Saturday, December 5, 2009

TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN - “Mutiara Hijau Pulau Jawa”

”Halimun” senantiasa menyelimuti hijaunya hutan tropis dan hamparan perkebunan teh. Sementara lekuk-lekuk aliran sungai berrair jernih dan hampasan beberapa air terjun menyuburkan alam sekelilingnya. Tingkah polah Surili dan Owa Jawa meriuhkan keheningan hutan. Sejuta pesona Taman Nasional Gunung Halimun bagaikan ”Mutiara hijau yang menghiasi pulau Jawa”

Sebagaimana namanya Taman Nasional Gunung Halimun selalu diliputi kabut. Dikawasan yang sejak Juli 2003 mempunyai luas kurang lebih 113.000 hektar dari luas sebelumnya yang hanya 40.000 hektar menyimpan berjuta pesona alam dan keanekaragaman hayati. Berada pada ketinggian antara 500 s/d 1.929 meter dari permukaan laut (mdpl), kawasan yang sejuk ini di kelilingi beberapa pegunungan. Ada tujuh puncak gunung yang mengelilinginya yaitu gunung Sanggabuana, gunung Kencana, gunung Botol, gunung Pareang, gunung Halimun Selatan, gunung Pananjoan, gunung Kendeng dan gunung Halimun Kaler (±1.929 mdpl) sebagai puncak tertingginya. Dengan jarak kurang lebih 100 Km arah barat daya Jakarta, kawasan taman nasional ini sangat mudah di jangkau. Secara administratif, kawasan ini masuk dalam tiga wilayah kabupaten, yaitu Bogor, Lebak dan Sukabumi. Untuk masuk dan menjelajahi kawasan ada tiga pintu masuk yang bisa dilalui yaitu Parung Kuda-Sukabumi, Leuwijamang – sebelah utara Kabupaten Bogor dan Cikidang (Pangguyangan) – sebelah timur Kabupaten Sukabumi.

Selama berada di dalam kawasan taman nasional ini kita akan merasakan bagaimana suasana hutan hujan tropis yang begitu mempesona. Karena menurut informasi kawasan Taman Nasional Gunung Halimun merupakan satu-satunya kawasan hutan hujan tropis asli yang masih tersisa di pulau Jawa. Beberapa sungai berair jernih mengalir dan tidak pernah mengering sepanjang tahun. Sungai-sungai tersebut antara lain sungai Ciberang, Cikaniki, Ciujung dan Cimandur yang selalu memenuhi kebutuhan air bagi daerah-daerah disekitanya..

Dengan curah hujan berkisar antara 4.000 – 6.000 mm per tahun dan kelembabannya yang tinggi membuat kawasan ini menyimpan begitu banyak sumber kekayaan alam. Berbagai jenis hewan langka dan yang endemik dapat kita jumpai di kawasan yang eksotik ini, seperti Macan Tutul, Owa Jawa, Monyet Surili, Lutung, Anjing Hutan, Babi Hutan dan berbagai jenis burung. Berdasarkan sejarah pernah pula hidup Badak Jawa dan Harimau Jawa. Bahkan kawasan ini merupakan surganya Elang Jawa. Kita akan sering kali menjumpai burung ini terbang berputar-putar di atas perkebunan teh Nirmala yang masuk dari bagian kawasan taman nasional. Juga tumbuh puluhan jenis anggrek hutan di kawasan ini bahkan ada sebagian diantaranya yang tergolong langka. Menurut data dari Kantor Balai Taman Nasional Gunung Halimun, di dalam kawasan ini hidup lebih dari 200 jenis burung, tidak kurang dari 75 jenis anggrek, termasuk yang berjenis langka dan lain-lain.

Di dalam hutannya yang masih perawan kita dapat menjumpai beberapa air terjun yang sangat eksotik dan bahkan ada yang jauh berada di dalam hutan. Diantara air terjun atau curug yang dapat dikunjungi antara lain, Curug Macan, Cikudapaeh, Cihanjawar, Citangkolo dan Curug Piit. Semunya itu bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Selama perjalanan menuju air terjun kita akan menjumpai beberapa hewan langka dan tumbuhan yang usianya bisa mencapai ratusan tahun.

Secara umum wisata petualangan di Taman Nasional Gunung Halimun bisa dinikmati oleh seluruh keluarga dan usia, dari anak-anak sampai orang tua. Semuanya bisa disesuaikan dengan lokasi-lokasi yang akan jadi tujuan selama berada di dalam kawasan taman nasional sesuai dengan tingkat usia serta kemampuan kita.

Kabandungan – Cikaniki - Citalahab
Pintu masuk ke kawasan taman nasional yang umum dan sering dikunjungi yaitu melalui Kabandungan. Untuk sampai di wilayah Kabandungan kita harus melalui wilayah Parung Kuda (jalan raya yang melewati Stasiun Kereta Api Parung Kuda). Wilayah Kabandungan yang merupakan nama sebuah kecamatan, terdapat kantor Balai Taman Nasional Gunung Halimun – Salak (TNGH-S). Disini kita bisa melapor sekaligus mengurus administrasinya. Selain itu disediakan pula wisma tamu untuk anda yang ingin bermalam.

Di balai taman nasional ini pula kita bisa mendapatkan informasi yang sangat lengkap sebelum kita bertualang menjelajahi wilayah taman nasional. Disini terdapat ruangan yang menyimpan berbagai obyek foto, buku-buku, maket tiga dimensi bahkan ruang auditorium yang menggambarkan secara ringkas dan jelas hal-hal yang berhubungan dengan taman nasional. Dari kantor balai taman nasional perjalanan dapat kita lanjutkan menuju Stasiun Penelitian (Research) Cikaniki yang berjarak 18 km. Jalan yang akan kita lalui merupakan jalan berbatu-batu. Aspal terakhir hanya sampai desa Cipeuteuy, kira-kira 2 km dari kantor balai taman nasional. Setelah itu baru kita bisa menggunakan ojeg motor atau kendaraan sejenis L-300 yang banyak terdapat disana. Tetapi jika ingin menggunakan kendaraan pribadi disarankan menggunakan mobil sejenis 4WD atau minimal sejenis Kijang dan Panther.

Sebelum masuk ke gerbang kawasan taman nasional kita akan melewati perkampungan penduduk, ladang dan sawah. Untuk sampai Stasiun Penelitian Cikaniki dari gerbang kawasan taman nasional jarakanya ±6 km. Sepanjang jalan dari gerbang menuju Cikaniki tidak akan membosankan karena kita melintasi hutan hujan tropis yang asri dan hijau. Di sepanjang jalur ini pula kita akan melintasi salah satu habitat Owa Jawa. Dekat sebuah perbatasan yang memisahkan Kabupaten Sukabumi dan Bogor terdapat papan petunjuk yang menginformasikan bahwa disitu merupakan salah satu lintasan Macan Tutul.

Tidak lama kemudian baru kita akan sampai di Stasiun Penelitian Cikaniki, berupa bangunan modern dari kayu yang didatangkan dari Pulau Kalimantan dan bergaya arsitektur Jepang. Stasiun tersebut dibangun oleh sebuah lembaga bantuan asing dari Jepang, JICA, sebagai tempat atau pusat research para peneliti baik asing maupun lokal. Disini fasilitas cukup lengkap karena ada tempat parkir, wisma tamu yang dilengkapi dengan kamar-kamar, dapur dan ruang makan. Selain itu diruang tamu terdapat beberapa contoh jenis hewan khas taman nasional yang sudah diawetkan dan beberapa obyek foto serta buku-buku yang bisa menambah informasi kita mengenai kawasan taman nasional. Dekat stasiun terdapat sebuah sungai yang jernih dan suara airnya mengalir memecahkan keheningan disekelilingnya. Terkadang di hutan yang mengelilingi Stasiun Penelitian Cikaniki dijumpai Monyet Surili bergelantungan.
Sekitar 200 meter utara stasiun Cikaniki, terdapat menara penelitian atau biasa dipakai untuk pengamatan burung. Menara ini biasa disebut Canopy Trail yaitu berupa jembatan gantung yang saling terhubung dan bertumpu pada empat pohon besar. Panjang jembatan ini tidak kurang dari 100 meter dengan ketinggian 25-30 meter. Dari atas jembatan ini kita dapat melihat pemandangan yang indah yaitu dengan melihat tajuk-tajuk pohon besar dengan anak sungai Ciberang mengalir dibawahnya. Pada malam hari, dibawah Canopi Trail, tepatnya disekitar kaki tangga naik kita bisa melihat jamur yang berflurocence atau menyala dalam kegelapan hutan disela-sela semak dan tanaman yang tumbuh disana. Salah seorang kawan ketika melihat kilauan jamur-jamur tersebut mengungkapkan kekagumannya, ”bagaikan light in dark ya...keren banget...”,. Tidak salah memang kekagumannya, karena jamur yang di siang hari terlihat berbentuk bulat putih kecil-kecil akan terluhat menyala tersebar di sela-sela hijaunya dedaunan. Lima puluh meter dari stasiun, terdapat rumah pohon yang baru dibangun akhir tahun 2006 dan menjadi fasilitas baru kawasan taman nasional ini.

