Saturday, June 18, 2011

4 Hal dalam memilih kamera saku

Empat Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Membeli Kamera Saku
Jika satu dasawarsa lalu kamera digital adalah sebuah perangkat yang harganya mahal, kini hampir setiap orang mampu membelinya. Merek dan model kamera digital pun semakin banyak di berbagai segmen. Rentang harga jual kamera saku cukup luas, mulai di bawah Rp 1 juta sampai  di atas Rp 5 juta.
Minat membeli kamera digital tidak surut oleh banyaknya telepon seluler yang dilengkapi fitur kamera. Tentunya sebelum membeli, Anda perlu melihat kebutuhan dan dana yang dimiliki. Berikut ini empat hal yang patut diperhatikan sebelum membeli kamera saku:
MEREK
Merek suatu kamera amat penting. Merek ternama biasanya memiliki bagian R&D (riset dan pengembangan) yang bertujuan menelurkan kamera dengan fitur dan kualitas yang baik. Selain itu, ada beberapa teknologi dan fitur yang eksklusif terbatas hanya dapat digunakan satu merk.
Misalnya: Sony memiliki teknologi SteadyShot dan BIONZ processor, Panasonic dengan MEGA O.I.S dan VENUS ENGINE, Canon dengan DIGIC processor, dan sebagainya. Selain itu, rata-rata perusahaan kamera ternama juga memproduksi lensanya sendiri.
Sebagai panduan, pilihlah kamera saku dari produsen yang mampu membuat lensa sendiri.
SPESIFIKASI
Pastikan spesifikasi kamera yang ingin dibeli sesuai dengan kebutuhan Anda.
Panduan umum: jangan pedulikan ukuran resolusi sebab besaran itu (dalam hitungan MP) bukanlah ukuran kualitas hasil foto, tapi lebih merujuk pada ukuran cetak optimal dari sebuah kamera. Misalnya: resolusi 5MP dapat digunakan untuk mencetak foto berukuran A4, sementara 10MP untuk A3.
Nah, jika Anda tidak berencana mencetak foto berukuran besar, tentunya tidak perlu mementingkan besaran resolusi. Yang lebih menentukan sebuah hasil foto adalah kualitas sensor, kualitas lensa, dan pengolah citra (image processor).
DESAIN
Kamera saku hadir dalam berbagai ukuran dan konsep desain. Faktor desain yang harus lebih diperhatikan adalah ergonomi. Setelah menggunakannya dalam waktu yang lama, Anda akan lebih menghargai faktor kenyamanan pemakaian dibanding desain yang cantik tapi kurang nyaman. Jika memungkinkan, cobalah dulu memegang kamera dalam berbagai posisi. Bagi yang agak ceroboh, dianjurkan memilih kamera saku dengan lensa yang dapat tertutup otomatis atau kamera yang tidak memakai tutup lensa terpisah.
AKSESORI
Jika membeli kamera, pastikan Anda menyisihkan dana untuk membeli aksesori tambahan. Yang paling mendesak adalah memory card, karena sering kali tidak disertakan dalam paket pembelian. Aksesori lain yang wajib dimiliki adalah tas atau kantong kamera dan alat pembersih lensa. Tripod juga wajib dimiliki jika Anda akan menggunakan kamera untuk memotret pemandangan.
Selamat berbelanja!
Kristian Tjahjono, menulis tentang teknologi konsumen sejak tahun 2003, pendiri situs teknologi konsumen yangcanggih.com. Antusias terhadap berbagai jenis gadget, mulai dari komputer, ponsel, sampai kamera digital.

