Showing posts with label perjalanan. Show all posts
Showing posts with label perjalanan. Show all posts

Thursday, June 2, 2011

20 Tempat Petualangan Terbaik Di Dunia



1. Hike to Everest Base Camp


Perjalanan ke puncak Everest membutuhkan kebugaran yang serius, kemauan, keberuntungan, dan $ 60.000 untuk perjalanan dengan pemandu. Bagi kita yang ingin menyaksikan gunung dengan hemat ada pilihan alternatif: hiking ke “Everest Base Camp”. Perjalanannya lebih dari sepuluh hari, track perjalanan lebih dari 97 km pada ketinggian lebih dari 5.182 m. Berjalan adalah satu-satunya cara untuk melihat kisah legendaris di balik prestasi besar di dunia pendakian. Akan ditemui kuil dengan denting lonceng “yak”, kuil terpencil yang dihiasi dengan bendera doa warna-warni, cedar dan hutan pinus di bawah bayang-bayang , pada ketinggian 6.096 meter.

2. Get Airborne in Queenstown

Bungee Jumping setinggi 43 m dari Kawarau Bridge, tempat operasi bungee komersial pertama. Atau belajar untuk tandem hang glide, sky dive, atau naik balon udara di atas beberapa gunung yang diselimuti hutan hijau dan danau yang berfungsi sebagai latar belakang film The Lord of the Rings.
Olahraga udara paling utama adalah jumping BASE. Untuk mempersiapkan, dibutuhkan pembimbing pribadi dari jumper BASE profesional. Bagi mereka yang tidak bersedia mencurahkan waktu dan bertanggung jawab atas risiko melaju melalui atmosfer, Queenstown melayani panduan Pure Adventure menawarkan pengalaman dengan cita rasa langka. Pilot helikopter mengantarkan tamu sampai tebing terdekat untuk menyaksikan BASE jumper pro Chuck Berry mempersiapkan lompatan “death-defying”.

3. Surf the North Shore

Hawaii tahu bahwa mengendarai arus memerlukan kombinasi langka antara ketenangan, percaya diri, dan menghormati kekuatan laut. Itulah bagaimana peselancar terbaik di dunia naik turun menghadapi gelombang yang mencapai 12 m. Ombak ini lebih bersahabat dan lebih dapat diprediksi dari pada di tempat lain yang berukuran sama, ini membuatnya menjadi favorit para surfer pro. Surfing lahir di pantai ini, dan banyak dari kompetisi terbesar, seperti Triple Crown dilaksanakan di sini, itulah sebabnya Oahu adalah salah satu tempat dimana surfer dari semua tingkatan bertemu

4. Hike the Appalachian Trail

Appalachian Trail tidak hanya melintasi hutan, padang rumput, rawa, dan puncak dari 14 negara bagian timur, melainkan juga jendela warisan budaya dan sejarah dari bagian terpanjang negara ini. Ini adalah dari hiking trails terbesar dengan jarak jauh dan sudah berusia, perjalanan melalui negara pertanian, kota-kota tua, dan medan perang bertingka. Itu sebabnya, untuk setiap pejalan kaki, Appalachian Trail adalah lencana kehormatan akhir, dan sekitar 11.600 orang telah menaklukannya. Perjalanan yang menantang, rata-rata 13 sampai 40 km per hari dan lima juta langkah kaki selama lima sampai enam bulan.

5. Ski Denali

Silsilah Denali sebagai gunung tertinggi di Amerika Utara membuatnya menjadi target bagi pendaki gunung, tetapi juga memiliki impressiveness visual : Dari dataran rendah di sekitarnya, itu naik lebih dari tiga mil vertikal ke batu raksasa, gletser, dan salju . Rute pemulanya ramah saja, Buttress Barat, menjadi bagian pendakian internasional pada bulan Mei dan Juni, tetapi banyak orang ber-ski di situ.
Ski, tentu saja, lebih teknis daripada berjalan, dan hanya pemain ski ahli dengan pengalaman BackCountry yang mampu. Beberapa memilih membawa papan mereka ke puncak untuk ski dengan kemiringan 55 derajat seperti pada zona celah Messner dan Orient Express.

6. Climb the Tetons' Cathedral Traverse

Tetons telah menarik daftar pendaki gunung kelas A. Pegunungan ini ternyata memiliki banyak rute yang diantaranya 13.770 kaki (4.197 meter) Grand Teton (foto) yang menjorok sampai seperti sirip hiu.

7. Camel Trek Morocco

Boleh dibilang lanskap Maroko yang paling mengesankan adalah hamparan luas padang pasir, dan cara tradisional untuk menikmatinya adalah dengan unta, yang menawarkan tampilan yang tak tertandingi di tanah indah monokromatik. Perjalanan dapat ditempuh dalam 13 hari, perjalanan sepanjang rute kafilah kuno melalui padang gurun. Petualanganya adalah langsung dari Lawrence of Arabia: Anda akan mengunjungi runtuhan raksasa casbahs, melihat puncak-puncak tinggi Pegunungan Atlas yang bersalju, dan pemandangan bukit-bukit karang, langit kobalt, dan gunung-gunung vulkanik, ada bisa menemui beberapa orang desa Berber dan sekelompok nomaden. Pada malam hari, trekker kamp bermalam di tenda-tenda kanvas dan menatap ke arah bintang di langit, mengagumi kesunyian mendalam.

8. Kayak or Raft the Zambezi

Menaklukan jeram dari sungai , dengan gelombang bisa mencapai setinggi 30 kaki. Tak hanya itu tapi masih ada tantangan lain, seperti bertemu dengan kuda nil, ataupun buaya sepanjang 8 meter. Perjalanan sepanjang 113 km dapat ditempuh dalam 8 hari

9. Climb Java's Volcanoes

Lebih dari setengah dari gunung berapi subaerial dunia terletak di Cincin Api, serangkaian pegunungan vulkanik yang berada di garis tepi lempeng Pasifik tektonik, dan salah satu hot spot yang paling dramatis adalah di Jawa, Indonesia. Rumah bagi 42 gunung berapi yang menyebabkan kerusakan selama ribuan tahun. Satu-satunya cara untuk benar-benar memahami kekuatan gunung berapi adalah menyaksikannya secara langsung. Itu sebabnya penjual pakaian eceran Volcano Discovery yang berbasis di Jerman menawarkan perjalanan dipandu ahli gunung api, 18 hari menelusuri jantung Jawa.
Peserta mengunjungi lebih dari setengah lusin gunung berapi hidup, mengunjungi Krakatau, Selama minggu-minggu berikutnya, mereka berkemah di pantai Rakata Island, berendam di air panas, hingga mengintip ke kawah, dan jika mereka beruntung, menyaksikan gunung api aktif memuntahkan lahar panas bersinar. Mereka juga melihat efek abadi dari letusan bencana, termasuk pemandangan seperti abu, aliran lava, danau pirus, mengukus kawah, dan kolam lumpur mendidih.