Begitu masuk kawasan taman nasional, mungkin anda akan langsung jatuh cinta dan merasa tidak puas untuk hanya sekali berkunjung. Sebagaimana halnya penulis, walaupun sudah berkali-kali mengunjunginya tetap selalu ada keinginan untuk kembali. Karena setiap kali kita datang selalu ada misteri dan pesona alam yang baru. Terlebih ketika melihat sang raja udara, Elang Jawa berputar-putar di udara di atas perkebunan teh Nirmala Agung, Citalahab (±2 km dari Stasiun Penelitian Cikaniki) merupakan pengalaman yang sulit untuk dilupakan.

Untuk sampai di kampung Citalahab masih dengan jalan yang berbatu kita akan melewati jalur yang menuju air terjun, Curug Macan (±300 meter dari stasiun) yang pernah menjadi habitatnya Macan Tutul. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari stasiun Cikaniki, Curug Macan sangat sayang untuk dilewatkan. Di air terjun tersebut kita bisa mandi dan beristirahat sejenak menikmati kesegaran airnya. Kemudian kita akan melewati perkebunan teh Nirmala Agung. Hamparan perkebunan teh ini begitu luas di areal yang berbukit-bukit. Ketika kabut naik pemandangan disekitar perkebunan teh sungguh luar biasa karena kita akan melihat kabut atau halimun menggelayuti tanaman teh dan hutan tropis hijau dan lebat yang menjadi latar belakangnya. Sewaktu kabut muncul diantara lebatnya hutan tersebut, pemandangan tampak semakin mempesona dan menakjubkan

Selain jalur tersebut di atas ada jalur lain yang lebih menarik lagi untuk menuju kampung Citalahab, yaitu melalui jalan setapak yang disebut Loop Trail sepanjang ±3,8 km, melalui Stasiun Penelitian Cikaniki dan Canopy Trail. Sepanjang jalur loop trail ini dengan melintasi hutan tropis yang sudah dilengkapi dengan papan petunjuk dan beberapa bangunan sebagai shelter atau pos untuk beristirahat, kita akan menikmati kekayaan hutan yang berada dalam kawasan. Disepanjang jalur kita akan melihat beberapa jenis Anggrek hutan, Kupu-kupu, tanaman Suplir, Kantong Semar, pohon-pohon yang usianya bisa mencapai ratusan tahun, serta berbagai aneka tumbuhan dan fauna hutan lainnya. Jika beruntung kita bisa juga menjumpai Monyet Ssurili dan Owa Jawa. Kita juga akan melintasi sungai yang jernih dan sejuk. Ujung dari loop trail ini sebuah bumi perkemahan yang berada persis di Kampung Citalahab dengan pemandangan perkebunan teh yang memukau serta sebuah sungai jernih yang mengalir di bawahnya.

Jika ingin merasakan suasana jungle trekking yang lebih menantang kita bisa masuk ke dalam hutan lebih jauh lagi menuju air terjun yang tidak terlalu besar namun indah, karena letaknya benar-benar di dalam hutan yang perawan, Curug Cikudapaeh. Air terjun ini memiliki kolam yang bisa digunakan untuk mandi diantara dinding-dinding batu yang bergema. Masih melalui jalan setapak, loop trail, di pertigaan yang mengarah ke Kampung Citalahab Bedeng (arah ke kanan), kita harus memilih jalur lain ke sebelah kiri atau lurus untuk sampai di curug Cikudapaeh. Jalur ini jarang sekali ditempuh orang sehingga terkadang kita harus menerabas, karenanya tidak dianjurkan untuk berjalan sendiri tanpa pemandu dari taman nasional. Dianjurkan menggunakan sepatu jika ingin trekking melalui jalur ini karena beberapa lokasi berlumpur. Dengan berjalan kaki normal dalam waktu ±4 jam kita sudah sampai di Curug Cikudapaeh. Untuk keluar kita bisa kembali melalui jalan semula atau menyeberangi Sungai Cikudapaeh keluar melalui kampung Citalahab Bedeng dan kembali lagi ke kampung Citalahab Bawah melalui perkebunan teh.

Di kampung Citalahab Bawah terdapat guest house yang dikelola masyarakat setempat. Guest house yang berarsitektur tradisonal sunda tersebut berada persis bersebelahan dengan Bumi Perkemahan Citalahab dan dibatasi sebuah sungai dengan perkampungan penduduk. Walaupun bergaya tradisional, guest house ini cukup lengkap termasuk dapur, ruang makan, MCK yang cukup modern, dan sebuah balai kecil seperti balai pertemuan petani yang bisa menjadi tempat berkumpul.

Tetapi jika ingin bersosialisasi dengan penduduk Kampung Citalahab Bedeng, kita bisa menggunakan home stay yang juga dikelola oleh penduduk setempat. Home stay tersebar di beberapa rumah penduduk lengkap dengan gaya arsitektur sunda dan biasanya wisatawan asing senang menggunakan home stay ini.

Jadi semua kembali kepada anda, ingin menggunakan tempat yang lebih modern seperti Stasiun Penelitian Cikaniki. Atau ingin yang lebih tradisional, bersentuhan langsung dengan masyarakat dan berada diantara perkebuhan teh yang menghijau, seperti guest house dan home stay di Citalahab.

Tidak jauh dari Kampung Citalahab masih ada obyek menarik lainnya, yaitu pabrik teh Nirmala Agung. Jika sedang beroperasi, kita dapat melihat langsung proses pembuatan teh di pabrik yang berada sekitar 6 km dari Kampung Ctalahab. Teh hasil pengolahan pabrik ini terasa lebih nikmat dan beraroma khas. Dari pabrik pembuatan teh, kita bisa menuju Curug Piit yang merupakan air terjun yang tinggi, besar dan indah. Curug Piit jaraknya jaraknya tidak terlalu jauh dari pabrik pembuatan teh, kira-kira 2 km lagi dengan melewati perkampungan dimana terdapat persawahan dan lumbung padi tradisional.

Tantangan Mendaki Menuju Puncak Gunung Kendeng
Melakukan pendakian menuju puncak Gunung Kendeng +/- 1.625 mdpl) di kawasan taman nasional ini merupakan kegiatan menantang lainnya. Di butuhkan waktu sekitar 3-4 jam dari stasiun penelitian Cikaniki untuk sampai puncaknya.

Sepanjan perjalanan menuju puncak Gunung Kendeng, kita akan melintasi hutan hujan tropis yang sangat asri dan bersih. Medan pendakian yang akan kita lalui terlihat sangat bersih tanpa sampah sedikitpun. Jalan setapak menuju puncak Gunung Kendeng tidak terlalu lebar dan di beberapa jalur sedikit tertutup atau bahkan tertutup sama sekali oleh semak-semak.

Medan pendakian mempunyai kemiringan yang bervariasi. Sekitar 90 menit berjalan dari stasiun penelitian Cikaniki, kita akan tiba di satu areal yang cukup datar dan luas. Dari tempat tersebut kita dapat melihat pemandangan yang sangat menarik, indah dan bebas ke arah lembah atau lereng gunung.

Kemudian perjalanan di lanjutkan kembali melalui hutan hujan tropis yang semakin rapat. Di sepanjang jalur kita dapat menemukan beberapa tumbuhan jenis jamur dan beberapa di antaranya bahkan mempunyai bentuk yang unik. Salah satunya jamur yang bentuknya sebagaimana yang pernah kita lihat dalam film kartun ”Mario Bross”.

Setelah beberapa saat melintasi jalur pendakian yang lumayan landai dan cukup panjang, kemudian jalur pendakian kembali menanjak. Sekitar 1.5 hingga 2 jam kemudian pun kita akan tiba di puncak Gunung Kendeng. Puncak Gunung Kendeng hanya sebuah dataran yang tidak terlalu luas, dimana disekelilingnya ditumbuhi semak-semak. Namun, pendakian menuju puncak Gunung Kendeng benar-benar menawarkan pemandangan yang menakjubkan. Di sepanjang jalur kita akan di suguhkan suasana hutan hujan tropis yang masih sangat terawat. Jika beruntung, kita juga dapat melihat Owa Jawa dan Surili di sepanjang jalur. Suasana hutan hujan tropis yang masih asli dan berbagai keanekaragaman tumbuhan juga menjadi pemandangan tersendiri bagi kita sepanjang perjalanan.

