Thursday, January 13, 2011

Gunung Singgalang (2.877 mdpl)

Gunung Singgalang terletak berdekatan dengan dua gunung lainnya, yaitu Gunung Tandikek pada bagian yang sama dan Gunung Merapi pada bagian yang lainnya. Salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh Gunung Singgalang adalah Telaga Dewi, yang berada pada ketinggian 2762 mdpl dengan luas sekitar 1 ha. Disamping air yang jernih, daerah disekitar telaga dapat dijadikan sebagai tempat menginap bagi para pendaki.
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP

Untuk mencapai Koto Baru sebagai titik awal pendakian, dari Padang anda dapat menggunakan Bus jurusan Bukittinggi, yang bisa ditemukan di Terminal Regional Bingkuang, Aie Pacah, dengan ongkos Rp 8.000,- beberapa diantaranya ANS dan NPM dan dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP
Sedangkan bagi anda yang ingin naik dari rute Salimparik, anda harus turun di daerah Padang Lua (setelah Koto Baru kalau dari Padang).
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP
Rute Perjalanan / Pendakian
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP
Dari Koto Baru (sebagai titik awal pendakian) memakan waktu sekitar 2 jam berjalan kaki menuju Pesanggrahan (sekarang disamping Tower RCTI), yang juga merupakan tempat untuk melaporkan pendakian. Anda juga bisa menggunakan angkutan pedesaan (biasa disebut dengan Cigak Baruak) berupa Carry.
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP
Untuk menuju ke Telaga Dewi atau ke puncak Gunung Singgalang (Pilar), tidak susah lagi untuk mencari pedoman perjalanan, dengan adanya tiang-tiang listrik yang terpasang sampai ke tower RCTI di Pilar. Bagi saya, tiang listrik tersebut merusak dan menghancurkan keindahan yang ada, dan juga membuat perjalanan menjadi amat membosankan, apabila ditambah dengan petunjuk-petunjuk "iseng" yang dipasang di tiang listrik tersebut. "50 tiang lagi, puncak!". "10 tiang lagi, puncak!". Gila! bukannya menikmati perjalanan dan keindahan yang sudah dirusak oleh tiang listrik, kita malah jadi sibuk menghitung-hitung tiang listrik yang kita lewati.
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP
Bagi anda yang lebih menyukai rute perjalanan yang sunyi dan jarang dilewati oleh pendaki lainnya serta pemandangan yang masih alami, anda dapat menggunakan rute dari Salimparik, Sungai Tanang (saya sendiri mungkin lebih menyarankan anda untuk naik Gunung Singgalang dari rute ini, lebih nyaman dan lebih landai, walaupun memakan waktu yang lebih lama kalau dibandingkan dari Koto Baru).
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP
Dari simpang Padang Luar (Pasar Padang Luar), anda dapat naik angkutan pedesaan menuju ke Dusun Salimparik dengan ongkos Rp 1.500,- dan turun di batas akhir jalan, dimana mobil akan berputar lagi ke bawah.
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP
Kalau anda tidak ingin melakukan pendakian malam hari, sebaiknya pendakian dilakukan paling lambat pada jam 13.00, dimana dengan perjalanan santai memakan waktu sekitar 3 jam menuju ke bivak I. Sebelum menuju ke bivak I (sekitar 15 m sebelum bivak I, kita akan memotong aliran sungai (pindah punggungan), yang merupakan sumber air pada saat kita menginap di area ini.
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP
Apabila anda berniat naik pagi (sekitar jam 09.00), anda bisa mencapai bivak II (sekitar jam 16.00). Pada area ini, kalau anda mau, banyak tumbuhan hutan yang bisa makan, seperti pakis gajah, begonia, arbei, dan beberapa tumbuhan lainnya yang lainnya.
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP
Dari bivak II, apabila berangkat sekitar jam 09.00, dengan jalan santai anda akan sampai di Cadas sekitar pukul 13.00. Untuk masuk ke daerah cadas, dari rute perjalanan sebelumnya anda akan bertemu simpang jalan (kedua jalan tersebut sama-sama mengarah ke Telaga Dewi, jadi anda bisa memilih rute yang anda suka). Untuk rute yang mengarah ke kanan, maka dalam jarak sekitar 10 m anda akan sampai di daerah cadas, dan 100 m dari sana kembali masuk hutan yang menuju ke daerah Telaga Dewi.
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP
Sumber Air
Gunung Singgalang (2.877 mdpl) oleh Gufron P 158 GP
Untuk rute dari Salimparik, sumber mata air yang dapat digunakan adalah anak-anak sungai yang walaupun dalam kondisi kemarau masih dialiri oleh air. Pada bivak I (tempat bermalam yang dapat digunakan di perjalanan), sumber air adalah aliran air pada lembah yang kita lintasi dalam perjalanan. Sedangkan pada bivak II, sumber airnya adalah aliran air yang sama pada bivak I, namun untuk mencapainya turun agak jauh ke bawah, sekitar 10 m ke arah kiri jalur. 



