Thursday, November 5, 2009

mengurangi pencemaran



Jika anda mendaki gunung atau sekalipun hanya perjalanan hiking satu hari pulang pergi sangat menyenangkan sekali, selain melatih otot juga bisa membersihkan paru-paru dengan menghirup okesigen bersih tanpa polusi yang telah disaring oleh pepohonan yang ada di sekitarnya. Akan tetapi sering kali saat tengah asyiknya menimati keindahan alam dan bau wewangian lumut dan hutan, tiba-tiba saja penciuman kita terantuk pada bau yang tidak sedap, bahkan tidak jarang mata kita tertumbuk pada pemandangan yang menjijikan, yaitu kotoran manusia.

Sangat tidak nyaman sekali saat kita tengah mengatur alur irama nafas dengan membuka lebar-lebar pintu pernafasan lewat hidung dan mulut tiba-tiba tercekik oleh bau tidak sedap yang tercium oleh indera penciuman kita. Memang kadang kotoran tersebut tidak berada dan tidak kelihatan dari jalan setapak akan tetapi meskipun begitu baunya saja sudah cukup menjadi pelanggaran terhadap kenikmatan saat bercengkrama dengan alam. Bahkan tidak jarang juga ditemukan di jalur jalan setapak dan yang lebih parah adalah di dipinggir sumber mata air dan bahkan tidak jarang didalam genangan sumber mata air yang sering dipakai oleh para pendaki untuk mengambil persediaan airnya.

Banyak kasus seperti ini terjadi di banyak gunung di Indonesia, namun yang terparah adalah di Gunung Gede – Pangrango Jawa Barat, sekalipun diadakan operasi bersih secara berkala, namun pelaku tindak pelanggaran kebersihan ini selalu saja ada. Kucing saja selalu menggali lobang untuk membuang kotorannya dan kemudian menimbunnya kembali hingga bau tidak sedapnya sampai tidak tercium olehnya. Nah manusia yang diaku sebagai makhluk paling pintar dan berbudaya ternyata masih belum mampu melakukan hal disiplin sebagaimana yang dilakukan oleh kucing. Pernah satu ketika saya coba iseng-iseng berbicara dengan beberapa orang pendaki yang kepergok habis buang hajat oleh saya di dalam semak-semak di pinggir Alun-alun Surya Kencana, kemudian iseng saya bertanya kenapa tidak ditimbun, jawab mereka satu yaitu ngga ada alat untuk gali lobang, kalo di gunung lain bisa bawa golok atau pisau komando yang bisa dipakai untuk gali lobang, sedangkan di Gunung Gede ini yang berada dibawah pengawasan Taman Nasional Gede Pangrango, punya aturan super ketat, yaitu tidak dibenarkan membawa senjata tajam dalam bentuk apapun kecuali pisau kecil dan itupun dibatasi satu pisau untuk setiap regunya.

Argumen dari pendaki tersebut benar juga, gimana caranya gali lobang karena ngga punya alat untuk itu, masak mau gali pake Victoninox…????? Kapan kelarnya, sementara yang mau keluar sudah tidak mau kompromi. Dulu pernah dibangun WC di beberapa tempat di Gunung Gede, tapi ya begitulah, pembangunan yang tidak pada tempatnya membuat WC-WC ini jadi tidak bermanfaat, bagaimana bisa bermanfaat jika pembangunan WC ini jauh dari sumber air, atau tidak ada sumber air yang mengalir ke WC tersebut.

