sensor tersebut, sehingga suatu hari dapat digunakan manusia untuk mendeteksi adanya bencana alam.

Peneliti di China telah mempelajari masalah ini sejak tahun 1950-an dan menemukan bahwa beberapa hewan seperti ular, dapat mendeteksi gempa bumi. Ular terlihat keluar dari sarang mereka di tengah hibernasi (tidur panjang) musim dingin, dan binatang lain tampaknya juga dapat merasakan gempa sebelum benar-benar terjadi.

Di Sri Lanka dan Thailand ada sebuah cerita tentang gajah-gajah berlari ke bukit satu jam sebelum tsunami tahun 2004 yang menghancurkan desa dan membunuh hingga 150.000 orang di kedua negara itu.

"Saya tidak bisa mengerti, dan hal ini bisa menjadi penelitian yang berulang-ulang," kata Ravi Corea, presiden dan pendiri Sri Lanka Wildlife Conservation Society.

Corea mengatakan bahwa orang-orang melihat tiga gajah yang melarikan diri menuju tempat yang lebih tinggi satu jam sebelum adanya tsunami, di suaka margasatwa terbesar kedua di Sri Lanka, Yala National Park.

Reiss dan Corea menjelaskan bahwa pada kenyataannya hewan-hewan ini memiliki pendengaran yang fenomenal. Mereka mengatakan gajah dapat merespons dan memproduksi gelombang infrasonik (gelombang suara pada frekuensi yang lebih rendah dari gelombang yang dapat didengar manusia). Mamalia yang memiliki kemampuan sama adalah jenis paus tertentu.

Menurut Corea ada kemungkinan perubahan geografis menghasilkan suara dengan frekuensi rendah yang tidak bisa didengar oleh manusia, tapi dapat ditangkap oleh gajah.

Namun gajah bukanlah satu-satunya hewan yang dapat mendeteksi adanya bencana. Burung, monyet, anjing dan semua makhluk lain tampaknya bertingkah aneh sebelum adanya bencana alam.

Beberapa kelelawar, yang aktif di malam hari dan biasanya tidur di siang hari, menjadi sangat aktif setengah jam sebelum gelombang tsunami datang.

Anjing yang biasanya terlihat senang, melompat-lompat dan berlari-lari dengan pemiliknya, menjadi tidak tertarik melakukan hal tersebut.

Begitu pula dengan monyet yang biasanya sangat suka dengan pisang, tiba-tiba menjadi tidak tertarik dan bertingkah sangat aneh.

Hal-hal tersebut mengajarkan kita untuk lebih memperhatikan tanda-tanda alam yang ada sebelum terjadinya bencana alam.

Corea juga menjelaskan bahwa hewan liar dapat bertahan hidup dengan selalu waspada. Alam sangatlah lentur, dan kita tidak boleh lupa bahwa manusia juga bagian dari alam.

Sementara bencana gempa hingga kini masih sulit diprediksi datangnya, ilmuwan baru bisa memprediksi kemungkinan terjadinya gempa karena ada pergeseran bumi tapi tidak tahu persis kapan waktunya. Sedangkan letusan gunung berapi harusnya juga mulai diwaspadai jika sudah ada tanda-tanda peningkatan suhu udara yang ekstrem sekitar gunung.

Agar selamat dari bencana seperti angin kencang sebaiknya menutup jendela-jendela dan pintu-pintu kaca dengan papan. Berdasarkan penelitian tentang angin disimpulkan bahwa bangunan akan lebih bisa bertahan apabila tidak ada angin yang masuk. Tetap berada di dalam rumah, kecuali apabila dianjurkan untuk mengungsi.