10. Dive Glacial Meltwater

Pada bagian hulu Atlantik yang dingin, Islandia memiliki gunung berapi dan presisi dingin steamrolling gletser. Ini juga merupakan tempat ketidakstabilan yang luar biasa, terletak tepat di atas celah antara Amerika Utara dan lempeng tektonik Eropa. Dijuluki Silfra, fisura diisi dengan air yang meleleh dari gletser dan disaring melalui ladang lava. Meskipun air hampir mencapai titik beku,tapi tetap menjadi favorit para penyelam.

huft cape juga, lanjut lagi ke bawah yaa mood 

11. Ski the Dave Murray Downhill, Whistler

Beberapa hal yang bisa menghibur adalah menonton Olimpiade Musim Dingin. Pada tahun 2010, Whistler's Dave Murray Downhill, pembawa acara alpine ski laki-laki, melakukan hal yang spektakuler. Menaklukkan turunan terpanjang kedua di dunia, turunan itu lebih dari 914 m. Untuk mencapai kecepatan 120 km/jam, pemain ski harus benar-benar berada di garis lurus. Dikombinasikan dengan gunung Blackcomb, resor ini memiliki salah satu luncuranr vertikal terbesar di Amerika Utara.

12. Trek the Salcantay Route to Machu Picchu

Machu Picchu, sebuah kota yang hilang terselip jauh di hutan tropis pegunungan Peru itu "ditemukan" oleh Hiram Bingham 1911. Ribuan trekker berjalan sepanjang Inca Trail setiap tahun untuk menyaksikan reruntuhan enshrouded puncak gunung berkabut, tetapi hanya sedikit yang memilih jalur alternatif baru: Rute Salcantay. Berkelok-kelok melalui pedesaan, perkebunan kopi, kebun, dan pondok jerami, rute 63 km melintasi 15 ekosistem dan tops di lebih dari 15.000 kaki (4.572 meter). Grand finalnya adalah pemandangan dari Machu Picchu dari barat daya, yang bisa melihat beberapa wisatawan. Banyak Backpackers kamp di sepanjang jalan, tetapi bagi mereka yang lebih memilih untuk melakukan perjalanan seperti bangsawan Inca, ada ecolodges luxe terpencil di sepanjang jalan. Di sana, jawaban atas kaki yang sakit adalah mandi di bak mandi air panas, masakan organik hangat, dan pemandangan stupefying puncak suci Inca yang bersalju.

13. Climb Aconcagua

Aconcagua adalah sirene dunia mountaineering. Puncak tertinggi di Amerika Selatan pada 6.962 m, kecantikannya, tinggi, dan dua rute nonteknis untuk yang berpengalaman. Ini adalah rute pendakian yang sulitg dan secara rutin sangat berangin dan sangat dingin dan membutuhkan aklimatisasi perhitungan. Tetapi di antara tujuh puncak, itu adalah salah satu ascents paling sederhana, dan tidak seperti pendakian Kilimanjaro, musim Desember sampai Maret menarik bagi banyak orang.

14. Dive the Yucatán's Cenotes

Selain pantai yang berpasir putih dan hutannya yang subur, Semenanjung Yucatán menyerupai keju Swiss. Itu kabar baik bagi penyelam gua, berisi air biru segar, menawarkan dunia menyelam bawah tanah. Dan karena cenote berada disekitar Playa del Carmen yang hangat, lebar, dan relatif dangkal, penyelam amatir dapat mengeksplorasinya, membuat area ini terkenal di dunia penyelaman gua.
Di sini, lubang yang terkenal seperti Dos Ojos menawarkan jendela ke dalam perut bumi: stalaktit yang terbentuk selama ribuan menggantung di langit-langit, fosil bersembunyi di sudut, dan lubang di batu membawa pertunjukan laser cahaya biru dan hijau listrik. Mempelajari lebih jauh ke dalam gua masa lalu dengan peringatan kematian, tengkorak, dan tulang bersilang, tetapi tidak peduli. Bahkan dalam beberapa ratus meter permukaan, cenote menawarkan sekilas ke apa yang suku Maya percaya sebagai lorong-lorong suci ke neraka.

15. Bike the Baja Peninsula

Peregangan otot ala seorang bikers dengan bersepeda ribuan mil ke selatan dari San Diego, semenanjung Baja California telah lama memberi isyarat dengan cuaca yang menyenangkan, lalu lintas sepi, dan terpencil, dan pantai yang belum berkembang. Di sini, membentang gurun liar yang hanya diselingi oleh pemandangan pantai, hutan kaktus, dan pohon boojum kurus yang tumbuh keluar dari bumi.
Rute, yang sebagian besar melalui Meksiko Highway 1, bukanlah tanpa tantangan: penampakan sopir truk bunuh diri menjerit menuruni jalan raya, badai debu di musim dingin. Namun sensasi yang didapatkan sungguh sangat luar biasa. Dan sering, kita dapat menyaksikan sekilas kumpulan paus bermigrasi, menemukan perkemahan pantai yang sempurna, atau menikmati taco ikan dan Pacifico cerveza.

16. Skipper Your Own Boat

Sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan persiapan yang cukup, namun pelaut bisa mendapatkan kesenangan seperti ekspedisi dengan sebuah piagam bareboat selama seminggu di tempat yang berangin seperti Grenadines (foto). Banyak pilihan, mengemudikan perahu sendiri, snorkling di pirus dangkal bercahaya, menjelajahi pulau berpenghuni, berhenti di pantai sepi, menyaksikan migrasi ikan paus biru, ikan lumba-lumba, hiu, dan mola-mola laut. Melewati bermil-mil dari pantai dan pegunungan, pantai pasir putih, dan kadang mengunjungi desa-desa nelayan.

17. Dive With Hammerheads

Jika bukan karena Darwin, Kepulauan Galápagos mungkin tetap dalam ketidakjelasan dengan kekayaan satwa liar anehnya, adat, dan keberanian. Teori evolusinya membantu tanah kepulauan ini menjadi tujuan wisata, tetapi penemuan besar terjawab di salah satu pemandangan paling menakjubkan dari Galápagos yaitu alam bawah lautnya. Pulau-pulau, 966 km dari pantai Ekuador, dilalui arus hangat dan dingin, dengan Antartika upswelling, menyediakan hamparan nutrisi laut, dan menarik kehidupan laut lain.
Berikut penyelam melihat penguin di samping ikan karang tropis, keluarga singa laut, dan batfish bibir merah langka. Kebanyakan penyelam datang, untuk melihat dominasi megafauna. Selama musim Juli-Oktober, penyelam berenang dengan ratusan hiu kepala martil dan puluhan spot hiu paus seukuran bus. Dan ternyata, mereka itu tidak berbahaya.