Obyek Wisata dan Kegiatan Lainnya
Selain berbagai kegiatan dan obyek yang telah disebutkan di atas, sebenanya masih ada obyek menarik lainnya yang bisa kita kunjungi, diantaranya, mengunjungi bangunan tua sisa zaman Megalitikum – Candi Cibedug. Bangunan berundak yang terbuat dari tanah ini dapat ditempuh dengan jarah sekitar 8 kilometer melalui desa Citorek. Acara ritual di sekitar Candi Cibedug biasa di pimpin oleh tujuh orang yang disucikan oleh penduduk setempat.

Jika ingin menyaksikan berbagai atraksi budaya dan kesenian tradisional sunda, anda bisa datang di antara bulan Juli sampai dengan Agustus, karena biasanya pada bulan-bulan tersebut diadakan acara pesta panen – Sereun Taon. Acara yang diikuti oleh seluruh masarakat Kasepuhan Banten Kidul ini dipimpin oleh tokoh kasepuhan, Abah Anom. Sereun Taon merupakan pesta panen sebagai ungkapan kegembiraan dan rasa syukur atas limpahan hasil panen yang diberikan sang Pencipta kepada masyarakat kasepuhan. Upacara Sereun Taon di adakan di Kampung Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Untuk mencapai ke lokasi bisa melalui Sukabumi – Pelabuhanratu – Cisolok dan kemudian berhenti di Desa Cileungsing. Dari Desa Cileungsing untuk menuju Desa Sirnaresmi harus berhenti di Kampung Pangguyangan. Semua kendaraan roda empat hanya bisa sampai di Pangguyangan, karena jalan yang menuju Kampung Ciptagelar selanjutnya sangat berat, kecuali jika menggunakan kendaraan sejenis 4WD atau Jeep. Selain menggunakan mobil sejenis Jeep, kita bisa melanjutkannya dengan menggunakan ojeg atau berjalan kaki.

Tuesday, December 1, 2009

Komponen Dasar Panjat Tebing

Seperti halnya jenis olah raga lain, Panjat Tebing memerlukan tingkat fisik dan mental
yang baik. Satu hal yang mungkin perlu diingat yaitu bahwa dari satu sisi panjat tebing
terlihat sebagai satu olah raga yang bersifat mental, karena untuk menyelesaikan satu
rute/problem kamu harus membuat strategi penyelesaian masalah (problem solving)
dengan kombinasi tehnik yang baik. Disisi lain karena posisi pemanjat yang
menggantung dan arah gerak/posisi tubuh yang berlawanan dengan daya gravitasi
mereka perlu otot yang enggak lembek, yang ini lebih bersifat fisik.
Saya mengkategorikan komponen dasar ini kedalam dua aspek:
1. Komponen Fisik
2. Komponen Non Fisik
Yang termasuk kedalam komponen fisik yaitu:
Kekuatan
Jangan menganggap bahwa kekuatan yang dimaksud disini yaitu sekedar kekuatan
tangan. Pemanjat enggak manjat cuma dengan tanggannya mereka pake kaki, pake
badan dan yang penting lagi mereka juga pake otak bo. Kekuatan ini cakupannya
menyeluruh termasuk kekuatan tangan dan kaki (limp strength) dan kekuatan tubuh
(core strength) yaitu perut, dada, punggung dan pinggang. Kekuatan ini sangatlah
diperlukan ketika kamu mulai beranjak ke tingkat mahir yang biasa dimulai dengan
pemanjatan dengan kesulitan rute 5.11 keatas.
Daya Tahan
Daya tahan artinya kemampuan kamu untuk memanjat rute yang panjang tanpa terlalu
banyak berhenti/ istirahat. Tentunya ini sangat mendominasi para pemanjat multi pitch.
Training untuk ini jarang sekali dilakukan pada rute dengan kesulitan tingkat tinggi
karena jika demikian maka akan cenderung ke training kekuatan dan bukannya daya
tahan. Cukup dimulai dengan rute mudah dan terus dilanjutkan ke rute-rute yang tidak
terlalu sulit untuk sekitar 15 menit sampe 45 menit (pemula) tanpa diselingi istirahat.
Kelenturan
Meskipun wanita pada umumnya tidak sekuat pria, biasanya mereka lebih menonjol
dalam bidang ini. Kelenturan bisa sangat menentukan apakah seseorang pemanjat
dapat menyelesaikan satu rute tertentu atau tidak, karena itu janganlah disepelekan.
Selalu lakukan pemanasan kemudian melenturkan tubuh (stretching) sebelum kamu
memanjat. Kombinasi kelenturan dan kekuatan akan menjadikan alur gerak (fluidity) si
pemanjat tampak indah, mudah (padahal sebetulnya sulit) dan mengesankan.
Sedangkan komponen non fisik yaitu:
Mental dan Sikap
Yang dua ini harus selalu positif. Keadaan mental kamu akan menjelma menjadi sikap
yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu pemanjatan. Alasan-alasan seperti
aku kayaknya enggak bisa, aku udah cape, rutenya bukan tipeku, rutenya untuk
pemanjat yang badannya tinggi/ pendek dll merupakan contoh ketidak siapan mental.
Hadapi semua rute/ problem dengan ucapan ” Saya akan coba sebaik mungkin!” Kalo
kamu jatoh/ gagal coba lagi dan coba lagi, disinilah proses belajar memanjat tebing
menuju kesempurnaan sampai kamu akhirnya berhasil menyelesaikan rute tsb tanpa
jatuh.
Tehnik
Tehnik ini jangkauannya umum, bisa termasuk gabungan dari komponen fisik diatas.
Namun kalo kita bicara tehnik biasanya enggak secara langsung berhubungan dengan
otot karena itu saya kategorikan komponen ini ke non fisik. Tehnik ini didapat dari
proses belajar yang enggak sebentar, makanya untuk belajar tehnik dengan cepat dan
baik belajarlah langsung dari pemanjat pro yang sudah berpengalaman. Mereka
biasanya bisa langsung menunjukan kelemahan dan kekurangan pemanjatan kamu.
Kadang untuk belajar tehnik ini kamu harus melakukan gerakan-gerakan yang sama
secara terus menerus sampai tubuh kamu hafal betul untuk mengeksekusi gerak tsb
(biasa disebut engram: daya ingat tubuh dalam melakukan gerakan/posisi tertentu).
064 RB
Tehnik cakupannya luas termasuk keseimbangan dan perpindahan berat badan, posisi,
pernafasan, gerak dinamik dan statik dll.
Hobi panjat tebing, tentu saja tebing merupakan prasarana dalam kegiatan panjat
tebing. Pengetahuan dasar tentang tebing yang harus diketahui antara lain: Bentuk
tebing, bagian tebing yang dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak.
Bagian-bagiannya antara lain blank (bentuk tebing yang mempunyai sudut 90derajat
atau biasa disebut vertikal), overhang (bentuk tebing yang mempunyai sudut
kemiringan antara 10-80 derajat), roof (bentuk tebing
yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menggantung), teras (bentuk tebing
yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menjorok ke dalam tebing), dan top
(bagian tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan).
Lalu ada soal permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing yang nantinya
akan digunakan untuk berpegang dan berpijak dalam suatu pemanjatan. Bagian ini di
kategorikan menjadi tiga bagian: face (permukaan tebing yang mempunyai tonjolan),
slap/friction (permukaan tebing yang tidak mempunyai tonjolan atau celah, rata, dan
mulus tidak ada cacat batuan), dan fissure (permukaan tebing yang tidak mempunyai
celah/crack).
Dengan mengenali pengenalan dasar atas medan yang hendak ditempuh, para
pemanjat akan langsung bisa mempersiapkan teknik penaklukannya dan mengurangi
tingkat kesulitannya.
Untuk memudahkan estimasi tingkat kesulitan tersebut, biasanya digunakan sistem
desimal yang dimulai dari angka lima (mengacu pada standar tingkat kesulitan yang
dibuat oleh Amerika).
Tingkat kesulitan 5,7-5,8 adalah tingkat kesulitan pemanjatan yang amat mudah.
Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak, besar, dan mudah
didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90 derajat.
Tingkat kesulitan 5,9. Tingkat kesulitan pemanjatan yang mulai agak sulit karena jarak
antara pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar.
Tingkat kesulitan 5,10. Pada tingkat ini pemanjatan mulai sulit karena komposisi
pegangan dan pijakan sudah bervariasi besar dan kecil. Jarak antar celah dan tonjolan
mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, faktor
keseimbangan mulai dibutuhkan.
Tingkat kesulitan 5,11. Tingkat kesulitan ini lebih sulit lagi karena letak antara
pegangan yang satu dengan pegangan yang lainnya berjauhan dan kecil-kecil yang
hanya bisa dipegang oleh beberapa jari saja, kedua tungkai melakukan gerakan
melebar agar kaki dapat bertumpu pada tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh
sangat berpengaruh, bentuk tebing yang dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara
tebing gantung dan atap.
Tingkat kesulitan 5,13-5,14. Jalur lintasan ini bervariasi antara tebing gantung dan atap
dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan tangan. Pemanjat mulai melakukan
gerakan gesek (friction) dan bertumpu pada ujung jari (edginh) bahkan harus
mengaitkan tumit pada pijakan (hooking).
Selain kriteria kesulitan ini, Negara lain juga membuat tingkat kesulitan sesuai dengan
penilaian masing-masing, antara lain Jerman, Perancis, UIAA (Union Internationale des
Association Alpines).