ImageNamun tidak sepenuhnya alasan pendaki tadi benar, masih ada alat yang bisa dipakai. Sebetulnya jika mereka memang punya niat untuk memperhatikan kebersihan lingkungan gunung tempat mereka bermain, ada jalan untuk itu, yaitu dengan membawa sekop kecil berkebun yang terbuat dari plastik, diluar negeri ada produsen peralatan yang mengkhususkan diri membuat peralatan kecil yang membantu para penggiat alam bebas. Salah satu peralatan itu adalah sebuah sekop kecil untuk menggali lobang untuk membuang kotoran manusia, alat kecil ini mereka sebut dengan nama “Backpack Trowel” sebuah sekop kecil yang sangat ringan namun kuat dan mampu menggali lobang cukup dalam. Di Indonesia saya tidak menemukan alat ini, namun bisa disiasati dengan membawa sekop kecil berkebun dari plastik, dan saya yakin Taman Nasional Gede Pangrango pasti tidak akan keberatan dengan sekop plastik ini terlebih jika penggunaannya ditujukan untuk menghindari dampak yang diakibatkan oleh kotoran manusia. Menurut prinsip Leave No Trace, sebaiknya lubang untuk kotoran manusia adalah sekitar kedalaman 20 cm dan lebar sekitar 15 cm, serta dianjurkan untuk menggali lobang di pada permukaan yang bertanah atau permukaan berhumus organik, hindari tempat yang berpasir.

Alangkah menyenangkannya bila kita bisa menikmati alam yang indah tanpa harus terganggu dengan bau tidak sedap atau pandangan yang terganggu pada onggokan kotoran manusia yang sungguh-sungguh menghilangkan kenikmatan kita saat bercekrama dengan alam. Mari kita masyarakatkan di kalangan pendaki gunung kebiasaan gali dan timbun padaa saat membuang kotoran manusia, bawalah sekop kecil plastik selalu di ransel anda, dengan begini anda sudah membantu terhindarnya pencemaran terhadap sumber air yang akan mengalir ke sungai-sungai yang terus mengalir hingga ke pemukiman. Mari kita selamatkan sumber mata air gunung.

Daftar Taman nasional yang ada di indonesia.

List dibawah ini hanya menampilkan Taman Nasional Pegunungan dan tidak menampilkan Taman Nasional Kelautan.

Gunung Leuser
(Kabupaten Aceh Tenggara/Aceh Selatan/Langkat)
Jl. Blangkejeren 37 Km3, PO Box 16 Kutacane, Nanggroe Aceh Darusallam

Siberut
(Kabupaten Padang Pariaman)
Jl. Raden Saleh 8C PO Box 159 Padang, Sumatera Barat

Kerinci Seblat
(Kabupaten Pesisir Selatan/solok/Sawah Lunto/Kerinci/Bungoebo/Saralangon/Bangko/Musi Rawas/Bengkulu Utara/Rejang)
Jl. Basuki Rahmat 11 Sungai Penuh Jambi

Bukit Tigapuluh
(Kabupaten Indragiri Hilir/Hulu/Bungo Tebo/Tanjung Jabung Barat)
Jl. Raya Rengat 70, Pematang Reba, Rengat Indragiri Hulu Riau

Bukit Dua Belas
(Kabupaten Sarolangon/Bangko/Batang Hari/Bungo Tebo)
Jl. Arif Rachman Hakim 10, Jambi 36124

Berbak
(Kabupaten Tanjung Jabung)
Jl. Arif Rahman Hakim 10C

Sembilang
(Kabupaten Musi Banyuasin)
Jl. Kolonel H Barlian 79 Puti Kayu KM 6 PO Box 1288, Palembang 310153

Bukit Barisan
(Kabupaten Bengkulu Selatan/Lampung Utara/Lampung Selatan)
Jl. Ir. H. Juanda 19, Tanggamus Kota Agung, Lampung

Way Kambas
(Kabupaten Lampung Tengah)
Jl. Raya Way Jepara Labuan, Ratu Lama, Lampung

Ujung Kulon
(Kabupaten Pandeglang)
Jl. Perintis Kemerdekaan no.51, Labuan Pandeglang 42264

Gunung Halimun
(Kabupaten Bogor/Sukabumi/Lebak)
Jl. Parungkuda PO.Box 2, Kabadungan Sukabumi 43157, Jawa Barat