18. Trek the Mont Blanc Circuit

Rute trekker dengan pemandangan yang sempurna: melewati antara desa Alpine yang memiliki padang rumput luas dan penuh bunga-bunga liar, beberapa gletser terakhir Eropa, dan pemandangan ikon dari salah satu gunung benua paling bertingkat dan tempat kelahiran west mountaineering. Ini juga salah satu dari sedikit tempat di mana trekker dapat berjalan di antara negara-Perancis, Swiss, dan Italia (foto) dan melalui padang gurun dan kota-kota ski kelas dunia seperti Chamonix dan Courmayeur. Melalui trek vertikal sepanjang 1.219 meter, menyeberangi sungai, berburu foto, bermalam di sebuah gubuk dan menghidupkan kembali petualangan dengan teman-teman dengan menikmati sup lezat, dan roti buatan sendiri.

19. Raft the Grand Canyon

Di Grand Canyon, kita bisa mendengar jeram jauh sebelum kita melihatnya. Dimulai dengan suara dengungan rendah, berubah menjadi gemuruh, dan akhirnya tumbuh menjadi raungan yang menggema di dinding ngarai. Keganasan jeram, yang sering menghasilkan gelombang setinggi 6 meter, hanya satu alasan mengapa Grand Canyon adalah tempat yang tepat untuk perjalanan arung jeram. Ini juga salah satu perjalanan terpanjang komersial di padang gurun melalui sungai, berkelok-kelok sepanjang 364 kilometer tanpa memotong jalan tanah. Dan itu salah satu yang paling spektakuler, melalui situs geologi berusia dua miliar tahun.
Di perjalanan kita dapat menyaksikan penemuan reruntuhan Anasazi abad-tua dan mekarnya kaktus langka, menyaksikan nyala api unggun dari tebing, dan ketika sungai menggemakan bisikan dari dinding ngarai.

20. Sweden Adventure Race

Swedia mengadakan petualangan balap ideal sepanjang 670 mil (1.078 kilometer) dan memakan waktu antara empat dan tujuh hari. Medan Swedia yang lebih menantang daripada lokasi yang lain membuat lomba menarik sekelompok tim internasional yang kuat. Karena dalam enam tahun terakhir, telah berubah menjadi sesuatu yang langka: kompetisi kelas dunia terbuka bagi siapa saja.
Kesulitannya adalah peserta tidak pernah tau hal apa yang akan menghadangnya. Setiap tahun, penyelenggara lomba berpikir kreatif, membuat rute baru dan satu set kegiatan baru. Pada tahun 2010, pembalap melakukan perjalanan 520 mil (837 kilometer) dari puncak tertinggi Norwegia, turun melalui lembah-lembah sungai Swedia, dan ke pantai Baltik, trekking, mountaineering, kayak, bersepeda gunung, dan rappelling sepanjang jalan.

Cerita dari Maluku

Maluku: Indonesia dalam Ukuran (Tak Terlalu) Kecil

Ketika diminta juri program Aku Cinta Indonesia (ACI) oleh Detik.com untuk memilih provinsi di Indonesia yang ingin dikunjungi, dengan mantap saya bilang: Maluku.

Ya. Saya selalu terinspirasi dengan kemampuan dan keuletan saudara-saudara kita yang tinggal di pulau-pulau kecil atau terpencil dalam berjuang hidup di tengah kerasnya alam. Maluku, sebagai provinsi dengan 559 pulau – terbanyak di Indonesia – terbukti selalu menarik untuk didatangi.

Dalam waktu tiga bulan – akhir Januari hingga pertengahah April 2011 – saya diberi tiga kali kesempatan untuk mengunjungi Ambon – ibu kota Maluku – dan pulau-pulau lain di sekitarnya. Tak terlalu banyak yang saya lihat dibandingkan yang ditawarkan provinsi kepulauan ini. Di luar cita-cita saya, ketiga kunjungan super singkat ini lagi-lagi membuka mata: Indonesia itu beragam.

Maluku adalah Indonesia dalam ukuran (tak terlalu) kecil: manusia dan keberagamannya. Jadi, tak seperti berita-berita tak mengenakkan beberapa tahun terakhir, nampaknya kita perlu berita dan cerita yang meneguhkan kembali kalaukeberagaman adalah ikon Indonesia sesungguhnya.

Dan keberagaman ini juga yang bikin saya ogah mengucap Amatooo (Selamat Jalan)...

Kaos Singlet dan Celana Selutut

Teman saya di Jakarta – keturunan Ambon – sering berbagi cerita tentang mudahnya membedakan orang Ambon dari pakaiannya. “Kaos singlet, celana jeans selutut dan bisanya kalung rantai berbandul salib ukuran besar,” ujarnya sembari terkekeh.

Dan itu pula lah yang saya temui ketika sore itu, 26 Januari 2011, masuk ke kota Ambon. Udara yang panas dan gerah sering jadi alasan. Buat saya, suasana penuh keakraban dan easy-going nya orang Ambon nampaknya lebih menggambarkan ‘seragam’ laki-laki Ambon itu.

Walau didapuk sebagai kota terbesar kedua di kawasan Indonesia Timur, Ambon tak setergesa-gesa seperti Makassar apalagi Jakarta. Terlepas dari kendaraan yang sering mandek di jalan-jalan sempit berkontur dan satu arah, kota ini tetap menawarkan detak kehidupan yang lebih santai.

Island living. Hammock. Ukulele. Sibu-sibu1. Apalagi yang lebih cocok dikenakan selain kaos singlet dan celana santai selutut?

Ikan Bakar dan Colo-Colo: (Nikmatnya) Terbawa Mimpi

Seperti saya duga, tak sulit mencari makanan laut di Kota Ambon. Sayang memang, tak banyak tempat makanan laut yang sempat saya sambangi. Beberapa yang akhirnya saya jadikan referensi – tanpa berpromosi – adalah ‘kakak-adik’ Ratu Gurih dan Sari Gurih.

Keduanya berlokasi di pusat kota. Sebagai ‘adik’, Sari Gurih ber-setting lebih bersahaja, ‘ngumpet’ di jalan lebih sempit, dan lebih ramah dengan kantong. Ratu Gurih dengan gagah ‘nangkring’ di salah satu jalan utama Kota Ambon; senantiasa mengusik penciuman siapapun yang melintasinya.

Soal menu dan kualitas makanan, tak banyak beda. Selain ikan bakar, cobalah kepiting saus padang di Ratu Gurih. Sausnya sering diintai sebagai after-taste, pamungkas tepat menutup santap siang atau malam.