Sejarah Panjat Tebing Dunia

1492 Sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba untuk
memanjat tebing Mont Aiguille (2.097 m), di kawasan Vercors Massif. Tak jelas benar
tujuan mereka, tapi yang jelas sampai beberapa dekade kemudian, orang-orang yang
naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois,
sejenis kambing gunung. Jadi mereka memanjat untuk mata pencaharian, kurang lebih
mirip para pengunduh sarang burung wallet gua di tebing-tebing Kalimantan Timur atau
Karangbolong Jawa Tengah.
1623 Yan Carstenz adalah orang Eropa pertama yang melihat " … pegunungan yang
sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju!" di perdalaman Irian. Salju itu sangat
dekat ke Khatulistiwa. Laporannya tidak dipercaya di Eropa, padahal belum lama
berselang diberitakan ada juga salju di pegunungan Andes, masih dekat Khatulistiwa.
1624 Masih berkaitan dengan pekerjaan, pastor-pastor Jesuit merupakan orang-orang
Eropa pertama yang melintasi pegunungan Himalaya, tepatnya di Mana Pass (Pass =
pelana / punggungan yang terentang di antara dua puncak), dari Gharwal di India ke
Tibet.
1760 Professor de Saussure agaknya begitu jatuh cinta pada Mont Blanc di perbatasan
Perancis - Italia, sehingga dia menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang bisa
menemukan lintasan ke pincaknya, untuk penelitian ilmiah yang diimpikannya. Sayang,
tidak ada yang tertarik, terutama karena ngeri terhadap naga-naga yang konon
menghuni puncak gunung tertinggi di Eropa Barat itu.
1786 Setelah beberapa percobaan gagal, puncak Mont Blanc (4.807 m) akhirnya
berhasil digapai manusia, mereka adalah Dr. Michel Gabriel Paccard dan seorang
pemandu gunung, Jacquet Balmat. Puncak tertinggi yang di Alpen yang berhasil didaki
sebelumnya adalah Lysjoch (4.153 m), tahun 1778.
1830 Alexander Gardiner melintasi Karakoram Pass dari Sinkiang, China ke Kashmir,
India. 1852 Ahli-ahli ukur tanah di India berhasil menentukan ketinggian puncak XV
(8.840 m). Ini merupakan puncak tertinggi di dunia, mengalahkan puncak VII
(Kangcenjunga, 8.598 m) yang sebelumnya dianggap puncak paling tinggi. Puncak XV
ini kemudian diberi nama Everest, sesuai dengan nama kepala divisi ukur tanah di
064 RB
India berkebangsaan Inggris, Sir George Everest (orang Nepal menyebut puncak ini
dengan nama Sagarmatha, sedangkan orang Tibet menyebutnya Chomolungma).
Belakangan ketinggiannya dikoreksi menjadi 8.888 m, kemudian dikoreksi lagi menjadi
8.848 meter, sampai sekarang.
1853 Batu pertama jaman keemasan dunia keemasan di Alpen diletakkan oleh Alfred
Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3.708 m), cikal bakal pendakian
gunung sebagai olah raga.
1857 Alpine Club yang pertama berdiri di Inggris.
1858 Ketinggian K2 (singkatan Karakoram Number 2) terukur, 8.610 m, menggeser lagi
kedudukan Kangchenjunga menjadi posisi 3.
1865 Dinding Selatan Mont Blanc sipanjat untuk pertama kali melalui lintasan Old
Brenva, menandai lahirnya panjat es (ice climbing). Di Alpen bagian tengah, Edward
Whymper dan enam rekannya berhasil mencapai puncak Matterhorn (4.474 m), Swiss.
Tapi empat orang anggota tim yang saling terkait dalam satu tali tewas dalam
perjalanan turun, ketika salah seorang jatuh dan menyeret yang lainnya. Musibah ini
mengakhiri sebelas tahun jaman keemasan. Lebih dari 180 puncak besar telah didaki
dalam masa itu, sedikitnya satu kali, dan lebih dari setengahnya dilakukan para
pendaki Inggris.
1874 WA Coolidge mendaki puncak Jungfrau dan Wetterhorn pada musim dingin,
sehingga dijuluki Mr. Winter Climbing. Tahun 1870-an ini muncul trend baru, yaitu
pendakian tanpa didampingi pemandu, yang segera menjadi ukuran kebanggaan
diantara para pendaki.
1878 Regu yang dipimpin Clinton Dent berhasil memanjat Aiguille de Dru di Perancis,
memicu trend baru lagi, yaitu pemanjatan tebing-tebing yang tidak terlalu tinggi tetapi
cukup curam dan sulit. Banyak orang menganggap peristiwa ini sebagai kelahiran
panjat tebing.
1883 WW Graham menjadi orang pertama yang mengunjungi pegunungan Himalaya
dengan tujuan mendaki gunung sebagai olah raga dan petualangan. Dia mendaki
beberapa puncak rendah di kawasan Nanda Devi dan Sikkim, India. Konon khabarnya
dia juga berhasil menggapai puncak Changabang (6.864 m).
1895 Percobaan pertama pendakian gunung diatas 8.000 m, yaitu Nanga Parbat
(8.125 m) oleh AF Mummery. Pendaki Inggris yang sering disebut Bapak Pendakian
Gunung Modern ini hilang di ketinggian sekitar 6.000 m.
1899 Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran laporan Yan
Carstensz hampir 3 abad sebelumnya tentang " … pegunungan yang sangat tinggi, di
beberapa tempat tertutup salju!" di perdalaman Irian. Maka namanya diabadikan
sebagai nama puncak yang kemudian ternyata merupakan puncak gunung tertinggi di
Indonesia.
1902 Percobaan pertama mendaki K2 oleh tim ekspedisi dari Inggris, hasilnya ….
gagal !!!!!!!!!
1907 Ekspedisi di bawah pimpinan Tom Longstaff mendaki Trisul (7.120 m), puncak
7.000-an pertama yang berhasil di daki manusia. Longstaff adalah orang pertama yang
mencoba penggunaan tabung oksigen dalam pendakian.
064 RB
1909 Ekspedisi Persatuan Ahli Burung dari Inggris (BPUE), memasuki rawa-rawa
sebelah selatan kawasan Carstensz. Dalam masa 16 bulan pada ekspedisi ini, 16
orang meninggal dan 120 orang sakit.
1910 Carabineer (cincin kait) untuk pertama kali dipergunakan dalam pendakian
gunung oleh pemanjat-pemanjat dari Munich, Jerman. Penggunaannya diilhami oleh
pasukan pemadam kebakaran.
1911 Mantan anggota ekspedisi BPUE 1909, Dr. AFR Wollaston, kembali ke Irian
bersama C. Bodden Kloss dengan 224 pengangkut barang dan serdadu. Mereka
sampai di bagian Timur kawasan Carstensz dengan menyusuri sungai Otowka dari
Selatan. Kali ini tiga orang melayang jiwanya.
1921 George L. Mallory dkk, berhasil mencapai North Col Everest, dalam perjalanan
penjajagan mereka dari sisi Tibet.
1922 Usaha pertama mendaki Everest, berakhir pada ketinggian 8.320 m di
punggungan timur laut. Hasilnya …….. gagal !!!!!!
1924 Mallory dan Irvina, kembali mencoba mendaki Everest. Keduanya hilang di
ketinggian sekitar 8.400 meter. Rekannya, Edward Norton mencapai 8.570 meter,
rekaan ketinggian waktu itu, sendirian dan tanpa rabung oksigen.
1931 Schimdt bersaudara mencapai puncak Matterhorn lewat dinding utara, sekaligus
melahirkan demam north wall climbing.
1932 UIAA (Union Internationale Association de Alpinisme) berdiri di Perancis.
1933 Comici dari Italia memanjat overhang dinding utara Cima Grande Laverdo
dikawasan Dolomite, Alpen Timur, menandai aid climbing (panjat tebing menggunakan
alat bantu untuk menambah ketinggian) yang pertama.
1934 Dr. Karl Prusik memelopori penggunaan tali kecil dengan simpul khusus untuk