Tuesday, March 2, 2010

Aneka wisata alam di Banten

Cagar Alam Pulau Burung (Pulau Dua)
Pulau Habitat Burung seluas 30 Ha ini letaknya sekitar 3 mil laut sebelah timur laut Pelabuhan Karangantu. Dapat ditempuh dengan perahu motor dari Karangantu, atau jaan kakai, naik sepeda motor melalui Desa Sawah Luhur Kecamatan Kasemen. Pulau ini unik karena setiap bulan April sanpai dengan Agustus banyak didatangi ribuan bahkan pernah tecatat tidak kurang dari 40.000 ekor burung penerbang jarak jauh dari Asia, Australia dan Afrika.
Pemandian Air Panas Batukuwung
Terletak di kaki gunung Karang, tepatnya di desa Citasuk Kecamatan Padarincang, dapat dijangkau dengan berbagai kendaraan sekitar 35 Km ke selatan kota Serang, atau dapat juga melalui jalur Anyer – Cinangka – Batukuwung. Di tempat ini Anda bisa menikmati mandi air panas beryodium tinggi tanpa belerang atau mandi air dingin serta kolam renang. Atau dapat pula berekreasi disekitarnya untuk menikmati kesegaran alam lingkungannya yang masih segar.
Wulandira Purnama
Sebuah kawasan wisata penuh sarana rekreasi di kaki gunung Pinang Kramatwatu mengutamakan rekreasi memancing ikan air tawar disamping fasilitas hiburan anak-anak dan panggung terbuka.
Mercusuar Anyer Kidul
Mercusuar setinggi 75.5 M dengan 18 lantai ini dibangun pada tahun 1885 atau 2 tahun setelah Gunung Krakatau meletus. Dinding baja setebal 2,5 Cm pada lantai II dan 12 Mercusuar ini terdapat lobangsetebal 2 M. Dalam sejarah Indonesia, Anyer Kidul sangat dikenal karena Gubernur Jendral Daendels pada tahun 1811 mengawali pembangunan jalan di Pulau Jawa sepanjang 1.000 Km dimulai dari Anyer Kidul ini sampai Panarukan ujung Timur Jawa Timur.
Pantai Karangbolong
Pantai Karangbolng yang terlertak 50 Km dari kota Serang atau 140 Km dari kota Jakarta, berada di pinggir Jalan Raya Anyer – carita, merupakan kawasan rekreasi pantai dimana terdapat sebuah karang besar yang tengahnya berlubang secara alamiah dengan posisi menghadap ke laut lepas. Kemungkinan besar Karang Bolong ini terjadi karena akibat letusan gunung Krakatau pada tahun 1883. Di bagian puncaknya terdapat kupel peninjauan dan hutan mini sebagai tempat beristirahat sambil menikmati pemandangan laut lepas.
Pantai Anyer-Cinangka dan Salira Indah
Sepanjang pantai kawasan Anyer sampai Pasuruan, Anda dapat menikmati fasilitas rekreasi dan olah raga. Mulai dari hotel (Melati dan berbintang sampai dengan bintang lima), motel, hometel, restoran, pondik wisata, dermaga kapal, pemandangan air laut yang bersih, motor boat, jet ski, banan speed boating, selancar air, sampai perahu tadisionil dan peralatan selam dan sebagainya. Sedangkan dekat dengan pelabuhan Ferry Meak, terdapat sebuah tempat rekreasi pantai yaitu Pantai Salira Indah untuk kegiatan rekreasi laut seperti: mandi, berenang, berlayar, berselancar, memancing, ataupun sekedar berkemah di sekitar panorama.
Gunung Krakatau
Gunung Krakatau terletak di Selat Sunda. Gunung ini menjadi terkenak di seluruh dunia karena letusannya pada tahun 1883 yang menggemparkan dunia dengan membawa malapetaka besar. Kabarnya, dentumannya terdengar sapmpai Australia Barat dan Kolombo. Bahkan awan panansnya yang memebara selama seminggu di angkasa sempat mencapai kawasan Eropa. Jika Anda berkunjung ke sana, Anda akan dapat melihat bagaimana dahsyatnya daya dorong perut bumi yang dapat menjungkir balikkan jutaan ton material batu-batuan dan pasir sehingga membentuk sebuah anak gunung.