Uniknya, makanan laut paling berkesan yang saya rasakan di Kota Ambon ternyata di Pantai Santai, Latuhalat. Lobster sebesar-besar paha bayi manusia akhirnya sukses meluncur ke perut dan mematahkan kegalauan saya. Kenapa? Ya. Saya lihat sendiri bagaimana lobster-lobster itu ‘dipanen’ dari sarangnya, di kedalaman puluhan meter di bawah laut.

Setahu saya, lobster memang bukan spesies terancam. Tapi, melihat – dan mendokumentasikan – ‘pembantaian’ mereka sembari menyelam siang harinya sempat bikin saya dihantui mimpi dicapit lobster raksasa malam harinya. Benar juga kata orang, kalau sedang makan, jangan pikir bagaimana makanan itu didapat atau dibuat.

Baiknya memang lobster ini dimakan langsung di tempat seperti Sari Gurih atau Ratu Gurih. Ditemani colo-colo2, nikmatnya makanan laut Kota Ambon tak perlu menyandera diri hingga terbawa mimpi.

Musik, Joget dan ... Sopi

Seperti masyarakat lain di Indonesia Timur, orang Ambon – dan sekitarnya – identik dengan musik dan joget. Tak hanya di tempat hiburan, di pinggir jalan, di tempat makan, di atas ferry hingga di pasar menunggu pelanggan, dimana ada musik, di situ pasti ada keriaan. Nyanyi dan joget dua hal yang patut hadir. Yang ketiga? Sopi.

Saya tidak asing dengan minuman beralkohol hasil fermentasi tanaman keluarga palem (kelapa, aren, atau lontar) ini. Sopi adalah jawaban cepat untuk menghangatkan suasana, menjembatani kekakuan hingga alat diplomasi. Terlepas fungsinya, efek sopi memang dahsyat.

Satu malam di Saparua – satu jam naik kapal cepat dari Ambon – saya larut dengan pemuda-pemuda lokal ditemani sopi. Awalnya kami cuma ngobrol ngalor ngidul (baca: nyanyi-nyanyi), joget-joget hingga akhirnya mereka mabuk.

Hari sudah menjelang pagi. Selain kota yang memang sunyi, tak banyak orang lalu-lalang lagi. Konon, efek sopi membuat (justru!) yang tidak minum lari ketakutan, menghindari pukulan atau senjata tajam peminumnya. Dengan saya, pemuda-pemuda ini anehnya tak menunjukkan tanda-tanda bahaya. (Oya, saya sudah pelajari teknik menghindari mabuk sopi, makanya bisa bikin tulisan ini J)

Pukul setengah tiga pagi, kamar penginapan saya digedor-gedor. Saya pikir mimpi, ternyata pemuda-pemuda tadi sukses terkapar di luar. Mereka ingin numpang tidur di kamar saya. Untunglah pegawai penginapan berhasil ‘mengusir’ mereka baik-baik.

Sebelum melanjutkan tidur, pegawai penginapan itu menyindir saya, “Hati-hati bergaul dengan preman ... dan sopi.”

Sibu-Sibu dan Joas: Santai Saja, Bung!

Setahu saya – dan setelah dikonfirmasi staf Dinas Pertanian Provinsi Maluku – Maluku bukan penghasil kopi. Tapi, di  Kota Ambon, minuman paling populer (err, setelah sopi tentunya) adalah kopi. Nongkrong di warung-warung kopi sudah jadi ritual banyak warga kota.

Beberapa di antaranya adalah Kedai Kopi Tradisional Joas dan Walang Kopi Sibu-Sibu. Kopi memang jadi andalan utama kedua kafe ini. Makanan kecil seperti sukun goreng, kasbi tone, koyabu, porces dan bruder sageru jadi pelengkapnya. Uniknya, jauh sebelum ada gerai-gerai kopi modern, sesungguhnya suasana santai dan ngobrol ngalor ngidul lah yang dicari pengunjungnya.

Berjarak hanya beberapa puluh meter di badan jalan yang sama, dua tempat minum kopi ini paling sering saya kunjungi untuk melepas lelah. Uniknya, tak hanya ngobrol, meeting hingga diskusi sering terlihat di kedua tempat ini. Anggota DPRD, pekerja LSM hingga pegawai pemerintahan sering terlihat nongkrong di kedua tempat ini, terutama lepas jam kantor.

Saya bahkan sempat melirik dan menguping sebuah golden shake ditemani senyum lebar dua orang yang akhirnya saya ketahui anggota DPRD Kota Ambon dan seorang kontraktor dari Jakarta. Wah!

Teringat kebiasaan saya di Jakarta, kafe adalah ruang meeting saya. Ternyata, jauh sebelum ada kafe-kafe moderen, Sibu-Sibu, Joas dan deretan warung kopi di jalan-jalan Kota Ambon telah lebih dulu jadi tempat bersantai atau bekerja dengan santai.

Pilih sendiri.

Kisah Dua Saudara

Sungguh berat memulai tulisan satu ini. Membuka luka yang belum kunjung sembuh, mengorek kesedihan yang tak juga sirna dan membangunkan trauma yang masih penuh mengisi udara. Kerusuhan 1999 masih terpatri jelas di setiap sendi kehidupan warga Ambon.

Malam pertama di Kota Ambon, saya ngobrol dengan seorang teman baru sembari menyantap nasi kuning di Jalan AM. Sangadji. Pemuda duapuluh dua tahun di depan saya ini nampak resah. Sekali-sekali ia menoleh ke kiri-kanan, bahkan ketika sedang bicara. Tak jarang ia membalikkan badan mencari sumber suara-suara ramai di seberang jalan.
“Ini bukan daerah saya, mas,” begitu jawabnya ketika ditanya. “Sejak kerusuhan (tahun 1999), saya jarang ke tempat ini kecuali terpaksa.”

Walau berat dan tak nyaman, mengalirlah cerita sendu betapa kerusuhan menoreh luka teramat dalam. Ia dan keluarganya terpaksa pindah rumah karena menjadi Kristen di BatuMerah sama dengan menaruh leher di bawah pisau yang siap menebas kapan saja.
Cerita yang tak jauh beda dialami seorang teman yang terpaksa terpisah secara fisik dari ayahnya hanya karena mereka berbeda agama. Padahal, mereka tak pernah punya masalah sebelumnya.

Ya, kini sebagian besar daerah (desa, kelurahan bahkan sepotong jalan) di Kota Ambon punya label tak tertulis: Islam atau Kristen. Walau intensitasnya semakin berkurang, keengganan berada apalagi tinggal di daerah ‘yang bukan semestinya’ masih terasa.