menggantung dan meniti tali yang lebih besar. Sampai sekarang tali kecil dan simpul ini
dikenal dengan istilah prusik. Meniti tali dengan menggunakan tali kecil dan simpul ini
disebut prusiking.
1936 Dr. AH Colijn, manajer umum sebuah perusahaan tambang menemukan dinding
timur Gletser Moriane, tak jauh dari kawasan Carstensz. Gunung bijih itu dinamakan
Erstbergh, yang nantinya menjadi tambang utama PT. Freeport.
1938 Dinding utara Eiger di Swiss akhirnya berhasil di panjat oleh tim gabungan
Jerman dan Austria. Sebelumnya Hitler menjanjikan mereka medali setingkat medali
emasnya Olimpiade. Mereka adalah Anderl Heckmair, Ludwig Forg, Fritz Kasparek dan
Heinrich Harrer. Tebing maut ini sebelumnya telah menelan cukup banyak korban dan
berlanjut sampai sekarang.
1941 Ekspedisi Archbold menemukan lembah Baliem, kantong Suku Dani yang tingkat
kebudayaannya amat tinggi, ditengah hutan belantara, seolah tak terbatas dan tak
tertembus. Irian semakin menjadi pusat perhatian para ilmuwan dunia.
1949 Nepal membuka perbatasannya bagi orang luar, memancing maraknya
pendakian di kawasan atap dunia itu.
1950 Tibet dikuasai Cina. Pendakian Himalaya di sisi ini tidak diperkenankan lagi.
064 RB
Maurice Herzog memimpin ekspedisi Perancis mendaki Annapurna (8.091 m), puncak
8.000-an yang pertama berhasil di daki, menandai awal 20 tahun jaman keemasan
pendakian di Himalaya.
Di Alpen, tali nylon mulai dipergunakan. Tali serat tumbuhan yang sebelumnya biasa
dipakai, hampir tak memiliki kelenturan, sehingga ada aturan bahwa seorang perintis
jalur pemanjatan (leader) tidak boleh jatuh, sebab hampir pasti pinggangnya akan
patah tersentak.
Pakaian bulu angsa mulai membuat malam-malam di bivouac lebih nyaman dan
pendakian keesokan harinya lebih efektif.
1951 Don Whillan menemukan pasangannya, Joe Brown. Mereka menjadi duet
pemanjat terkuat yang pernah dimiliki Inggris. Panjat bebas (free climbing) gaya Inggris
segera menjadi tolok ukur dunia panjat tebing.
Walter Bonatti dkk menyelesaikan dinding timur Grand Capucin, awal aid climbing pada
tebing yang masuk dalam kategori dinding besar (big wall).
Bermula terjadinya revolusi cadas di Inggris, tebing kapur ternyata tidak serapuh yang
diduga selama ini, sehingga tebing ini mulai banyak dipanjat menyaingi tebing granit
dan batuan beku lainnya.
1952 Herman Buhl memanjat solo di dinding timur laut Piz Badile, Swiss dalam waktu 4
½ jam. Inilah awal speed climbing (pemanjatan yang mengutamakan kecepatan).
Rekor waktu sebelumnya pada lintasan itu adalah 52 jam, dibuat tahun 1937.
1953 Heman Buhl dkk mencapai puncak Nanga Parbat, puncak 8.000-an kedua yang
didaki orang.
Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay dari Nepal, yang
tergabung dalam ekspedisi Inggris, menjadi manusia pertama yang berdiri di atap
dunia, Everest.
Mountain Travel, biro perjalanan pertama yang melayani ekspedisi pendakian gunung,
didirikan di Kathmandu, Nepal. Dengan tumbuhnya agen-agen seperti ini, sebagian
kerumitan pengelolaan ekspedisi dapat dikurangi, sehingga pendaki lebih konsentrasi
pada pendakiannya. Tetapi di sisi lain juga mengundang kecurangan-kecurangan,
seperti pembukaan jalur oleh pemandu setempat, sehingga pendaki tinggal mengikuti
atau bahkan di tuntun.
1954 Ekspedisi Inggris sukses mencapai puncak Kanchenjunga, sedangkan ekspedisi
Perancis sukses di Makalu (8.463 m).
Suatu alat berpegas ditemukan, menyaingi fungsi prusik untuk memanjat tali. Nama
alat ini adalah ascendeur (alat untuk naik), tapi sering disebut juga jumar, gabungan
nama penemunya yaitu Adolf Jusi dan Walter Marti, dari Swiss.
1956 Ekspedisi dari Jepang berhasil mendaki Manaslu (8.163 m). Jepang segera
menjadi salah satu negara besar di dunia pendakian Himalaya.
1957 Herman Buhl dan tim Austria mencapai puncak Broad Peak (8.047 m), sekaligus
menandai pendakian gunung 8.000-an dengan teknik alpine tactic.
064 RB
1958 Lapangan terbang perintis dibuka pada beberapa lokasi di Irian, membangkitkan
semangat para pendaki gunung untuk menjajal Carstensz, sang perawan salju
Khatulistisa.
1959 Claudio Barbier dari Belgia, mendaki solo 3 (tiga) dinding utara Tre Cima Laverdo
dalam 1 hari, ini adalah pertama kali speed climbing menggunakan teknik gabungan
free dan artificial climbing.
Helm mulai digunakan para pendaki tebing. Sabuk pengaman (harness) menjadi wajib,
menyusul kematian seorang pemanjat Inggris di Dolomite.
Tebing 48 di Citatah mulai dipakai sebagai ajang latihan oleh pasukan TNI AD.
1961 Ekspedisi dari Selandia Baru mencoba mendaki Carstenz Pyramide. Gagal
karena keterlambatan dukungan logistik lewat jembatan udara. Mereka menemukan
jalan dari utara lewat celah yang kemudian dinamakan New Zealand Pass.
1962 Puncak Carstenz akhirnya berhasil dicapai oleh tim pimpinan Heinrich Harrer.
Puncak Eidenburg, juga di Irian, berhasil di daki oleh ekspedisi yang dipimpin Philip
Temple.
Baut tebing mulai diperkenalkan penggunaannya di pegunungan Alpen. Pemanjatpemanjat
Amerika mulai terkenal di Alpen, diawali oleh Hemmings dan Robbins yang
menciptakan lintasan super sulit di dinding barat du Dru.
1963 Tim gabungan Inggris dan Amerika memanjat dinding selatan Auguille du Fou,
yang waktu itu dianggap sebagai pemanjatan tersulit di Alpen dengan menggunakan
teknik-teknik aid climbing gaya Amerika.
Kode etik dalam panjat tebing mulai banyak diperdebatkan di kalangan pemanjat.
Seorang ahli gletser yang baru kembali dari Antartika berusaha mendaratkan pesawat
terbang kecilnya di Puncak Jaya dekat Carstensz. Untung angin kencang
mengurungkan niatnya, sebab salju tebal disana terlalu lunak untuk landasan. Tapi dua
pesawat pendukung DC-3 kandas di lereng utara dan selatannya, pada ketinggian
sekitar 4.300 m. Reruntuhannya masih bisa ditemukan sampai sekarang.
1964 Beberapa pendaki Jepang dan 3 orang Indonesia, yaitu Fred Athaboe, Sudarto
dan Sugirin, yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih, berhasil mencapai Puncak
Jaya di Irian. Puncak yang berhasil didaki itu sempat dianggap Puncak Carstensz,
sebelum kemudian dibuktikan salah. Tahun ini dipatok sebagai awal sejarah pendakian
gunung di Indonesia.
Dua perkumpulan pendaki gunung tertua di Indonesia lahir : Wanadri di Bandung dan
Mapala UI di Jakarta.
Ekspedisi Cina mendaki Shisha Pangma (8.046 m) di Tibet, satu-satunya puncak
8.000-an yang terletak di luar Nepal dan Karakoram (Pakistan).
1965 Seratus tahun pendakian pertama Matterhorn diperingati dengan pendakian oleh
Hornli, dkk., diliput oleh BBC/TV dari awal pendakian sampai berhasil ke puncak. Untuk
pertama kalinya pendakian gunung dan panjat tebing menjadi olah raga yang dapat
ditonton banyak orang.
Pemerintah Nepal menutup pendakian Himalaya di wilayahnya.
064 RB