Gunung Gede Pangrango
(Kabupaten Bogor/Sukabumi/Cianjur)
Jl. Raya Cibodas PO.Box 3 Sdl. Cipanas 43253, Cianjur, Jawa Barat

Bromo Tengger
(Kabupaten Probolinggo/Malang/Pasuruan/Lumajang)
Jl. Raden Intan No.6, Malang, Jawa Timur atau Jl. Panda No.8, Malang Jawa Timur

Meru Betiri
(Kabupaten Jember/Banyuwangi)
Jl. Sriwijaya 53 Jember 68121

Alas Purwo
(Kabupaten Banyuwangi)
Jl. Achmad Yani 108 Banyuwangi 68416, Jawa Timur

Baluran
(Kabupaten Situbodo)
Jl. KH Agus Salim 132 Banyuwangi, Jawa Timur

Bali Barat
(Kabupaten Jembrana/Buleleng)
Jl. Kantor Pos Gilimanuk Cekik 82253, Bali

Gunung Rinjani
(Kabupaten Lombok Barat/Tengah/Timur)
Jl. Erlangga 88, Mataram, Nusa Tenggara Barat

Komodo
(Kabupaten Manggarai)
Jl. Kasimo Labuan Bajo, Flores Barat 86554, Nusa Tenggara Timur

Kelimutu
(Kabupaten Ende)
Jl. Achmad Yani 34 Ende, Flores Nusa Tenggara Timur

Laiwangi Wanggameti
(Kabupaten Sumba Timur)
Jl. Perintis Kemerdekaan PO.Box 1014, Kupang 85228, Nusa Tenggara Timur

Manupea Tanah Daru
(Kabupaten Sumba Timur/Barat)
Jl. Perintis Kemerdekaan PO.Box 1014, Kupang 85228, Nusa Tenggara Timur

Gunung Palung
(Kabupaten Ketapang)
Jl. KH Wahid Hasyim 41-A Ketapang, Kalimantan Barat

Danau Sentarum
(Kabupaten Kapuas Hulu)
Jl. Abdulrahman Saleh 33 Pontianak, Kalimantan Barat

Betung Kerihun
(Kabupaten Kapuas Hulu)
Jl. Komodor Yos Sudarso 100 Putussibau 78711, Kalimantan Barat

Bukit Baka Raya
(Kabupaten Sintang)
Jl. Dr. Wahidin 75, Sintang 78611 Kalimantan Barat

Tanjung Puting
(Kabupaten Kota Waringin Barat/Timur)
Jl.HM Rafli Km.2 Pangkalan Bun, Kotawaringin Kalimantan Tengah

Kayan Mentarang
(Kabupaten Bulungan)
Jl. MT Haryono Samarinda, Kalimantan Timur

Kutai
(Kabupaten Kutai)
Jl. Awang Long, Tromol Pos 1, Bontang 75311, Kalimantan Timur

Bogani Nani
(Kabupaten Bolaang Mongondow/Gorontalo)
Jl.AKD Mongkonai, Kotamobagu 95716, Sulawesi Utara

Lore Lindu
(Donggala/Poso)
Jl. Mawar no.10 Palu, Sulawesi Tengah

Rawa Aopa Watumohai
(Kabupaten Buton/Kolaka/Kendari)
Lanowulu Tinanggea Kendari, Sulawesi Selatan

Lorentz
(Kabupaten Merauke/Paniai/Jayawijaya)
Jl. Raya Abepura, Kotapraja, PO Box 1217 Jayapura 99351 Papua Irian Jaya

Wasur
(Kabupaten Wasur)
Jl. Raya Mandala, Gang Spadem No.2 PO Box 109, Merauke 99611 Papua Barat