Pengalaman traumatis ini nampaknya tak akan segera sirna. Tak sedikit LSM dan badan-badan dari luar Ambon berusaha mempercepat rekonsiliasi. Salah satunya adalah Ambon Bergerak. Komunitas ini diprakarsai oleh teman baru saya, Ipank.

Perdamaian tidak hanya lewat seremonial dan tugu peringatan. Ipank yakin, anak muda Ambon yang asertif dan terbuka adalah kunci untuk mengobati trauma ini. Dan lewat kegiatan kreatif lah, anak-anak muda ini dapat membuktikan kalau perbedaan (baca: keragaman) jadi modal, bukan penghalang.

Hari terakhir saya di Ambon jatuh tepat di hari Jumat Agung. Tak terlihat banyak keramaian di kota ini, hingga Subuh esok harinya, rombongan jemaat berduyun-duyun menuju gereja mereka. Saya jadi terbawa memori setahun sebelumnya, ketika menyaksikan Semana Sancta di Larantuka, Nusa Tenggara Timur.

Terhanyut suasana, saya mengirimkan twit ke teman saya yang terpisah keluarganya tadi. “Di Larantuka, Paskah dijaga pemuda mesjid. Begitu juga, IdulFitri dijaga pemuda gereja. Kapan ya di Ambon bisa seperti itu?”

(Calon) Metropolis dari Timur

Di sore terakhir saya di Ambon, jalan-jalan di sekitar penginapan saya dilanda kemacetan total. Segala macam jenis kendaraan mengisi tiap jengkal aspal jalan: mobil, truk, oto (angkutan umum), motor hingga becak. Di sebuah persimpangan bahkan tercipta posisi kunci. Tak tertarik dengan pemandangan ini, saya mempercepat langkah menuju kamar berpendingin udara.

Ambon makin macet. Begitu yang sering saya dengar dari teman-teman baik penduduk asli maupun pendatang yang lama tinggal di kota ini. Posisi kota yang terjepit laut dan bukit curam sayangnya tak menandakan masa depan yang lebih baik.

Bahkan, berita buruknya: tanpa solusi yang baik, kesemrawutan Ambon akan segera menyusul Jakarta dengan kecepatan jauh lebih tinggi.

Memang, bukit-bukit menjulang yang memeluk kota telah diberdayakan sebagai lokasi pembangunan dan pemukiman. Daerah-daerah seperti Halong atau Kudamati bahkan menawarkan pemandangan cantik dengan rumah-rumah menghiasi punggung bukit. Tapi cobalah berkendara di jalan-jalan curam di kedua daerah ini dan rasakan sensasi menginjak rem tanpa henti, melawan gravitasi terlalu tinggi.

Di sisi lain Teluk Ambon, pemandangan terlihat lebih berbeda. Passo, daerah padat lalu lintas, terkenal akan kemacetan akibat bertemunya kendaraan dari penjuru pulau Ambon. Daerah di ‘leher’ sempit pulau Ambon ini memang sangat strategis. Sebegitu strategis hingga seorang developer yang saya temui dalam penerbangan menuju Jakarta bergurau, 

“Sayangnya, orang Ambon nggak ngelihat ini. Jadi, kenapa nggak saya yang bangun?” Ngomong-ngomong, pengusaha Jakarta ini adalah pemilik mal di Passo yang akan dibuka Agustus ini dan konon bakal jadi yang paling besar di seluruh Maluku.

Ah, lagi-lagi saya harus bertemu dengan kapitalis dari Ibu Kota yang pintar melihat peluang. “Orang Ambon itu hobi belanja. Jadi, saya bangun tempat supaya mereka bisa puas belanja,” ujar pengusahanya sembari terkekeh.

sumber: endrocn.wordpress.com

Curug sembilan tingkat di Bengkulu

Air terjun ini dinamakan Air Terjun Sembilan Tingkat karena aliran airnya bertingkat-tingkat (cascade).

Anda yang tertarik mengunjungi objek wisata ini disarankan mempersiapkan kondisi fisik dengan baik. Hal ini dikarenakan medan yang akan dilalui lumayan berat. Oleh karena itu, obyek wisata ini sangat cocok bagi Anda penikmat petualangan ataupun pecinta kegiatan di alam bebas.

Terletak di kawasan hutan lindung yang alami. Sehingga di kawasan ini masih ditemukan berbagai flora dan fauna yang khas.

Pohon-pohon dan semak belukar akan menjadi karib yang menemani perjalanan Anda. Areal perbukitan dan hutan lindung dengan tumbuhan yang lebat adalah jalur utama yang harus Anda lalui untuk sampai air terjun.

Semua keletihan anda akan terbayar lunas saat Anda sampai di lokasi air terjun. Pemandangan yang terbentang di depan mata sungguh merupakan suatu maha karya Sang Pencipta.

Biasanya air terjun memiliki aliran air yang jatuh lurus dari atas ke bawah, namun tidak dengan Air Terjun Sembilan Tingkat ini.

Di sini air yang mengalir dari atas tidak jatuh lurus, melainkan mengalir membentuk tingkatan-tingkatan. Air yang mengalir dari puncak bukit melewati liku-liku tingkatan di sela-sela hijaunya tumbuhan, sehingga membentuk pemandangan yang sungguh mempesona.

Menariknya lagi, tingkatan-tingkatan itu juga membentuk air terjun kecil sehingga terlihat sangat indah.

Jarak tempuh Air Terjun Sembilan Tingkat dari Bandara Fatmawati Bengkulu kurang lebih 120 kilometer.

Wisatawan yang ingin mengunjungi tempat ini dapat menggunakan jalur jalan Gunung Selan atau melewati ibukota Kabupaten Bengkulu Utara yaitu Argamakmur.

Setelah itu, perjalanan dilanjutkan menuju Kecamatan Padang Jaya. Dari Padang Jaya wisatawan harus berjalan kaki menuju desa terakhir.

Bagi wisatawan yang belum pernah mengunjungi tempat ini jangan kuatir bahwa Anda akan tersesat di tengah hutan, karena di objek wisata ini tersedia jasa pemandu yang siap mengantarkan Anda hingga sampai ke lokasi air terjun.