Sungai Ciberang, Potensi Wisata Petualangan di Banten Siapa sangka dibalik pedalaman Banten terdapat suatu suguhan alam yang indah dan berpotensi menjadi salah satu obyek andalan wisata di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Sungai Ciberang, berada di desa Cipanas, kecamatan Cipanas di mana begitu banyak desa – desa dengan alam yang masih alami tersembunyi dan belum tergarap apalagi dikenal masyarakat di luar Banten. Sebuah permata bersinar redup karena belum terasah dengan sempurna. Sungai Ciberang kini mulai dirintis menjadi obyek wisata petualangan arung jeram baru yang akan menjadi alternatif wisata ini selain di kawasan Sukabumi, Jawa Barat. Dengan suasana alam pedesaan lengkap dengan persawahan , perkebunan dan kehidupan serta keramahan masyarakat desa di sekitar sungai ini, menyebabkan sungai ini dapat menjadi sumber alternatif wisata, khususnya di Propinsi Banten. Diawali dengan Kang Asep ( 43 tahun), seorang penggemar olah raga petualangan sekaligus pengusaha pabrik perahu Arung Jeram di Balaraja – Tangerang ini tertarik untuk membuka usaha operator arung jeram.Kebetulan dia juga sedang melakukan survey sungai – sungai di sekitar Tangerang. Maka mulailah pada bulan Mei 2007, pengusaha yang bernama lengkap Asep Gana Kusuma ini mempelajari situasi dan karakter Sungai. Bekerja sama dengan Pengurus Faji ( Federasi Arung Jeram Indonesia) dan pemda setempat, akhirnya iya mulai merintis penjualan paket – paket wisata petualangan arung jeram dan di bulan Juni 2007 sudah mendatangkan tamu dari Jakarta untuk berrafting ria. Untuk akomodasi pun tidak ada masalah. Kang Asep bekerja sama dengan seorang pengusaha setempat yang juga dipandang sebagai tokoh masyarakat, yaitu Haji Dudi (51 tahun). Dengan usaha toko kelontong, warung makan, wartel dan penginapan, tentunya bisa menyediakan kebutuhan para tamu yang akan berarung jeram. Menurutnya Kabupaten Lebak, khususnya Desa Cipanas memang dirasakan tidak dikenal oleh masyarakat umum. Seiring dengan era reformasi dan pembentukan Propinsi banten serta pemilihan kepala daerah yang semakin demokratis, Desa Cipanas semakin berkembang. ditambah lagi dengan pembukaan sungai Ciberang dengan dua buah operator arung jeram, Banten Adventure dan Baduy Adventure, semakin membuka kesempatan bagi desa Cipanas dan kabupaten Lebak untuk dikenal. Sebetulnya, di desa ini sudah dikenal dengan adanya tempat wisata andalan yaitu kolam air panas, Tirta Lebak Buana Buana. Oleh karena itu nama desa ini Cipanas. Awalnya kolam air panas alami ini dikelola warga setempat sejak tahun 1970-an. Namun seiring perkembangan jaman, pengelolaannya ditunjuk satu orang dari penduduk setempat serta mendapat bantuan pembangunan dari pemda setempat hingga sekarang. Selain itu terdapat pula desa Cipanas ini dikenal dengan adanya Pesantren La Tanza yang diambil dari bahasa Arab yang artinya “jangan lupa”.Dari sinilah awal penginapan Simpang Tiga milik Haji Dudi ini dibuka. Dari kebutuhan para kerabat para santri yang menjadi penghuni pesantren ini untuk mendapatkan tempat bermalam, hingga kini membuka penginapan sederhana dengan 8 kamar. Selain wisata air panas dengan harga masuk Rp 3.000,- untuk anak – anak dan Rp. 5.000,- untuk dewasa dan Wisata arung jeram dengan 3 pilihan jalur dengan tantangan medan jeram yang variatif, Juga ada wisata alam air terjun dan wisata situs purbakala. Mungkin masih banyak potensi obyek wisata yang belum tergali. Untuk menguaknya cobalah terlebih dahulu arung jeramnya dengan air yang masih jernih dan sejuk serta suasana yang alami. (ferry) Menuju kesana: Sungai Ciberang, desa Cipanas, kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten ini dapat di capai melalui jakarta Tangerang via Tol Tomang, Rangkas Bitung dan Bogor via Jasinga selama 2jam. Ada kendaraan umum dari Bogor, berupa angkot jurusan Bogor Jasinga dengan tarif Rp. 12.000,- dan dari Rangkas Bitung dengan tarif Rp. 10.000,-
Cas waterpark Royal Tirta Anugrah Cikole
Buat anda yang ingin berlibur bersama keluarga dan rombongan, yang paling enak dan paling murah cuma ada di cas waterpark Royal Tirta Anugrah Cikole, Harga Tiket kurang lebih Rp. 5000 per orang, langsung aja kunjungi kami di Kawasan Wisata Cikole, Tiket Bisa Langsung Anda Pesan Disana, Persediaan Banyak.