MELAKUKAN PERJALANAN LAUT

Negara kita adalah negara kepulauan. Ribuan pulau tersebar di seantero wilayah Indonesia. Lautan memisahkan satu desa, kabupaten, propinsi dan wilayah di satu pulau dengan pulau lainnya. Memisahkan keluarga, teman, sanak saudara, pacar, handai tolan dan sebagainya. Memisahkan kawasan wisata dan petualang yang menarik, unik dan menantang. Transportasi yang menghubungkan antar pulau biasanya berupa jembatan, pesawat udara dan kapal laut.
Di beberapa wilayah di Indonesia Timur seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Sulawesi, Papua dan wilayah lainnya, merupakan tujuan wisata dan petualangan yang eksotik dan menantang. Dan transportasi laut kadang menjadi pilihan satu-satunya untuk mencapai kawasan tersebut. Maka, mau tidak mau, suka atau tidak suka, bila kita ingin bertualang atau berwisata di kawasan tersebut kita harus siap-siap menggunakan transportasi laut.
Walaupun kita sudah memprediksi atau mendapat informasi dari masyarakat kalau cuaca bagus, langit cerah tidak berawan, tidak ada angin, namun namanya alam tidak bisa kita duga, bisa berubah setiap saat, ombak besar bisa tiba-tiba muncul, angin berhembus kencang dan semuanya bisa saja membalikan kapal kita. Belum lagi factor teknis dan kesalahan manusia, seperti kapal yang sudah tua, tidak lihat batu karang, kelebihan muatan….semuanya bisa jadi petaka yang tidak kita inginkan.
Sebesar dan secanggih apapun kapal laut kemungkinan terburuk yaitu terbalik, karam atau musibah lainnya bisa saja terjadi. Apalagi bila menggunakan longboat, speed boat, kapal dan perahu kayu yang notabene lebih labil. Karena lautan yang demikian luas dengan ombaknya yang tinggi sama sekali tidak bisa dihadapi oleh jenis kapal apa pun. Ingat Titanic kan…lho.
Berjaga-jaga dari segala kemungkinan terburuk dan keadaan darurat yang akan menimpa kapal yang kita tumpangi adalah hal terbaik bila kita memang ingin bertahan hidup. Kapal laut yang melayani transportasi regular untuk masayarakat banyak biasanya menyediakan alat penyelamat seperti perahu penyelamat dan pelampung untuk penumpangnya. Atau bahkan tidak ada sama sekali. Maka tidak ada salahnya kalau pelampung kita bawa sendiri dan selalu ada dekat kita karena bila terjadi sesuatu dengan kapal, pelampung mudah dijangkau dan kita kenakan.
Selain pelampung ada baiknya juga kita membawa dry bag atau dry box yang berisi alat komunikasi seperti telepon selular, hp satelit dan GPS kemudian obat-obatan, makanan dan minuman, pisau lipat, peluit, senter, topi, kacamata, sunblock. Usahakan dry box ini tergantung terus di badan kita kemanapun berpergian di kapal atau selama kita melakukan aktifitas di kapal. Setidaknya keberadaannya dekat dengan kita sehingga mudah dijangkau dan diambil.
Dalam keadaan darurat di kapal, misalnya kapal mau karam, kepanikan pasti melanda seisi kapal, saking paniknya kadang kita jadi lupa atau tidak sempat mengambil pelampung yang disediakan di kapal. Seluruh penumpang pasti berebut pelampung dan akan membuat suasana kacau balau. Bila kita sudah siap dengan pelampung dan dry box yang kita isi dengan berbagai peralatan dan makanan tersebut kita bisa dengan mudah menjangkaunya.
Palampung akan membuat kita mengapung di lautan lepas, bisa bertahan lebih lama ketimbang sama sekali tidak memakai pelampung, hingga ditemukan Tim SAR atau kapal lain yang berada disekitar lokasi musibah. Tanpa pelampung, perenang setangguh apapun tidak akan bertahan lama di laut dan dipastikan akan tenggelam.