di copy dari Maprok.org

4 Curug alias Air Terjun Indah-indah di Bandung

Curug artinya air terjun. Bandung sebagai kawasan yang dikelilingi gunung punya banyak sekali objek wisata berupa air terjun. Ada yang namanya Curug Panganten (tapi sudah jadi Curug Janda/Duda karena curug pasangannya sudah mulai kering). Ada pula curug yang jauh dari peradaban, karenanya masih asri mempesona. Berikut ini curug-curug yang bisa kita datangi, sekaligus nyemplung-nyemplung ke airnya, bukan sekedar dilihat saja.

1. Curug Bubrug
Curug Bubrug berada di kawasan Bandung utara, tepatnya di dekat Jl. Kol Masturi. Sebelum mencapai air terjun, kita pertama-tama akan melewati warung-warung (tidak terlalu banyak). Mobil bisa di parkir di areal yang cukup untuk sekitar 10 mobil. Ketika kita jalan agak masuk, kita akan langsung bisa melihat lipatan lava itu. Sesudahnya, kita akan disuguhi hamparan selada air yang menyerupai permadani mengambang. Ternyata selada air ini berfungsi seperti filter air juga (tapi tidak tahu berapa efektif). Tapi airnya jernih sekali.

Begitu masuk, kita akan melihat bahwa selada air ini sengaja ditanam, dalam petak-petak menyerupai sawah. Kalau beruntung kita bisa melihat orang-orang memanennya. Terus kita juga akan ketemu pos penjagaan... Bayar deh. Tapi jarang ada yang jaga koq. Jalan agak masuk lagi, kita akan melihat bahwa kita sebenarnya berada di lembahan sempit yang diapit dua punggungan. Sebenernya kalau kita jeli, banyak sekali kupu-kupu disini, mungkin karena banyak juga bunga-bungaan disini. Yang teringat sih buga terompet, si kecubung tea!

Makin mendekati ke air terjun, selada air berkurang. Dan suara jatuhan air semakin terdengar jelas... Brug... Brug... Brug... Brug... Brug. Mungkin dari situ namanya. Seberapa jernih airnya? Wah jernih deh, seperti yang di hutan primer di hutan alam. Banyak sekali larva serangga yang hidup di bebatuannya. Kalau dilihat dari hewan airnya, air ini oke banget.


2. Curug Cimahi

Curug Cimahi masih sodaranya Curug Bubrug, letak curug ini dihulunya curug Bubrug. Kalau mau kesini, pergilan ke kota Cimahi, 10 km utara kota Bandung. Jalan setiabudi - jalan sersan bajuri - arah universitas Advent - terminal Parongpong.

Biaya untuk masuk ke kawasan curug ini Rp 3.000/orang. Jalan menuju curugnya bertangga-tangga dan menghabiskan waktu lk.10 menit. Kalau capek menuruni tangga demi tangga, bisa istirahat di warung-warung yang ada. Hati-hati dengan kawanan monyet ya!

Waktu paling baik untuk mengunjungi curug adalah pagi hari. Musim hujan bikin debit air terjun jagus sekali, tapi resikonya selain airnya deras, jalannya juga jadi licin banget. Jangan lupa bawa baju ganti kalau mau main air. Biar gak masuk angin dan tetap sehat begitu sampai rumah ;)


3. Curug Malela
Gantian sekarang curug di bandung selatan. Air terjun ini dijuluki air terjun Niagara. Bentuknya memang mirip. Kata yang sudah pernah kesana, curug Malela indah sekali. Bisa jadi karena akses menuju curug yang terletak di kabupaten Bandung ini termasuk jauh, menantang dan kalau musim hujan jalannya jadi licin sekali.