1967 Penggunaan tali kernmantel dipelopori oleh pemanjat Inggris, menggantikan tali
yang terbuat dari bahan nylon. Bagian dalam tali kernmantel terdiri dari beberapa
pilihan serat synthesis, yang memberikan kekuatan pada tali. Bagian pembungkusnya
merupakan anyaman dari bahan yang lentur, tapi tahan gesekan, sehingga melindungi
bagian dalamnya.
1968 Nafas segar bagi para pendaki, sejumlah lapangan terbang milik misi Katolik di
buka di Irian. Tapi sayang, bersamaan dengan itu pemerintah Indonesia tidak lagi
mengeluarkan ijin pendakian ke kawasan Carstensz.
1969 Reinhold Messner keluar dari pertapaannya, kembali ke tebing-tebing Alpen
Timur, menyikat dinding es raksasa les Droites dalam waktu 8½ jam solo.
Menumbangkan rekor sebelumnya, yaitu 3 hari.
Pemanjat-pemanjat Jepang mulai membanjiri pasaran Alpen, antara lain membuat
lintasan baru di Eiger.
Nomor perdana majalah Mountain mulai beredar, menjadi media pendaki dan pemanjat
yang pertama beredar luas dalam bahasa Inggris, sehingga mempengaruhi
perkembangan melalui perdebatan dan opini.
Pemerintah Nepal membuka kembali wilayahnya bagi pendaki Himalaya, dengan
beberapa peraturan baru dan membatasi pendakian pada puncak-puncak tertentu saja.
Agen-agen pendakian dan trekking tumbuh dan berjibun seperti kutu yak, menggelitik
kelompok-kelompok kecil dari berbagai negara untuk main-main di Himalaya dengan
mudah dan murah.
Soe Hok Gie dan Idhan Lubis gugur di Gunung Semeru, terkena gas beracun.
1970 Dinding Selatan Annapurna di rambah tim dari Inggris, menggunting pita
pembukaan era pendakian jalur-jalur sulit di gunung-gunung besar Himalaya. Tingkat
kesulitan lintasan menjadi lebih penting daripada hanya sekedar mencapai puncak.
Tahun ini lahir cabang olah raga panjat dinding atau panjat tebing buatan. Dindingdinding
panjat buatan mulai bermunculan. Bentuk-bentuk latihan terpisah dalam olah
raga panjat tebing mulai menggema. Salah satu pelopornya adalah Pete Livesey,
pemanjat yang juga suka speleologi, kano dan lari. Ia tahu benar pentingnya latihan
khusus bagi masing-masing jenis olah raga tersebut, dan mencoba menerapkannya
pada panjat tebing. Pelan tapi pasti, panjat tebing mulai dipandang sebagai kegiatan
atletis, kesan huru-hara sedikit demi sedikit mulai hilang. Semboyan "the best training
for climber is climbing" tidak lagi memadai, apalagi hanya dengan memupuk
kejantanan melalui gelas-gelas bir.
1971 Kawasan Carstensz kembali dibuka untuk pendakian. Kesempatan ini segera
diserbu oleh tim-tim ekspedisi dari Australia, Jerman, AS bahkan Hongkong. Penelitian
yang dilakukan Carstensz Glacier dari Expedition University of Melbourne,
menghasilkan kesimpulan yang cukup mengejutkan tentang penyusutan gletser secara
besar-besaran.
1972 Untuk pertama kalinya olah raga panjat dinding masuk dalam jadwal Olympiade
di Munich, walaupun masih eksebisi.
Mapala UI, diantaranya adalah Herman O. Lantang dan Rudy Badil, berhasil mencapai
Puncak Jaya. Mereka merupakan orang-orang sipil pertama dari Indonesia yang
mencapai puncak ini.
064 RB
1974 Pasangan Reinhold Messner dan Peter Habeler mendaki Hidden Peak (8.068 m)
di Karakoram selama 3 hari dengan sistem Alpine Push (tanpa kembali ke base camp).
Pasangan ini juga memecahkan rekor kecepatan pemanjatan di Eiger, yaitu 10 jam.
1975 Ekspedisi dari Jepang menjadi tim wanita pertama yang menjejak Puncak
Everest. Sementara itu China mengirimkan ekspedisi Everest-nya yang pertama, dari
punggungan Timur Laut.
Bercak-bercak kapur magnesium mulai terasa merisihkan tebing-tebing di Inggris dan
Eropa daratan, kebanyakan menyalahkan para pemanjat hijau, yang mengobral kapur
pada lintasan yang seharusnya bisa dilampaui tanpa bubuk penyerak keringat.
1976 Harry Suliztiarto mulai latihan memanjat di Citatah. Patok pertama panjat tebing
modern di Indonesia.
1977 Skygers Amateur Rock Climbing Group didirikan Harry Suliztiarto, Heri Hermanu,
Deddy Hikmat dan Agus R.
Ekspedisi Selandia Baru mencoba mendaki Everest tanpa bantuan sherpa. Mereka
*****a sampai di South Col, tapi seolah memukul gong yang gaungnya merantak
kemana-mana, ekspedisi berdikari, semua perintisan jalur dan pengangsuran
perbekalan dilakukan sendiri oleh anggota ekspedisi. Yang pro menganggapnya
sebagai kejujuran wajib, yang kontra melecehkan sebagai kesia-siaan yang konyol.
Perdebatan ini belum selesai sampai sekarang.
1978 Messner dan Habeler menggegerkan dunia pendakian Himalaya dengan
mendaki Everest tanpa bantuan tabung oksigen. Tambah geger lagi ketika kemudian
Messner bersolo karir di Nanga Parbat dalam waktu 12 hari. Pendakian solo ini oleh
banyak pakar dianggap lebih penting dari pendakian tanpa oksigen-nya.
1979 Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Disengaja atau tidak, merupakan upaya pertama di Indonesia untuk mempublikasikan
panjat tebing.
1980 Tebing Parang di Jawa Barat untuk pertama kali dipanjat oleh tim ITB.
Skygers menyelenggarakan sekolah panjat tebing angkatan pertama.
Sam Moses, Geoff Tabin dan Bob Saphiro dari AS, menjadi orang-orang pertama yang
memanjat dinding utara Carstensz secara direct (lurus).
Wanadri menjadi tim Indonesia pertama yang berekspedisi ke Carstensz Pyramide.
Mereka gagal mencapai puncak, namun berhasil di Puncak Jaya dan Carstensz Timur.
Sedangkan ekspedisi gabungan Mapala UI dan tim AS mendaki Puncak Trikora.
Pemerintah Nepal membuka kesempatan pendakian musim dingin, di samping musim
semi dan musim gugur. Semakin banyak kaki meratakan jalan-jalan setapak di
pelbagai pelosok Himalaya, semakin banyak pula sampah menumpuk dimana-mana.
Tetapi sebaliknya, konon mata uang asing semakin deras pula mengalir kesana. Tapi
siapa yang bertambah kaya ? Susah !!!!!!
1981 Dua ekspedisi Indonesia sekaligus di dinding selatan Carstensz, Mapala UI dan
ITB. Salah seorang anggota tim Mapala UI, Hartono Basuki, gugur disini. Korban
pertama pendakian di Carstensz.
064 RB
Jayagiri dari Bandung mengirimkan Danardana mengikuti sekolah pendakian gunung
di Glenmore Lodge, Skotlandia, dilanjutkan dengan pendakiannya ke Matterhorn,
Swiss.
1982 Jayagiri mengirimkan Irwanto ke sekolah pendakian ISM di Swiss, dilanjutkan
ekspedisi 4 orang ke Monta Rosa, Swiss serta Mont Blanc dan Matterhorn.
Dua ekspedisi ke Carstensz, Wanadri dan Pataga Jakarta.
Ahmad dari Gideon SMAN 1 Bandung tewas terjatuh di Tebing 48 Citatah, Padalarang.
Korban pertama panjat tebing di Indonesia.
1984 Tebing Lingga di Trenggalek, Jawa Timur, serta tebing pantai Uluwatu, Bali
dipanjat oleh Skygers dan Gabungan Anak Petualang dari Surabaya.
1985 Tebing Serelo di Lahat, Sumatera Selatan, dipanjat tim Ekspedisi Anak Nakal.
Ekspedisi Mapala UI gagal mencapai Puncak Chulu West (6.584 m) di Himalaya.
Ekspedisi Jayagiri gagal memanjat Gunung Eiger, Swiss. Ekspedisi Jayagiri lainnya,