Saturday, March 12, 2011

Sekilas Gn. Raung

Gn. Raung merupakan bagian dari kelompok pegunungan Ijen yang terdiri dari beberapa gunung, diantaranya Gn.Suket (2.950mdpl), Gn.Raung (3.332mdpl), Gn.Pendil (2.338), Gn.Rante (2.664), Gn.Merapi (2.800), Gn.Remuk (2.092), dan Kawah Ijen.
Gunung Raung adalah sebuah gunung yang besar dan unik, yang berbeda dari ciri gunung pada umumnva di pulau Jawa ini. Keunikan dari Puncak Gunung Raung adalah kalderanya yang berbentuk elips dengan kedalaman sekitar 500 meter dalamnya, yang selalu berasap dan sering menyemburkan api dan terdapat kerucut setinggi kurang lebih 100m. Gn.Raung termasuk gunung tua dengan kaldera di puncaknya dan dikitari oleh banyak puncak kecil, menjadikan pemandangannya benar-benar menakjubkan.
Untuk mendaki G. Raung, paling mudah adalah dari arah Bondowoso. Dari Bondowoso terus menuju desa Sumber Wringin dengan menggunakan Colt melalui Sukosani. Perjalanan diawali dari desa Sumber Wringin melalui kebun pinus dan perkebunan kopi menuju Pondok Motor. Di Pondok Motor kita dapat menginap dan beristirahat, kemudian kita dapat melanjutkan perjalanan ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 9 jam.
Dari Pondok Motor ke G. Raung, dimulai dengan melalui kebun selama 1 jam lalu pendakian memasuki hutan dengan sudut pendakian yang tidak terlalu besar yaitu sekitar 20 derajat. Hutan gunung ini terdiri dari pohon glentongan, arcisak, takir dan lain-lain.
Setelah pendakian selama 2 jam atau sekitar 1300 - 1400 m pendaki akan menemukan jalan berkelok dan naik turun sampai ketinggian sekitar 1500 - 1600 m. Di daerah ini mulai terlihat pohon cemara lalu pendakian diteruskan menuju pondok sumur (1750 M). setelah itu pendakain akan mulai sulit dan sudut pendakian mulai membesar dan jalur pendakian kurang jelas karena hanya semak-semak dan kemudian terus mendaki selama 3 jam hingga dicapai Pondok Demit.
Kemudian pendaki harus mendaki lagi selama sekitar 8 jam hingga dicapai batas hutan, yang dikenal dengan nama Pondok Mantri atau Parasan pada ketinggian sekitar 2900 - 3000 m. di tempat inilah pendakian beristirahat untuk berkemah. Perjalanan dilanjutkan melalui padang alang-alang (sekitar 1 jam perjalanan), selanjutnya menuju puncak Gunung Raung yang sedikit berpasir dan berbatu-batu. Dari tempat berkemah menuju puncak G. Raung, hanya diperlukan waktu sekitar 2 (dua) jam saja.
Puncak G. Raung ini berada pada ketinggian 3.332 m dari permukaan laut dan sering bertiup angin kencang. Dari pinggir kawah tidak terdapat jalur yang jelas untuk menuju dasar kawah sehingga pendaki yang bermaksud menuruni kawah agar mempersiapkan tali temali ataupun peralatan lainnya untuk sebagai langkah pengamanan. Dalam perjalanan ke Puncak G. Raung, tidak ada mata air. Sebaiknya untuk air dipersiapkan di Sumber Wringin atau di Sumber Lekan. Untuk mendaki G. Raung tidak diperlukan ijin khusus, hanya saja kita perlu melaporkan diri ke aparat desa di Sumber Wringin.
Keangkeran Gunung Raung sudah terlihat dari nama-nama pos pendakian yang ada, mulai dari Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit dan Pondok Angin. Semua itu mempunyai sejarah tersendiri hingga dinamakan demikian. Pondok Sumur misalnya, katanya terdapat sebuah sumur yang biasa digunakan seorang pertapa sakti asal Gresik. Sumur dan pertapa itu dipercaya masih ada, hanya saja tak kasat mata. Di Pondok Sumur ini, saat berkemah,juga terdengar suara derap kaki kuda yang seakan melintas di belakang tenda.
Selanjutnya Pondok Demit, disinilah tempat aktivitas jual-beli para lelembut atau dikenal dengan Parset (Pasar Setan). Sehingga, pada hari-hari tertentu akan terdengar keramaian pasar yang sering diiringi dengan alunan musik. Lokasi pasar setan terletak disebelah timur jalur, sebuah lembah dangkal yang hanya dipenuhi ilalang setinggi perut dan pohon perdu. Pondok Mayit adalah pos yang sejarahnya paling menyeramkan, karena dulu pernah ditemukan sesosok mayat yang menggantung di sebuah pohon. Mayat itu adalah seorang bangsawan Belanda yang dibunuh oleh para pejuang saat itu.
Tak jauh dari Pondok Mayit, adalah Pondok Angin yang juga merupakan pondok terakhir atau base camp pendaki. Tempat ini menyajikan pemandangan yang memukau karena letaknya yang berada di puncak bukit, sehingga kita dapat menyaksikan pemandangan alam pegunungan yang ada disekitarnya. Gemerlapnya kota Bondowoso dan Situbondo serta sambaran kilat jika kota itu mendung, menjadi fenomena alam yang sangat luar biasa. Namun, angin bertiup sangat kencang dan seperti maraung-raung di pendengaran. Karenanya gunung ini dinamakan Raung, suara anginnya yang meraung di telinga terkadang dapat menghempaskan kita didasar jurang yang terjal.

Sumber : http://mountinblack.blogspot.com/2009/06/jalur-pendakian-gunung-raung.html

sekilas tentang Gunung Burangrang

Gunung Burangrang

Sekali waktu, ujilah kebugaran fisik Anda dengan perjalanan yang agak menantang, yaitu mendaki gunung. Bandung yang memang dilingkupi gunung akan membuat Anda bebas memilih gunung mana yang ingin Anda daki, semuanya menarik. Panorama alam dan catatan sejarah yang menghadirkannya telah menjadi kesatuan tak terpisahkan. Salah satu dari gunung yang membentengi Kota Bandung itu adalah Gunung Burangrang.
Gunung ini tingginya 2.064 meter di atas permukaan laut. Terletak di Kawasan Bandung Utara (KBU), terpisah oleh sebuah lembah besar dengan Gunung Tangkubanparahu. Burangrang termasuk gunung api parasit tua, sehingga telah memiliki lembah-lembah dengan sayatan dalam dan lereng yang curam. Dalam legenda Sangkuriang, gunung ini terbentuk dari ranting-ranting (rangrang) pohon yang digunakan Sangkuriang untuk membuat perahu. Saat marah akan kegagalannya, Sangkuriang menendang perahu hingga menjelma sebagai Gunung Tangkubanparahu, sedangkan ranting-ranting pohonnya kemudian menjelma sebagai Gunung Burangrang.
Pendakian ke gunung ini bisa dilakukan dari arah Bandung dan Purwakarta. Jika mendaki dari Bandung, kita bisa memilih beberapa jalur, antara lain melalui Pasir Kuning, Legok Haji atau jalur Lawang Angin. Jalur-jalur itu memang terdiri dari jalan setapak yang menanjak membelah hutan dan biasa di selesaikan dalam dua hingga tiga jam perjalanan. Berhati-hatilah, banyak medan berbahaya dan kabut tebal bisa muncul menghalangi pandangan Anda.
Puncak Burangrang ditandai dengan sebuah tugu (titik penanda ketinggian). Dari puncak, kalau cuaca cerah dan tidak berkabut, Anda bisa menyaksikan pemandangan menakjubkan ke arah Situ Lembang yang hanya terlihat sebagai genangan kecil di tengah cekungan yang dikelilingi pegunungan. Cekungan itu tak lain dari bekas titik letusan yang sangat luas (kaldera) dari gunung api purba yang bernama Gunung Sunda. Jadi, pegunungan yang membentengi Situ Lembang adalah dinding kawah yang dihasilkan oleh letusan yang sangat dahsyat. Anda harus menikmatinya karena apa yang Anda lihat adalah pemandangan langka yang tak bisa dilihat semua orang. Nikmatilah sambil menghirup kesegaran oksigen pegunungan.

