Thursday, November 12, 2009

Bencana Alam "Mengendus" Gempa Melalui Perilaku Ular

Bagai selebritas di lensa paparazi, begitupun nasib ular-ular di kawasan
Nanning, sebelah utara Provinsi Guangxi, China. Dua puluh empat jam sehari, para peneliti pada Biro Penelitian Gempa Bumi di Nanning dapat mengamati gerak-gerik ular melalui monitor khusus yang terhubung jaringan internet.

Perilaku ular bagi para peneliti di sana sangat istimewa. Mereka yakin
indera penciuman ular mampu "mengendus" gempa dari jarak 120 kilometer, atau lebih dari lima hari sebelum terjadi gempa.

Ular yang menangkap "sinyal" pertanda akan terjadinya gempa terlihat dari perilakunya yang aneh. Ular-ular akan keluar sarangnya sekalipun pada musim dingin. Bila gempa bumi akan besar, ular pun nekat menabrakkan tubuh pada dinding atau penghalang lain untuk melarikan diri.

"Melalui kamera-kamera yang dipasang di beberapa sarang ular, kami
mengembangkan kemampuan meramalkan gempa. Sistem serupa dapat diperluas lagi di beberapa daerah untuk memastikan ketepatan meramal gempa," kata Direktur Biro Gempa Bumi Nanning, Jiang Weisong, seperti dikutip The China Daily, pekan lalu.

Kawasan Nanning merupakan salah satu dari 12 kota di China yang menjadi "langganan" gempa. Pada tahun 1976, sekitar 250.000 jiwa tewas setelah kota Tangshan di kawasan itu diluluhlantakkan gempa.

Saat ini, selain mengembangkan dan memasang 143 unit sistem pemantauan pada satwa melata itu, China juga memasang peralatan berteknologi tinggi untuk mendeteksi intensitas gempa.

"Dari semua ciptaan di bumi, ular barangkali salah satu hewan paling
sensitif terhadap gempa," tambah Weisong. Menurut dia, berbagai jenis reptil berperilaku aneh sebagai respons perubahan yang terjadi sebelum gempa.

Seperti diketahui, hingga kini belum ada teknologi yang dapat memastikan
kapan gempa akan terjadi. Kemampuan sebatas memperkirakan dalam kisaran waktu tertentu.

Karena itulah, peneliti-peneliti di Nanning antusias mengamati perilaku
sensitif ular, sebagai alternatif untuk mengetahui datangnya gempa, beberapa hari sebelumnya. Dengan demikian, dapat dilakukan langkah antisipasi sehingga jumlah korban jiwa dapat ditekan.

Kepekaan ular

Peneliti ular dan amfibi (herpetolog) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Irvan Sidik menyatakan, ular memang memiliki kepekaan tinggi.
Kelebihan itu diperoleh bukan dari ketajaman penciumannya, tetapi dari
pori-pori tubuhnya.

"Secara umum, ular sangat peka terhadap perubahan temperatur. Namun, secara morfologi tidak terlihat," kata peneliti yang akan berangkat ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi S-3-nya tentang ular itu.

Sejak aktif meneliti ular dan reptil, Irvan mengaku belum pernah mendengarpenelitian perilaku ular untuk memprediksi gempa. Kalaupun ada, lanjut dia, kemungkinan besar memanfaatkan jenis ular yang tinggal di lubang-lubang tanah (fossoreal) seperti jenis ular cabe dan weling.

Melalui kepekaan pori-pori tubuhnya, perubahan temperatur bumi akan
direspons khusus, seperti keluar sarang. "Sebagai makhluk yang hidup di
alam, kepekaan terhadap gejala alam pasti lebih tinggi dibandingkan
manusia," kata dia.

Dan, atas nama penelitian gempa, ular pun nyaris bernasib sama dengan para selebritas; diamati gerak-geriknya, namun ini untuk maksud positif.

Thursday, November 5, 2009

mengurangi pencemaran



Jika anda mendaki gunung atau sekalipun hanya perjalanan hiking satu hari pulang pergi sangat menyenangkan sekali, selain melatih otot juga bisa membersihkan paru-paru dengan menghirup okesigen bersih tanpa polusi yang telah disaring oleh pepohonan yang ada di sekitarnya. Akan tetapi sering kali saat tengah asyiknya menimati keindahan alam dan bau wewangian lumut dan hutan, tiba-tiba saja penciuman kita terantuk pada bau yang tidak sedap, bahkan tidak jarang mata kita tertumbuk pada pemandangan yang menjijikan, yaitu kotoran manusia.

Sangat tidak nyaman sekali saat kita tengah mengatur alur irama nafas dengan membuka lebar-lebar pintu pernafasan lewat hidung dan mulut tiba-tiba tercekik oleh bau tidak sedap yang tercium oleh indera penciuman kita. Memang kadang kotoran tersebut tidak berada dan tidak kelihatan dari jalan setapak akan tetapi meskipun begitu baunya saja sudah cukup menjadi pelanggaran terhadap kenikmatan saat bercengkrama dengan alam. Bahkan tidak jarang juga ditemukan di jalur jalan setapak dan yang lebih parah adalah di dipinggir sumber mata air dan bahkan tidak jarang didalam genangan sumber mata air yang sering dipakai oleh para pendaki untuk mengambil persediaan airnya.