diantaranya Don Hasman berhasil mendaki Kilimanjaro (5.895 m) di Afrika.
1986 Kelompok gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing Bambapuang di
Sulawesi Selatan. Kelompok Unit Kenal Lingkungan - UNPAD memanjat Gunung
Lanang di Jawa Timur. Tim Jayagiri merampungkan Dinding Ponot di air terjun Siguragura,
Sumatera Utara.
Ekspedisi Jayagiri mengulangi pemanjatan Gunung Eiger, Swiss, berhasil dengan
menciptakan lintasan baru.
Kompetisi panjat tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet, di tebing alam,
sempat ditayangkan oleh TVRI.
1987 Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan Tebing Batu Unta di Kalimantan
Barat. Kelompok Trupala memanjat Tebing Bukit Gajah di Jawa Tengah. Skygers
memanjat Sepikul di Jawa Timur.
Beberapa ekspedisi dari Indonesia di kirim ke luar negeri. Mapala UI ke Puncak
Chimborazo (6.267 m) dan Cayambe (gagal) di Pegunungan Andes. Ekspedisi Wanita
Indonesia Mendaki Himalaya ke Imja Tse di Nepal. Ekspedisi Jayagiri Saddle
Marathon, terdiri dari Mamay S. Salim dan Bambang Hertadi Mas mencapai puncak
tertinggi di Afrika, Kilimanjaro, dengan membawa sepeda. Tim ini juga mendaki Mount
Kenya di Afrika dan Imja Tse, tanpa sepeda. Eskepedisi Wanadri gagal mencapai
Vasuki Parbat (6.792 m) di Gharwal, India.
Lomba panjat tebing pertama di Indonesia, dilaksanakan di tebing pantai Jimbaran,
Bali.
Tiga anggota Aranyacala, Trisakti dan 1 mahasiswa sipil Trisakti tewas terbunuh dekat
Ilaga, dalam perjalanan ke Carstensz.
1988 Dinding panjat buat pertama kali diperkenalkan di Indonesia, dibawa oleh 4
pemanjat Perancis yang diundang ke Indonesia atas kerjasama Kantor Menpora
dengan Kedubes Perancis di Jakarta. Mereka juga sempat memberikan kursus singkat.
064 RB
Menjelang akhir acara, terbentuk Federasi Panjat Gunung dan Tebing Indonesia
(FPGTI), diketuai Harry Suliztiarto.
Untuk pertama kali disusun rangkaian kejuaraan memperebutkan Piala Dunia Panjat
Dinding yang direstui dan diawasi oleh UIAA (Union Internationale de Association de
Alpinism), badan internasional yang membawahi federasi-federasi panjat tebing dan
pendakian gunung, diawali dengan kejuaraan di Snowbird, AS.
Ekspedisi panjat tebing yang sepenuhnya dilaksanakan oleh wanita, Ekspedisi Putri
Parang Aranyacala Trisakti, memanjat Tower III Parang. Kelompok putranya memanjat
Gunung Kembar di Citeureup, Bogor.
Ekspedisi UKL Unpad kehilangan satu anggotanya, Yanto Martogi Sitanggang yang
tewas terjatuh di Batu Unta, Kalimantan.
Panjat kebut pertama kali dilakukan di Indonesia oleh Sandy Febiyanto dan Djati
Pranoto di Tower I Parang, dalam waktu 4 jam, sekaligus merupakan pemanjatan
tebing besar pertama tanpa menggunakan alat pengaman sama sekali, keduanya
hanya saling dihubungkan dengan tali.
Lomba panjat tebing buatan pertama dilakukan di Bandung, mengambil lokasi di
sebuah gardu listrik.
Ekspedisi Wanadri berhasil menempatkan 3 pendakinya di Puncak Pumori (7.145 m) di
Himalaya. Hendricus Mutter dan Vera MW dari Jayagiri mendaki Imja Tse tanpa
sherpa.
Di Alpen, Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing gagal memenuhi target waktu pemanjatan
2 hari pada dinding utara Gunung Eiger, waktu mereka mulur menjadi 5 hari. Ekspedisi
Pataga Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru pada gunung yang sama.
Di Yosemite, AS, Sandy Febiyanto dan Djati Pranoto memanjat Half Dome (gagal
memecahkan rekor waktu John Bachar dan Peter Croft, 4,5 jam) dan El Capitan (gagal
memecahkan rekor waktu 10,5 jam).
1989 Awal tahun ini, dunia panjat tebing merunduk dilanda musibah dengan gugurnya
salah satu pemanjat terbaik Indonesia, Sandy Febiyanto, yang terjatuh di tebing
Pawon, Citatah. Tetapi tidak lama. Semangat almarhum seolah justru menyebar ke
segala penjuru Nusantara, memacu pencetakan prestasi panjat tebing di Bumi Pertiwi
ini.
Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala Trisakti memanjat Bambapuang, Sulsel, tetapi
musibah menimpa tim ini sebelum mencapai puncak. Ali Irfan Batubara, fotografer tim,
tewas tergelincir dari ketinggian.
Di Himalaya, pendaki top Polandia, Jerzy Kukuczka, tewas dalam upaya memanjat
dinding selatan Lhotse (8.516 m).
Arek-arek Young Pioneer dari Malang memanjat tebing Gajah Mungkur di seputaran
dalam kawah Kelud, sementara tim Jayagiri sedang berlatih dalam rangka persiapan
ekspedisi ke Lhotse Shar di Nepal, tim ini mematok target pemanjatan semua pucukpucuk
tebing kawah Kelud, tetapi gagal. Ekspedisinya sendiri batal berangkat.
Kawasan Citeureup kembali dipanjat tim dari Aranyacala, kali ini tebing Rungking.
Tebing Uluwatu, Bali dipanjat ekspedisi putri yang kedua dari Mahitala, Unpar.
Kelompok Mega, Untar melakukan ekspedisi marathon panjat tebing, mulai dari tebing-
064 RB
tebing di Citatah, Parang, Gajah Mungkur dan berakhir di Uluwatu, dalam waktu hampir
sebulan. Merupakan marathon panjat tebing pertama di Indonesia.
Tahun ini tercatat tidak kurang dari 10 kejuaraan panjat dinding diselenggarakan di
Indonesia. Beberapa yang besar adalah di Unpar-Bandung, Trisakti-Jakarta, ISTNJakarta,
Markas Kopassus Grup I Serang, Trupala-Jakarta (dua kali, di Balai Sidang
dan Ancol), SMA 70 Bulungan-Jakarta, Kelompok KAPPA-UI dan Geologi-ITB.
Mapala UI membuat 2 ekspedisi, ke Mount Cook (3.764 m), Selandia Baru dan
McKinley (6.149 m), Alaska, puncak tertinggi di Amerika Utara.
Empat anggota Wanadri mengikuti kursus pendakian gunung es di Rainier
Mountaineering Institute, AS, kemudian bergabung dengan ekspedisi AS ke
Kangchenjunga.
Di Alpen, Ekspedisi Wanita Alpen Indonesia berhasil merampungkan pendakian 5
puncak tertinggi di 5 negara Eropa, Mont Blanc (Perancis), Grand Paradiso, 4.601 m
(Italia), Monte Rosa, 4.634 m (Swiss), Grossglockner, 3.978 m (Austria) dan Zugspitze,
2.964 m (Jerman).
Akhir tahun ini ditutup dengan gebrakan Budi Cahyono melakukan pemanjatan solo di
Tower III Parang. Merupakan artificial solo climbing pertama pada tebing besar di
Indonesia.
1990 Lomba Panjat Dinding Nasional (LPDN) di gelar di Jakarta, dengan
menggunakan dinding panjat pertama yang mempunyai empat sisi dengan ketinggian
15 meter. FPGTI berubah nama menjadi FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia),
diketuai tetap oleh Harry Suliztiarto sebagai Ketua Harian dan Setiawan Djody sebagai
Ketua Umum.
Majalah Mountain, majalah pendakian gunung dan panjat tebing yang pertama di dunia
(lahir tahun 1969), tidak terbit lagi. Salah satu rubrik khasnya, Info, diadopsi oleh
majalah High terbitan British Mountaineering Club.
Tomo Cesen, pendaki asal Yugoslavia (Slovenia), berhasil mencapai puncak Lhotse
(8.516 m) di Himalaya dalam waktu 62 jam, lewat dinding selatan yang merenggut