sumber: http://www.potlot-adventure.com/2008/12/01/gunung-burangrang/

Thursday, February 24, 2011

Pergerakan Gunung

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين, وصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد

Pergerakan GunungDalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.

وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS An-Naml : 88)

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)

Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an

Thursday, February 17, 2011

Cara Memanggang Ayam Secara Utuh


Langkah 1

Keluarkan jeroan ayam itik dari rongga ayam dan bilas di bawah air dingin. Pat sampai kering dengan handuk kertas dan dalam musim dan keluar dengan garam, merica dan cincang 2 sendok makan kemangi segar, ketumbar, rosemary, sage, tarragon atau thyme.

Langkah 2

Siapkan tempat tidur dari bara panas dalam panggangan arang. Menyapu bara ke satu sisi, Anda akan grill ayam Anda di sebelah bara, tetapi tidak atas mereka.

Atau, putar hanya satu kompor gas grill pada panas tinggi, meninggalkan setengah dari grill dinyalakan.

Langkah 3

Sikat garangan panggangan panas bersih dengan sikat kawat kaku. Menggunakan penjepit untuk memegang, bersih kecil (tapi dibuang) handuk, mantel tipis rak panggangan dengan minyak.

Langkah 4

Masukkan dada ayam-sisi-down di sisi pemanas dari panggangan. Masak tertutup selama sekitar 30 menit, kemudian hidupkan payudara sisi-up dan lanjutkan memanggang sampai kulit berwarna cokelat keemasan dan dagingnya matang, sekitar 30 menit lebih.

Langkah 5

Periksa doneness dengan memotong ke tengah sepotong ayam. Cairan harus menjalankan jelas ketika Anda memotong ke bagian paling tebal artikel tersebut.

Langkah 6

Biarkan ayam duduk sekitar 15 menit sebelum ukiran.
Bagaimana Grill Ayam Potongan

Langkah 1

Bilas tulang-dalam, kulit pada bagian ayam di bawah air dingin. Pat mereka kering dengan handuk kertas dan musim dengan garam dan merica. Gosokkan potongan-potongan ringan dengan sedikit minyak zaitun.

Langkah 2

Siapkan tempat tidur dari media-bara panas di grill arang atau gas grill giliran Anda untuk api sedang-tinggi. Sikat garangan panggangan panas bersih dengan sikat kawat kaku. Menggunakan penjepit untuk memegang, bersih kecil (tapi dibuang) handuk, mantel tipis rak panggangan dengan minyak.

Langkah 3

Masukkan potongan ayam di panggangan, kulit-sisi-down, dan masak mengungkapkan selama sekitar 30 menit, balik beberapa kali, sampai kulit berwarna cokelat keemasan dan dagingnya matang.

Langkah 4

Sikat saus barbekyu ke potongan ayam setelah sekitar 20 menit jika diinginkan; menambahkannya sebelumnya akan menyebabkan ayam untuk membakar. Jika Anda melihat ayam Anda barbekyu-sauced mulai char, memindahkannya ke bagian yang lebih dingin dari panggangan.

Langkah 5

Periksa doneness dengan memotong ke tengah sepotong ayam. Cairan harus menjalankan jelas ketika Anda memotong ke bagian paling tebal.

Thursday, January 13, 2011

Gunung Marapi (Merapi)