Tidak ada yang bisa kita lakukan ketika mengapung di lautan lepas. Jangan berusaha berenang atau melalukan gerakan-gerakan yang tidak perlu. Biarkan tangan dan kaki lepas, rileks. Biarkan ombak membawa kita kemanapun mereka mau. Ini dimaksudkan agar kita menghemat tenaga. Sehingga kita tetap bisa berfikir jernih untuk menentukan tindakan selanjutnya. Kecuali kita melihat pulau atau kapal penolong, kita berusaha berenang mendekatinya.
Lihat keadaan sekitar, amati apa yang terapung. Bila ada benda lain yang lebih besar yang terapung dekat kita, raihlah dan naik ke benda tersebut, misalnya gerigen besar, potongan kayu, box atau lainnya, hal ini berguna agar kemampuan daya apung kita lebih besar, karena kita tidak tahu seberapa lama pelampung yang kita kenakan mampu mengapungkan kita dilautan lepas. Ikat badan kita di benda tersebut agar tangan kita terbebas dan bisa lebih menghemat tenaga.
Coba orientasi medan, ingat-ingat di peta, perkirakan keletakan kita dimana, ada pulau dimana, kalau kita tidak terlalu jauh dari pulau dan tahu kira-kira ada pulau dimana. Coba berenang dengan mengikuti ombak, agar tidak terlalu cape dan melelahkan.
Walaupun dalam keadaan haus, jangan sesekali meminum air laut, karena akan membuat sakit tenggorokan dan perut. Tutup rapat-rapat mulut dan hidung bila ada ombak datang menerjang badan kita. Air hujan adalah minuman terbaik yang bisa kita peroleh. Tampunglah air hujan yang turun atau mangaplah biar kita bisa minum atau sekedar membasahi tenggorokan.
Bila lautan berombak besar, jangan sekali-kali membuka dry box, atau dry bag yang kita bawa. Karena bila air masuk dry bag maka seluruh peralatan elektronik yang kita bawa akan rusak dan tidak berfungsi.
Bila lautan tenang, permukaan air flat seperti kaca, buka pelan-pelan dan hati-hati dry bag, ambil sepotong makanan kemudian teguk sedikit air, yang penting ada yg dimakan dan menghilangkan dahaga. Air dan makanan harus dihemat. Gunakan sunblock untuk melindungi kulit wajah dan tangan dari sengatan matahari. Karena badan yang terluka akibat terbakar matahari hanya akan memperlemah tubuh dan pergerakan.
Kemudian kita coba aktifkan GPS agar diketahui koordinat kita, setelah itu bisa buka Hp Satelit dan coba komunikasi dengan rekan kita dimanapun untuk minta pertolongan. Koordinat di GPS yang kita sampaikan ke rekan kita memudahkan mencari kita di lautan lepas.
Hubungi orang yang mengerti kondisi darurat, disarankan jangan hubungi keluarga atau pacar dalam keadaan darurat seperti ini. Karena siapa tahu, itu komunikasi terakhir yang bisa kita lakukan, akibat low bat atau hp rusak terkena air. Kadang keluarga atau pacar atau istri karena panik dan khawatir malah heboh dan tidak sempat mencatat atau salah catat, bahkan lebih parah lagi tidak mengerti apa itu kooardinat GPS. Kalau ini terjadi, hilang sudah kesempatan kita ditemukan Tim SAR lebih cepat dan akan lebih lama lagi kita berusaha bertahan hidup dilautan lepas.
Bila kita melihat ada kapal melintas disekitar kita, coba teriak minta tolong atau menggunakan peluit yang kita bawa. Tiup keras-keras. Bila malam hari, lampu senter yang bawa bisa kita sorotkan ke kapal sebagai kode permintaan tolong. Semoga anda cepat ditemukan Tim SAR dan kembali ke pangkuan keluarga dan teman.
Semoga bermanfaat, selamat bertualang….jangan lupa berdoa.


Salam,

(Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman terbalik dari Long Boat di Laut Aru, Papua, dalam perjalanan dari Asmat ke Timika. Kemudian terapung di lautan lepas selama 24 jam lamanya dan akhirnya mendarat di pulau kosong dan bertahan hidup di pulau tersebut sampai akhirnya ditemukan Tim SAR dari Timika..... 5 hari kemudian)