nyawa Jerzy Kukuczka tahun sebelumnya. Ditambah dengan pendakian solonya tahun
sebelumnya di Jannu (7.710 m), Tomo membuka era baru pendakian gunung : solo,
jalur baru dan waktu pendakian yang sangat singkat.
Ekspedisi PPGAD dan Pataga Jakarta mendaki Carstensz Pyramide dan Puncak Jaya.
Ekspedisi Pemanjat Putri Indonesia (EPPI), terdiri dari pemanjat Aranyacala Trisakti,
Mahitala Unpar dan IKIP Bandung, melakukan pemanjatan di Half Dome, AS.
1991 Indonesia untuk pertama kalinya mengirimkan pemanjatnya pada kejuaraan di
luar negeri, yaitu Oceania Cup di Autralia. Dari 4 pemanjat yang dikirim, hanya Andreas
SM dan Deden Sutisna yang mendapat peringkat, yaitu 4 dan 5. Keikutsertaan ini
membuka mata dunia panjat tebing internasional, bahwa ternyata Indonesia sudah
mempunyai atlit panjat tebing.
FPTI untuk pertama kali mengeluarkan Peraturan Lomba Panjat Tebing Buatan.
Ekspedisi Pemanjat Putri Indonesia (EPPI) '91, terdiri dari 8 pemanjat putri dari
berbagai perhimpunan di Jakarta, Bandung, Yogya dan Menado, berhasil membuat
lintasan baru pada tebing Cima Ovest, Italia.
064 RB
FPTI Pengda Jatim dan Imapala Unmer Malang, mengadakan Climbing Party di
Lembah Kera, diikuti oleh puluhan pemanjat. Selain memanjat bersama, juga diadakan
diskusi dan evaluasi pembuatan jalur, sehingga menjadikannya sebagai jambore panjat
tebing yang pertama di Indonesia, walaupun sebenarnya tidak disebut demikian.
Tahun ini tercatat beberapa kecelakaan di dinding panjat. Zainuddin tewas terjatuh di
Samarinda, karena tidak memasang pengaman. Tiga pemanjat lagi terjatuh dan cedera
(lumpuh, patah tulang). Semuanya terjadi karena tidak mengikuti prosedur
keselamatan pemanjatan.
Eskpedisi gabungan PPGAD-Wanadri berhasil memanjat jalur lurus dinding utara
Tower-2 Carstensz, menyelesaikan marathon 5 puncak (Sarwo Edhi, Sumantri,
Soekarno/Puncak Jaya, Puncak Tengah dan Carstensz Timur) serta mendaki Puncak
Mandala untuk pertama kalinya. Tim arus derasnya mengalami musibah di sungai Van
der Wall, dengan korban 7 orang tewas.
Mauly MW Wibowo melakukan pemanjatan bebas solo (free solo) pertama, di
Bambapuang, Sulsel.
Rapat Paripurna Nasional FPTI yang pertama, diselenggarakan di Puncak, Jabar.
1992 Kejuaraan Nasional Panjat Tebing I diselenggarakan di Padang, juara umum
diraih oleh kontingen DKI Jaya. Usai Kejurnas, para pemanjat mengadakan panjat
bareng di Lembah Harau, Bukit Tinggi, menghasilkan beberapa jalur baru.
Ronald N. Mamarimbing dan Panji Susanto mengikuti kejuaraan First Asian
Championship di Seoul, sedangkan Mamay S. Salim dan Mauly MW Wibowo mengikuti
kursus juri dan pembuat jalur dengan instruktur dari Perancis, dilanjutkan dengan rapat
CICE Asia.
Sebelumnya Panji S dan Yereno ET berangkat ke Singapura mengikuti lomba SAFRA,
tetapi terlambat datang. Mereka kemudian diminta melakukan eksebisi dan mendapat
sambutan meriah.
Tim gabungan PPGAD dan Pataga Jakarta melakukan pemanjatan di tebing Grandes
Jorrases, Perancis.
Tim Mapala UI harus rela kehilangan Norman Edwin dan Didiek Samsu, yang gugur
ketika melakukan pendakian ke Aconcagua, puncak tertinggi di benua Amerika.
Mamay S. Salim dan Deden Sutisna membuat beberapa jalur pemanjatan pada tebingtebing
granit di Pulau Belitung.
Budi Cahyono yang dikontrak oleh sebuah perusahaan rokok, melakukan pemanjatan
di Taiwan, untuk pembuatan iklan.
FPTI diterima secara resmi menjadi anggota UIAA, disusul dengan pengiriman utusan
ke rapat CICE Asia di Hongkong.
Rapat Paripurna Nasional FPTI yang kedua disekenggarakan di Bengkulu.
1993 Kejuaraan Nasional Panjat Tebing II dilaksanakan di Bengkulu, juara umum diraih
oleh Sumatera Barat, menyusul kemudian kejuaraan Piala Menhub di Jakarta dan
064 RB
lomba yang diadakan Persatuan Pelajar Semen Gresik di Jatim. Ketiganya
diselenggarakan dalam bulan yang sama.
Budi Cahyono, Ronald N.M dan Yusa Kanarohan mengikuti Kejuaraan Asia di
Chancun, RRC. Hasilnya Ronald peringkat II dan Yusa peringkat VI.
Budi Cahyono dan Yusa Kanarohan berhasil meraih juara 1 dan 2 pada kompetisi
Singapore National 2nd Rock Wall Climb Championship.
Dua instruktur dari Perancis datang ke Indonesia dan memberikan kursus lomba panjat
tebing di Bandung
FPTI Pengda Jatim bekerjasama dengan Mahapala D3 Ekonomi Univ. Jember,
mengadakan sekolah panjat tebing di Sepikul, Jatim.
Skygers juga mengadakan sekolah panjat tebing angkatan ke 10.
Tahun ini tiga kegiatan pendidikan alam bebas dilaksanakan hampir bersamaan
waktunya : Gladian Pencinta Alam, Sekolah SAR dan TWKM (Temu Wicara Kelompok
Mahasiswa).
Jambore Panjat Tebing Pertama diselenggarakan oleh FPTI Pengda DKI di Parang.
SH Nasution dan Kamran Ali melakukan pemanjatan di kawasan Phang-Nga dan
Phuket, Thailand.
Kamran dan Oneng memanjat di Malaysia dan Vietnam.
Tim Mapala UI, terdiri dari Tantyo Bangun dan Ripto Mulyono berhasil mencapai
puncak Aconcagua, disusul oleh tim Ekspedisi Putri Indonesia. Sedangkan tim FPTI
gagal berangkat ke Fitzroy dan Aconcagua. Alex Lowe dari AS berhasil mencapai
puncak Aconcagua 3x dalam seminggu.
Aranyacala Trisakti mengirimkan tim ke AS, terdiri dari tim tebing (Half Dome), tim
arung jeram (Colorado) dan tim gunung (Mount Whitney).
Di tanah air, tim Mapala UI berhasil memanjat jalur lurus (direct route) dinding utara
Carstensz Pyramide, namun gagal dalam upayanya memanjat dinding utara Puncak
Jaya.
Awan kelabu kembali menyelimuti dunia petualang alam bebas kita, Dudy Arief
Wahyudi, salah seorang pelopor paralayang di Indonesia, tewas saat melakukan
kegiatan paralayang di pantai Parangtritis, Yogyakarta.
Wolfgang Gullich, pemanjat handal dari Jerman yang menjadi pemeran pengganti
Silvester Stallone dalam film Cliff Hanger, tewas karena kecelakaan mobil.
Catherine Destivelle dari Perancis, memanjat solo dinding utara Eiger.
1994 FPTI secara resmi menjadi anggota KONI yang ke-50.
Ronald N.M dan Nunun Masruroh berhasil menduduki peringkat 9 dan 12 pada
Kejuaraan Asia Ketiga di Jepang, sedangkan Hendricus F. Mutter mengikuti rapat CICE
Asia di Jepang.
064 RB
Mamay S. Salim dan Kresna Hutama membuat jalur-jalur pemanjatan pada tebingtebing
di Taiwan.
Mamay S. Salim dan Rahim ABS belajar teknik panjat pohon, kemudian menjadi
asisten peneliti dari Perancis yang mengadakan pengumpulan sample tumbuhan epifit
(pakis, anggrek, dll) di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi.
Jambore Panjat Tebing Kedua diselenggarakan oleh FPTI Pengda DKI, lokasinya
masih di Parang.
1995 Lintasan dinding timur laut Everest akhirnya berhasil didaki oleh dua pendaki dari
Jepang. Padahal lintasan ini dipilih juga waktu upaya pendakian Everest yang pertama
tahun 1992.
Budi Cahyono menawarkan pemanduan pemanjatan ke Parang, iklannya masuk pada
majalah Action Asia edisi April/Mei 1995.