Merapi











 Danau Singkarak Dari Puncak Merapi
Gunung yang memiliki ketinggian 2891 mdpl (meter diatas permukaan laut) ini selalu menjadi tujuan bagi pendaki yang berasal dari dalam maupun dari luar Sumatera Barat. Karenanya, Gunung ini jadi terkenal setelah Gunung Kerinci yang merupakan Gunung tertinggi di Pulau Sumatera.
Gunung Marapi menjadi target pendakian pendaki gunung Indonesia karena terletak berdampingan dengan Gunung Singgalang dan Tandikek serta merupakan salah satu gunung yang masih aktif di Indonesia. Selain itu akses menuju kaki gunung tersebut mudah dicapai. Jika anda kebetulan berasal dari Bukittinggi atau sering melewati Kota Bukittinggi, tentu sudah tidak asing lagi dengan kemegahan Gunung ini. Titik start pendakian berada di jalan raya Padang Panjang - Bukittinggi tepatnya di Kotobaru. Dari Kota Padang, hanya memerlukan waktu 1,5 jam menuju Kotobaru dengan ongkos Rp 10.000,- selanjutnya berjalan menuju Pesanggerahan selama ±30 menit.
Pesanggerahan adalah suatu daerah datar (Camping Ground) yang merupakan Pintu Rimba sebelum mulai mendaki ke Puncak Gunung Marapi. Karena daerahnya yang datar dan lumayan luas tadi, banyak juga loh yang pergi camping cuma sampai ke Pesanggerahan ini. Terutama di hari-hari libur atau diakhir minggu (Jumat - Minggu). Sehingga suasana seperti pasar malam sudah tidak asing lagi ditemui di kawasan ini. Ditambah lagi dengan kehadiran penduduk sekitar kaki Gunung Marapi yang memanfaatkan keramaian tersebut untuk mencari rezeki dengan menjual berbagai macam makanan dan minuman bagi para pendaki.
Setelah Pesanggerahan, pendakian menuju Puncak Gunung Marapi baru dimulai dengan jalan setapak yang terus mendaki dan lumayan menguras tenaga. Waktu normal untuk mencapai puncak ialah 6 jam. Kalau anda takut tersesat, jangan khawatir, jalur Kotobaru ini sangat jelas, yang pasti kalau ada percabangan jalan, terus saja ke atas karena kalau ke bawah kemungkinan besar itu adalah jalan menuju sumber air atau lembah. Supaya lebih aman, sebaiknya ajak teman yang sudah pernah naik Gunung Marapi sehingga kemungkinan tersesat bisa semakin diperkecil.
Setelah perjalanan penuh tanjakan dan lumayan menguras tenaga tadi, kita akan memasuki kawasan Cadas Marapi. Yaitu kawasan bebatuan yang merupakan wilayah puncak gunung merapi. Disini vegetasinya sudah berubah, pohon-pohon besar yang berada dijalur sebelumnya, berganti dengan semak belukar dan beberapa tumbuhan khas puncak gunung. Tapi kalau anda ingin mencari edelweis, sangat disayangkan di sekitar jalur pendakian ini vegetasinya sudah sangat sedikit. Kalaupun ada itu cuma pohon-pohon tanpa bunga. Ini diakibatkan ulah tangan-tangan jahil yang merusak dan mengambil bunga-bunga edelweis dengan alasan untuk kenang-kenangan. Padahal, tentu akan lebih indah dipandang mata apabila bunga-bunga abadi tersebut tetap berada di tempatnya. Cukuplah dengan mengambil foto untuk dijadikan kenang-kenangan tanpa harus merusak. Setuju bro!
Letihnya badan karena mendaki beberapa jam tadi, akan segera terobati dengan keindahan alam yang dihadirkan Sang Pencipta di Puncak gunung ini. Kawasan luas dan datar seluas lapangan bola akan ditemui di dekat dua kawah Merapi. Jadi kalau anda mau main bola di atas gunung, disinilah tempatnya. Tapi yang harus diwaspadai apabila kawah tersebut menyemburkan asap belerang (batuk) sebaiknya jangan mendekat karena sangat beresiko keracunan apabila terhirup. Bila mau terus mendaki dan berjalan di tepi kawah, kita akan sampai di Puncak Merpati. Dari sini pemandangan sekitar kaki Marapi, Gunung Singgalang, Tandikek sampai Kota Bukittinggi akan terlihat jelas. Pokoknya indah dipandang deh…
Satu hal yang sangat disesalkan dari keadaan sekitar jalur Kotobaru ini adalah banyaknya sampah (bungkus mie, kaleng sarden, kotak rokok dan sebagainya) yang ditinggalkan para pendaki dan benar-benar merusak alam. Ini tentu dikarenakan kurangnya kesadaran dari masyarakat dan pendaki untuk ikut menjaga kelestarian alam dengan minimal, tidak membuang sampah sembarangan. Kalau ada sampah, ya dibawa turun dong, dibuang ke tempat yang seharusnya, bukan ditinggalkan di Gunung. Kesadaran ini harus kita tanamkan ke diri pribadi masing-masing agar kelestarian alam yang merupakan titipan anak cucu kita dapat terjaga.
Kacawali, Jalur Ekstrim untuk Petualangan.
Untuk anda yang merasa memiliki jiwa petualangan dan menginginkan tantangan lebih di Gunung Marapi, ada satu jalur alternatif yang benar-benar menantang dan masih terjaga keasriannya. Jalur ini menyuguhkan trek-trek ekstrim namun diimbangi panorama alam yang jauh lebih indah dan menarik.
Untuk menempuh jalur ini, dari Kota Padang kita bisa naik bis jurusan Padang - Payakumbuh dan turun di Simpang Candung. Selanjutnya dengan menggunakan angkutan desa selama ± 30 menit kita akan sampai di Desa Kacawali. Desa Kacawali yang terletak di sisi Utara Gunung ini merupakan titik start pendakian yang akan langsung membawa kita ke Puncak Triangulasi (tertinggi) gunung Marapi. Jalur yang dibuka oleh Anggota Muda MAPALA UNAND pada tahun 2003 ini memang belum terlalu dipublikasikan. Saat ini hanyalah kalangan pecinta alam yang ingin merasakan petualangan lebih saja yang memakai jalur ini. Bagi yang mau mencoba jalur ini, dapat memperoleh info jalur secara lengkap dan guide dengan menghubungi Kantor MAPALA UNAND di PKM Universitas Andalas Limau Manis Padang.
Waktu tempuh untuk mencapai Puncak Marapi juga lebih lama dibandingkan melewati jalur Kotobaru, mencapai 10 jam dengan perjalanan konstan dan tidak berhenti. Track pendakiannya pun lebih ekstrim dengan kemiringan mencapai 80 derajat menyebabkan tidak semua orang sanggup melewati jalur ini. Banyaknya pohon-pohon besar yang rebah di jalur dan jurang sedalam ±500 meter di sebelah kiri jalur menyebabkan adrenalin makin terpacu untuk mencapai puncak tertinggi Marapi ini.
Kelebihan dari jalur ini adalah keadaan alamnya yang benar-benar masih alami dan bebas dari sampah serta terdapatnya 3 buah air terjun di tengah-tengah jalur yang memiliki ketinggian ±300 meter. Jadi kita bisa beristirahat sambil menikmati pemandangan air terjun di tengah-tengah perjalanan. Sumber air di jalur ini baru akan ditemui pada ketinggian 2000 mdpl, jadi untuk berjaga-jaga sebaiknya membawa persediaan air yang cukup banyak. Selain itu terdapat juga hewan-hewan liar khas pegunungan seperti Harimau, Babi Hutan, Rusa, Siamang dsb.
Selanjutnya pada saat mencapai puncak, keindahan alam yang disuguhkan Sang Pencipta semakin menakjubkan dan mempesona mata. Jauh lebih indah dan menarik bila dibandingkan dengan mendaki dari jalur Kotobaru yang memang sudah tidak terjaga lagi keasriannya.
Dari puncak tertinggi gunung Marapi ini (2891 Mdpl), pemandangan keseluruhan Puncak Merapi akan terlihat jelas. Kawah Marapi, Puncak Merpati, Telaga Dewa, Lembah Hantu, Gunung Singgalang dan Tandikek, bahkan Danau Singkarak akan telihat jelas dari sini. Vegetasi edelweis sang bunga abadi juga masih terjaga dan menghiasi sepanjang kawasan triangulasi dengan warna putihnya. Pokoknya benar-benar indah deh!
Untuk menambah tantangan, Kita bisa melanjutkan perjalanan menuju lapangan bola dari titik triangulasi ini. Jalurnya lebih ekstrim lagi, jalan setapak yang berada diantara lembah pada kiri dan kanan jalur membuat kita harus melangkah ekstra hati-hati atau bisa terperosok. Setelah ± 2 jam perjalanan, kita akan sampai di lapangan bola dan bisa memilih untuk turun dari jalur Kotobaru (jalur normal) atau dari jalur Simabur. Tentunya petulangan dan pengalaman yang didapatkan akan sangat mengesankan. Dalam satu kali pendakian Gunung Marapi, Kita bisa menempuh dua jalur yang berbeda sekaligus. Tertarik? Ayo coba dan rasakan adventurenya!.
Sumber:  Mapalaunand.com