Thursday, February 25, 2010

Rock climbing

ROCK CLIMBING
Pendahuluan
Olah raga rock climbing semakin berkembang pesat pada tahun-tahun terakhir ini di
Indonesia. Kegiatan ini tidak dapat dipungkiri lagi sudah sudah merupakan kegiatan
yang begitu diminati oleh kaula muda maupun yang merasa muda ataupun juga yang
selalu muda.Pada dasarnya, rock climbing adalah teknik pemanjatan tebing batu yang
memanfaatkan cacat batu tebing (celah atau benjolan) yang dapat dijadikan pijakan
atau pegangan untuk menambah ketinggian dan merupakan salah satu cara untuk
mencapai puncak. Ciri khas rock climbing adalah prosedur dan perlengkapan yang
digunakan dalam kegiatan, juga prinsip dan etika pemanjatan.
Rock Climbing bukan hanya menjadi komoditi industri olah raga dan petualngan saja.
Tetapi aplikasinya juga telah menjadi komoditas industri-industrilainnya seperti
wisata petualangan,outbound training,entertaiment,iklan dan film,serta industriindustri
lainnya yang membutuhkan jasa ketinggian.Oleh karena itu perlu ilmu rock
climbing yang sangat mendasar sebagai acuan yang kuat diri dan dunia rock climbing
itu sendiri.
Sejarah Rock Climbing
Pada awalnya rock climbing lahir dari kegiatan eksplorasi alam para pendaki gunung
dimana ketika akhirnya menghadapi medan yang tidak lazim dan memiliki tingkat
kesulitan tinggi,yang tidak mungkin lagi didaki secara biasa (medan vertical dan
tebing terjal).Maka dari itu lahirlah teknik rock climbing untuk melewati medan
yang tidak lazim tersebut dengan teknik pengamanan diri (safety procedur).Seiring
dengan perkembangan zaman rock climbing menjadi salah satu kegiatan petualangan
dan olah raga tersendiri.Terdapat informasi tentang sekelompok orang Perancis di
bawah pimpinan Anthoine de Ville yang mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097
mdpl) di kawasan Vercors Massif pada tahun 1492. Tidak jelas benar tujuan mereka,
tetapi yang jelas, beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebingtebing
batu di pegunungan Alpen diketahui adalah para pemburu Chamois (sejenis
kambing gunung). Jadi pemanjatan mereka kurang lebih dikarenakan oleh faktor mata
pencaharian.
Pada tahun 1854 batu pertama zaman keemasan dunia pendakian di Alpen diletakan
oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3708 mdpl). Inilah
cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga. Kemudian pada tahun-tahun
berikutnya barulah terdengar manusia-manusia yang melakukan pemanjatan tebingtebing
di seluruh belahan bumi.
Lalu pada tahun 1972 untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal
olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam olimpiade Munich.
Baru pada tahun 1979 olah raga panjat tebing mulai merambah di Indonesia.
Dipelopori oleh Harry Suliztiarto yang memanjat tebing Citatah, Padalarang. Inilah
patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.
Teknik Dasar Pemanjatan / Rock Climbing
1. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga
yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula
biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya pada
pegangan tangan, dan menempatkan badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan
yang salah. Tangan manusia tidak bias digunakan untuk mempertahankan berat badan
dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan
untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan berat badan ke
tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini
memberikan peluang untuk tergelincir.Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit
(tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
2. Friction / Slab Climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini
dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan
cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan
membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik
dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolaholah
berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan,
dikenal teknik-teknik berikut.
• Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar.
Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah
sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
• Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney). Badan
masuk diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki
menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua
tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas bersamaan
dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
• Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies).
Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah
tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang
juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
• Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan
kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung
miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang
berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian
bergerak naik ke atas silih berganti.
Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat
Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah
diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan
yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Pada free
climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam
pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut
ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini
seorang pendaki diamankan oleh belayer.
Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukan dengan
segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak
memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang
pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan pada
rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala
gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan
free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko
yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang
mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.
Atrificial Climbing
Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor,
stirrup, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering
sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau
peluang gerak yang memadai.
Sistem Pendakian
1. Himalaya Sytle
Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai
sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang pada pendakianpendakian
ke Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas
beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga
dengan berhasilnya satu orang dari seluruh team, berarti pendakian itu sudah
berhasil untuk seluruh team.
2. Alpine Style
Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan
bahwa semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap berhasil.
Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karena para pendaki tidak perlu lagi
kembali ke base camp (bila kemalaman bias membuat fly camp baru, dan esoknya
dilanjutkan kembali).
Teknik Turun / Rappeling
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang
sepeuhnya bergantung dari peralatan. Prinsip rappelling adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2. Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai
pendorong gerak turun.
3. Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk
mengatur kecepatan.
Macam-macam dan Variasi Teknik Rappeling
1. Body Rappel
Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada
teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang
terkena gesekan akan terasa panas.
2. Brakebar Rappe
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali, dan brakebar. Modifikasi lain dari
brakebar adalah descender (figure of 8). Pemakaiannya hampir serupa, dimana gaya
gesek diberikan pada descender atau brakebar.
3. Sling Rappel
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak
dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis
simpul yang digunakan adalah jenis Italian hitch.
4. Arm Rappel / Hesti
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan.
Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.
Dalam rapelling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan
terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada
tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :
1. Periksa dahulu anchornya.
2. Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.
3. Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan
bahwa tali sampai ke bawah (ke tanah).
4. Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga
apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga
dapat melihat lintasan yang ada.
5. Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan
lainnya.
Peralatan Pemanjatan
1. Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan
jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan
yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian
dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat
berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang
ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :
• Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali
static digunakan untuk rappelling.
• Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok
(merah, jingga, ungu).
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang
berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
• Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).
• Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
3. Sling
Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi
sling antara lain :
- sebagai penghubung
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4. Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan,
sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau
rappelling.
5. Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila
dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
6. Harnes / Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harnes :
• Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
• Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung
dirakit oleh pabrik.
7. Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
• Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat.
Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
• Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot.
Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya
tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8. Anchor (Jangkar)
Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada
achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam
anchor, yaitu :
• Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing,
tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
• Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada
tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.
Mengetahui perbedaan antara; nuts dan cams, friends dan carabiner, dan lainnya
Belay Device (Peralatan untuk Belay)
Belay Device adalah peralatan untuk menahan tali saat pemanjatan
agar pemanjat tidak terjatuh. Banyak jenis yang biasa dipakai,
yang paling sering dipakai adalah ATC, Figure 8, dan Grigri.
Cam atau Friends
Spring Loaded Camming Device (SLCD) atau biasa disebut cam atau
friends adalah peralatan proteksi pemanjatan yang fenomenal,
diciptakan oleh Ray Jardine seorang aerospace engineer yang
senang manjat pada tahun 1973. Jika ditarik, ujungnya akan mengecil
sehingga mudah dimasukkan ke celah tebing. Jika dilepas ujungnya
akan mengembang memenuhi celah tebing. Cam tersedia dalam beberapa
ukuran disesuaikan dengan lebar celah tebing.
Carabiner
Ada banyak jenis carabiner, setiap jenis memiliki fungsi tersendiri
dalam pemanjatan.
Carabiner HMS memiliki kunci (screw) sebagai pengaman, dipakai
sebagai anchor pada top roping dan juga dipakai oleh belayer.
Carabiner D atau Oval dan Snap (Snapring) digunakan untuk keperluan
lain seperti untuk dipakai bersama dengan cam dan draw.
Quickdraw atau Runner
Adalah pasangan webbing atau sling dengan dua buah carabiner jenis
snapring, dipakai sebagai alat proteksi di tebing.
Hexes
Adalah pasangan sling dengan tabung alumunium (titanium) segi enam.
Berfungsi sama dengan cam, berharga lebih murah, tetapi lebih sulit
dalam penempatannya di celah tebing. Seperti cam. hexes tersedia dalam
beberapa ukuran.
Nuts
Nuts adalah peralatan proteksi yang paling banyak dipakai oleh
pemanjat tebing, fungsinya sama dengan cam dan hexes dengan harga
lebih murah.
Tricams
Adalah peralatan proteksi pemanjatan, walaupun berbeda bentuk tetapi
fungsinya sama dengan nuts. Pemakaiannya relatif sulit, tidak
dianjurkan dipakai untuk pemula.
Prosedur Pemanjatan
Tahapan-tahapan dalam suatu pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah-langkah
sebagai berikut
1. Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
2. Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
3. a. Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudah
untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka
lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
b. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akan
dipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan
leader bila jatug. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun
memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
4. Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba
pendakian.
5. Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus
memasang achor.
6. Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai
belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.