Desa Cicadas adalah salah satu desa penghubung kita dengan Curug Malela sekaligus tempat memarkirkan kendaraan (di lapangan sekolah dasar), kecuali kalau kendaraannya cocok dengan medan offroad ya terus saja. Dari Bandung menuju ke Desa Cidadas, kita harus menghabiskan 5-6 jam perjalanan.

Desa Cicadas bisa dibilang tempat kita memulai petualangan menuju Curug Malela. Untuk mencapai Curug, kita harus berjalan kaki selama kurang lebih 1,5 jam. Medan pertama yang akan kita temui adalah tanjakan yang terbuat dari jalan berbatu. Jalan berbatu tersebut dipagari oleh pemandangan alam Kabupaten Bandung Barat yang sangat asri dan dibalut oleh udara segar.Setelahnya, masih tanjakan dan turunan tanah-tanah licin. Tidak disarankan kesana waktu musim hujan meski justru pada musim itulah pemandangan air terjun sedang deras dan bagus-bagusnya. Ya paling tidak gunakan alas kaki yang sesuai dengan medan yang dituju. Dan jangan lupa bawa baju ganti, bermain air di sungainya lumayan juga. Sayang kalau ke air terjun tapi gak basah ;)


4. Curug Siliwangi
Masih di Bandung Selatan, Curug Siliwangi ada di salah satu kaki gunung Puntang. Perjalanan dari Bandung arahkan ke selatan, menuju Wana Wisata Gunung Puntang. Durasinya 1,5 jam (dengan motor). Sebelum masuk ke wanasisatanya, kita bayar dulu tiket masuk Rp. 5000.

Sama seperti curug Malela, perlu usaha ekstra untuk mencapai curug yang namanya diambil dari raja pajajaran ini. Mulai dari menyusuri jalan setapak yang terjal, menyebrangi sungai tanpa jembatan permanen, tanah longsor, dan menyusuri sungai. Panjang perjalanan 3,5 KM dalam waktu 3,5 jam.

Hasil kelelahan selama perjalanan dibayar tunai dengan pemandangan air terjun. Begitu juga dingin airnya. Brr...Lagi-lagi, siap basah-basahan. Percuma jauh-jauh bin kecapekan kalau gak kebasahan air curugnya.


Masih banyak lagi curug-curug lain di Bandung yang super indah. Kalau ada yang tau curug-curug apa aja itu, sebutkan!Nanti kami tambahin nih daftar curugnya yang 4 biji aja ini.

5 Tips Menghindari Copet di Angkot Bandung

Copet beraksi dimana-mana, termasuk di Bandung. Tempat favorit para pencopet selain keramaian seperti pasar, adalah transportasi umum seperti angkot. Sebagai korban copet angkot sebanyak 2x, saya ingin berbagi tips menghindari copet. Mari simak berikut ini :
  1. Berdoa sebelum naek angkot, bahkan saat baru keluar rumah sekalipun.
  2. Tidak memperlihatkan barang berharga dompet, hp, tas yang bisa membuat copet mencari sasaran.
  3. Simpan hp dan dompet di tempat yg sulit di ambil copet.
  4. Duduk di depan -samping supir angkot- jika masih kosong, duduk di bagian belakang pak supir atau duduk di ujung belakang supir. Hal ini bisa memudahkan kita untuk turun dari Angkot waktu copet mulai beraksi.
  5. Perhatikan ciri-ciri copet berikut ini :
  • Mereka membawa barang bawaan berupa tas (ransel) yang kosong (alias kempes).
  • Mereka naik angkot satu persatu berjarak 1-3 meter antara satu orang copet dengan kru copet lainnya. Jadi aneh bukan kalau tiap 1 - 3 meter ada orang berturut-turut (4-5 orang) naik angkot. Mencurigakan.
  • Mereka berjumlah lebih dari 3 orang.
  • Mereka pasang muka tegang seperti anak kecil yang sedang berbohong.
  • ketika angkot sudah penuh oleh mereka, maka mereka mulai sibuk sendiri entah kenapa. Kasak kusuk tidak jelas. Sangat mencurigakan.
Nah, kalau ciri-ciri itu sudah kelihatan, sudah jangan ambil resiko untuk terus-terusan ada di dalam angkot tersebut. Segera teriak 'KIRI!' dan turun dari angkot.
Kita tidak sedang curiga, tapi waspada.
Selamat naik angkot.