Lebih dari 50% Peresepan Obat Kurang Tepat

Lebih dari 50% peresepan obat, khususnya antibiotik di rumah sakit, puskesmas, dan dokter praktik swasta kurang tepat. Bila tidak ditanggulangi, pola pemberian antibiotik secara serampangan itu bisa menimbulkan wabah bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

"Efek negatif bagi pasien, antara lain, masa infeksi penyakit jadi semakin lama, kondisi klinisnya memburuk, ongkos pengobatan mahal, dan efek samping semakin besar lantaran dosis obat yang diberikan semakin tinggi," ujar Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih dalam jumpa pers seminar Antimicrobial Resistance-Containment and Prevention, kemarin di Jakarta.

Gambaran tingginya kasus pasien kebal obat, lanjut Endang, terlihat pada pasien tuberkulosis (Tb). Menurutnya, saat ini ada 6.395 pasien yang tidak mempan lagi diobati dengan obat Tb lini pertama (multidrug-resistant tuberculosis/MDR-Tb). Indonesia berada di posisi 8 sebagai negara dengan beban MDR tertinggi di dunia.

Dalam seminar yang diselenggarakan terkait peringatan Hari Kesehatan Sedunia itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK-UGM) Iwan Dwiprahasto memaparkan data hasil penelitian FK-UGM bekerja sama dengan Bank Dunia pada 2004 di Sumatra Barat, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan NTT.

Hasil penelitian menunjukkan, 92%-94% peresepan antibiotik pada pasien yang berobat di puskesmas, rumah sakit, hingga dokter praktik swasta tidak rasional atau tidak tepat dosis ataupun peruntukannya.

"Pemberian antibiotik tidak rasional terlihat pada pasien diare di kelima provinsi itu, yakni mencapai 87%. Padahal, diare tidak selalu membutuhkan antibiotik," ujar Iwan.

Selain peresepan obat oleh dokter tidak rasional, tambahnya, pasiennya juga tidak patuh minum obat. Akibatnya, risiko terjadinya wabah penyakit yang kebal terhadap obat tentu semakin tinggi.

"Pasien Indonesia rata-rata minum antibiotik hanya 1,2 sampai 2,7 hari. Rentang waktu konsumsi antibiotik itu dinilai terlalu pendek sehingga tidak seluruh bakteri di dalam tubuh mati."


Harus bertindak

Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Budiarto menyalahkan kebijakan pemerintah yang masih memperbolehkan apotek dan toko obat melayani pembelian obat antibiotik tanpa disertai resep dokter.

"Antibiotik dapat dibeli tanpa resep dokter hanya ada di Indonesia. Di luar negeri tidak ada itu," keluhnya.

Sementara itu, teknik pemberian obat yang tidak benar, diduga Iwan juga memberi andil terjadinya resistensi antimikroba. Contohnya, pada obat puyer, antibiotik kerap dicampur dengan obat analgesik, dan penurun panas.

"Obat antibiotik tidak boleh dicampur, itu dosa besar," tuturnya.

Sementara itu, perwakilan WHO di Indonesia Khancit Limpakarnjanarat mendesak Indonesia segara mengambil tindakan terkait masalah itu. "Jangan sampai dunia tidak lagi memiliki obat untuk penyakit infeksi," tegasnya.

Sebagaimana diketahui sejak 2007, industri farmasi tidak lagi mengembangkan obat antibiotik baru. Mereka lebih fokus mengembangkan obat penyakit degeneratif yang dinilai lebih menguntungkan. (X/8)
 
 
source : micom

Lima Gunung Api Spektakuler

Gunung Bromo, Indonesia

Untuk aksi vulkanik dan pemandangan yang menakjubkan, Gunung Bromo di Jawa Timur tidak punya lawan sepadan. Gunung setinggi 2329 m di atas permukaan laut ini selalu mengeluarkan asap belerang dan kadang tertutup kabut lebat. Keindahan yang sangat layak untuk diabadikan.


 
Gunung Bromo adalah gunung “termuda” dari kompleks gunung api Tengger yang luas dan berumur 820 ribu tahun. Dari Gunung Bromo, pengunjung bisa melihat puncak tertinggi di Jawa, yaitu Gunung Semeru, yang aktif mengeluarkan asap dalam jumlah besar tiap 20 menit.
 