Banyak kasus seperti ini terjadi di banyak gunung di Indonesia, namun yang terparah adalah di Gunung Gede – Pangrango Jawa Barat, sekalipun diadakan operasi bersih secara berkala, namun pelaku tindak pelanggaran kebersihan ini selalu saja ada. Kucing saja selalu menggali lobang untuk membuang kotorannya dan kemudian menimbunnya kembali hingga bau tidak sedapnya sampai tidak tercium olehnya. Nah manusia yang diaku sebagai makhluk paling pintar dan berbudaya ternyata masih belum mampu melakukan hal disiplin sebagaimana yang dilakukan oleh kucing. Pernah satu ketika saya coba iseng-iseng berbicara dengan beberapa orang pendaki yang kepergok habis buang hajat oleh saya di dalam semak-semak di pinggir Alun-alun Surya Kencana, kemudian iseng saya bertanya kenapa tidak ditimbun, jawab mereka satu yaitu ngga ada alat untuk gali lobang, kalo di gunung lain bisa bawa golok atau pisau komando yang bisa dipakai untuk gali lobang, sedangkan di Gunung Gede ini yang berada dibawah pengawasan Taman Nasional Gede Pangrango, punya aturan super ketat, yaitu tidak dibenarkan membawa senjata tajam dalam bentuk apapun kecuali pisau kecil dan itupun dibatasi satu pisau untuk setiap regunya.

Argumen dari pendaki tersebut benar juga, gimana caranya gali lobang karena ngga punya alat untuk itu, masak mau gali pake Victoninox…????? Kapan kelarnya, sementara yang mau keluar sudah tidak mau kompromi. Dulu pernah dibangun WC di beberapa tempat di Gunung Gede, tapi ya begitulah, pembangunan yang tidak pada tempatnya membuat WC-WC ini jadi tidak bermanfaat, bagaimana bisa bermanfaat jika pembangunan WC ini jauh dari sumber air, atau tidak ada sumber air yang mengalir ke WC tersebut.

ImageNamun tidak sepenuhnya alasan pendaki tadi benar, masih ada alat yang bisa dipakai. Sebetulnya jika mereka memang punya niat untuk memperhatikan kebersihan lingkungan gunung tempat mereka bermain, ada jalan untuk itu, yaitu dengan membawa sekop kecil berkebun yang terbuat dari plastik, diluar negeri ada produsen peralatan yang mengkhususkan diri membuat peralatan kecil yang membantu para penggiat alam bebas. Salah satu peralatan itu adalah sebuah sekop kecil untuk menggali lobang untuk membuang kotoran manusia, alat kecil ini mereka sebut dengan nama “Backpack Trowel” sebuah sekop kecil yang sangat ringan namun kuat dan mampu menggali lobang cukup dalam. Di Indonesia saya tidak menemukan alat ini, namun bisa disiasati dengan membawa sekop kecil berkebun dari plastik, dan saya yakin Taman Nasional Gede Pangrango pasti tidak akan keberatan dengan sekop plastik ini terlebih jika penggunaannya ditujukan untuk menghindari dampak yang diakibatkan oleh kotoran manusia. Menurut prinsip Leave No Trace, sebaiknya lubang untuk kotoran manusia adalah sekitar kedalaman 20 cm dan lebar sekitar 15 cm, serta dianjurkan untuk menggali lobang di pada permukaan yang bertanah atau permukaan berhumus organik, hindari tempat yang berpasir.

Alangkah menyenangkannya bila kita bisa menikmati alam yang indah tanpa harus terganggu dengan bau tidak sedap atau pandangan yang terganggu pada onggokan kotoran manusia yang sungguh-sungguh menghilangkan kenikmatan kita saat bercekrama dengan alam. Mari kita masyarakatkan di kalangan pendaki gunung kebiasaan gali dan timbun padaa saat membuang kotoran manusia, bawalah sekop kecil plastik selalu di ransel anda, dengan begini anda sudah membantu terhindarnya pencemaran terhadap sumber air yang akan mengalir ke sungai-sungai yang terus mengalir hingga ke pemukiman. Mari kita selamatkan sumber mata air gunung.

Daftar Taman nasional yang ada di indonesia.

List dibawah ini hanya menampilkan Taman Nasional Pegunungan dan tidak menampilkan Taman Nasional Kelautan.