Gunung Bromo memang relatif mudah dicapai (bisa dengan 45 menit berjalan kaki atau menaiki jip dari desa terdekat, Cemoro Lawang). Tapi kondisinya tidak selalu aman. Dua turis meninggal karena terkena ledakan batu pada 2004.

Gunung Hallasan, Korea Selatan

Gunung Hallasan, puncak tertinggi di Korea (1950 mdpl), termasuk dalam kelompok gunung api Jejudo.

Ada sekitar 4 ribu jenis hewan dan 1800 tumbuhan yang menjadikan Hallasan sebagai habitat mereka. Lihat juga danau kawah Baekrokkdam di puncak. Baekrokkdam atau “Danau Seratus Rusa” yang indah mengilhami cerita rakyat tentang peri-peri yang turun dari langit untuk bermain dengan rusa putih. Banyak turis yang mengunjungi Hallasan pada musim semi untuk melihat mekarnya bunga azalea di pegunungan.

Gunung ini juga cukup mudah didaki. Jalur sepanjang 10 km dapat selesai Anda jalani dalam sehari.

Gunung Aso, Jepang

Kaldera terbesar di dunia ini (lebarnya 24 km) memiliki kuil pemujaannya sendiri. Gunung Aso adalah penanda Jepang yang paling terkenal dan penghasil uang untuk prefektur Kumamoto di Kyushu, Jepang.

Atraksi utama di Gunung Aso adalah danau kawah berwarna biru muda yang beruap di Gunung Nakadake. Kereta gantung akan mengangkut turis menuju puncak gunung api, dan di sana ada kompleks yang penuh dengan kios oleh-oleh serta jajanan. Di pinggir kawah juga ada semacam trotoar yang tertata rapi. Di Aso, Anda juga akan menemukan sekumpulan tempat pemandian air panas.

Gunung Pinatubo, Filipina

Gunung Pinatubo tidak sekadar “pulih” dari bencana ledakan besar pada 1991, tapi kini juga menjadi sumber pemasukan untuk lokasi utama olahraga ekstrem.

Pada 1991, Gunung Pinatubo mengeluarkan ledakan vulkanik terbesar kedua dunia dalam 100 tahun terakhir. Ledakan itu menyebabkan suhu dunia turun 17,27 derajat Celsius dan korban tewas mencapai 800 orang. Kerugian financial ditaksir sekitar $ 250 juta.

Dua dekade kemudian, kota-kota di sekitar Gunung Pinatubo hidup dari sektor pariwisata karena ledakan legendaris tersebut.

Anda bisa melakukan pendakian ekstrem di Angeles City serta paket-paket berkendara di antara aliran lahar Pinatubo, yang bentuknya berupa kolam lumpur raksasa berisi materi vulkanis. Ada juga kegiatan terjun payung dan tur udara seharga $ 55 per orang.

Gunung Fuji, Jepang

Tidak mungkin menulis tentang gunung api utama di Asia tanpa memasukkan Gunung Fuji dalam daftar. Gunung Fuji atau Fuji-san adalah gunung tertinggi di Jepang dan ikon nasional atas keindahan pemandangan dan ketinggiannya (3776 m).

Selain menjadi tempat paling utama untuk berfoto dan memamerkannya ke teman-teman atau keluarga di rumah, Gunung Fuji adalah lokasi olahraga ekstrem bagi pencari adrenalin. Setiap musim panas, sekitar 200 ribu orang mendaki gunung ini. Waktu yang mereka butuhkan antara 4-8 jam. Ada juga “sekolah” dan pusat paragliding di area parkir stasiun Gotemba kelima.

Pengunjung bisa saja tidak beruntung datang ke Gunung Fuji saat berawan. Sebagai gantinya, Anda bisa mengunjungi Hakone yang permai di timur Gunung Fuji, serta Lima Danau Fuji, di utara gunung api.