Gunung Leuser
(Kabupaten Aceh Tenggara/Aceh Selatan/Langkat)
Jl. Blangkejeren 37 Km3, PO Box 16 Kutacane, Nanggroe Aceh Darusallam

Siberut
(Kabupaten Padang Pariaman)
Jl. Raden Saleh 8C PO Box 159 Padang, Sumatera Barat

Kerinci Seblat
(Kabupaten Pesisir Selatan/solok/Sawah Lunto/Kerinci/Bungoebo/Saralangon/Bangko/Musi Rawas/Bengkulu Utara/Rejang)
Jl. Basuki Rahmat 11 Sungai Penuh Jambi

Bukit Tigapuluh
(Kabupaten Indragiri Hilir/Hulu/Bungo Tebo/Tanjung Jabung Barat)
Jl. Raya Rengat 70, Pematang Reba, Rengat Indragiri Hulu Riau

Bukit Dua Belas
(Kabupaten Sarolangon/Bangko/Batang Hari/Bungo Tebo)
Jl. Arif Rachman Hakim 10, Jambi 36124

Berbak
(Kabupaten Tanjung Jabung)
Jl. Arif Rahman Hakim 10C

Sembilang
(Kabupaten Musi Banyuasin)
Jl. Kolonel H Barlian 79 Puti Kayu KM 6 PO Box 1288, Palembang 310153

Bukit Barisan
(Kabupaten Bengkulu Selatan/Lampung Utara/Lampung Selatan)
Jl. Ir. H. Juanda 19, Tanggamus Kota Agung, Lampung

Way Kambas
(Kabupaten Lampung Tengah)
Jl. Raya Way Jepara Labuan, Ratu Lama, Lampung

Ujung Kulon
(Kabupaten Pandeglang)
Jl. Perintis Kemerdekaan no.51, Labuan Pandeglang 42264

Gunung Halimun
(Kabupaten Bogor/Sukabumi/Lebak)
Jl. Parungkuda PO.Box 2, Kabadungan Sukabumi 43157, Jawa Barat

Gunung Gede Pangrango
(Kabupaten Bogor/Sukabumi/Cianjur)
Jl. Raya Cibodas PO.Box 3 Sdl. Cipanas 43253, Cianjur, Jawa Barat

Bromo Tengger
(Kabupaten Probolinggo/Malang/Pasuruan/Lumajang)
Jl. Raden Intan No.6, Malang, Jawa Timur atau Jl. Panda No.8, Malang Jawa Timur

Meru Betiri
(Kabupaten Jember/Banyuwangi)
Jl. Sriwijaya 53 Jember 68121

Alas Purwo
(Kabupaten Banyuwangi)
Jl. Achmad Yani 108 Banyuwangi 68416, Jawa Timur

Baluran
(Kabupaten Situbodo)
Jl. KH Agus Salim 132 Banyuwangi, Jawa Timur

Bali Barat
(Kabupaten Jembrana/Buleleng)
Jl. Kantor Pos Gilimanuk Cekik 82253, Bali

Gunung Rinjani
(Kabupaten Lombok Barat/Tengah/Timur)
Jl. Erlangga 88, Mataram, Nusa Tenggara Barat

Komodo
(Kabupaten Manggarai)
Jl. Kasimo Labuan Bajo, Flores Barat 86554, Nusa Tenggara Timur

Kelimutu
(Kabupaten Ende)
Jl. Achmad Yani 34 Ende, Flores Nusa Tenggara Timur

Laiwangi Wanggameti
(Kabupaten Sumba Timur)
Jl. Perintis Kemerdekaan PO.Box 1014, Kupang 85228, Nusa Tenggara Timur

Manupea Tanah Daru
(Kabupaten Sumba Timur/Barat)
Jl. Perintis Kemerdekaan PO.Box 1014, Kupang 85228, Nusa Tenggara Timur

Gunung Palung
(Kabupaten Ketapang)
Jl. KH Wahid Hasyim 41-A Ketapang, Kalimantan Barat

Danau Sentarum
(Kabupaten Kapuas Hulu)
Jl. Abdulrahman Saleh 33 Pontianak, Kalimantan Barat

Betung Kerihun
(Kabupaten Kapuas Hulu)
Jl. Komodor Yos Sudarso 100 Putussibau 78711, Kalimantan Barat

Bukit Baka Raya
(Kabupaten Sintang)
Jl. Dr. Wahidin 75, Sintang 78611 Kalimantan Barat

Tanjung Puting
(Kabupaten Kota Waringin Barat/Timur)
Jl.HM Rafli Km.2 Pangkalan Bun, Kotawaringin Kalimantan Tengah

Kayan Mentarang
(Kabupaten Bulungan)
Jl. MT Haryono Samarinda, Kalimantan Timur

Kutai
(Kabupaten Kutai)
Jl. Awang Long, Tromol Pos 1, Bontang 75311, Kalimantan Timur

Bogani Nani
(Kabupaten Bolaang Mongondow/Gorontalo)
Jl.AKD Mongkonai, Kotamobagu 95716, Sulawesi Utara

Lore Lindu
(Donggala/Poso)
Jl. Mawar no.10 Palu, Sulawesi Tengah

Rawa Aopa Watumohai
(Kabupaten Buton/Kolaka/Kendari)
Lanowulu Tinanggea Kendari, Sulawesi Selatan

Lorentz
(Kabupaten Merauke/Paniai/Jayawijaya)
Jl. Raya Abepura, Kotapraja, PO Box 1217 Jayapura 99351 Papua Irian Jaya

Wasur
(Kabupaten Wasur)
Jl. Raya Mandala, Gang Spadem No.2 PO Box 109, Merauke 99611 Papua Barat